Sudah pertengahan Dzulhijah. Undangan menikah sudah cukup banyak. Bulan ini diyakini menjadi bulannya manten. Apalagi di tanggal 7, 17 dan 27 Dzulhijah. Ini menjadi tanggal penting bagi beberapa orang yang akan melangsungkan akad nikah.
Redaksi suluk.id merangkum beberapa pesan pernikahan. Mulai dari Gus Mus hingga mantan Jomblo Revolusioner. Selain itu, ada hikmah tentang pernikahan dari Kiai Marzuki Mustamar.
Berikut ringkasannya:
Menata Niat
Gus Mus pernah memberikan tausiyah yang disampaikan saat acara pernikahan. Dalam tausiyahnya itu Kiai asal Rembang ini menyatakan niat menjadi hal pentinf dalam sebuah pernikahan.
“Niat itu nomor satu. Sekarang diniati saja, kalau niatnya ditata baik. Perjalanan hidup akan bahagia. Kedua mempelai niat menikah untuk mengikuti jejak nabi Muhammad SAW,” ujarnya saat itu.
Memandang Pasangan tetap Manusia
Pesan ini masih dari Gus Mus. Dalam lanjutan tausiahnya beliau berpesan tentang pandangan seorang istri pada suami ataupun sebaliknya. Maksudnya, tentang bagaimana memandang seorang istri ataupun suami setelah menikah.
“Tetaplah menjadi manusia. Jangan anggap pasanganmu itu malaikat juga setan. Sebab malaikatkan tak pernah salah dan setan tak pernah benar. Jika tetap memandang pasanganmu sebagai manusia itu akan membuatmu bisa saling memaklumi jika ada yang membuat kesalahan. Karena manusia itu bisa benar pun bisa salah,” pesan Gus Mus
KH Mustofa Bisri
Perjuangan dan Pasrah
Ini pesan seorang mantan jomblo yang menikah di umur yang tidak lagi muda. Dia menemukan jodohnya pun juga serba cepat. Penulis buku Jomblo Revolusioner ini mengingatkan tentang perjuangan terhadap jodoh dan sebuah kepasrahan.
“Jodoh memang di tangan Tuhan. Tapi, untuk mendapatkannya perlu adanya upaya dan perjuangan. Bila usaha dan perjuangan telah usai namun tak kunjung mendapatkannya pasrahkan hasilnya pada Tuhan. Bukankah Dia yang maha mengetahui apa yang baik untuk hambanya,” kata Amrullah.
Bukan tentang Penyatuan Fisik Saja
Entah apa yang hendak dipikirakan. Tetiba si mantan jomblo ini menjadi begitu bijak. Saat kami menemuinya ada pesan yang begitu mendalam tentang seorang suami dan istri. Bukan soal fisik saja, begitu katanya.
“Menikah bukan hanya penyatuan fisik seserang saja. Bukan hanya sebuah ritual akad lalu pesta keluarga. Tapi, menikah adalah penyatuan batin. Batin antara seorang laki-laki dan perempuan. Kalau hanya pertemuan fisik kelak orang akan bosan saat melihat pasangannya. Sebab fisik perlahan akan ada perubahan,” ujar Amrullah.
Nikah dan Fadilahnya
Kalau anda sedang asik dengan instagram. Silakan simak instagram milik Kiai Marzuki Mustamar. Kiai yang juga Ketua PWNU Jawa Timur ini kontennya menarik. Konten ini sepertinya dikelola santri. Ada potongan-potongan ngaji Abah Marzuki di sana. Termasuk membasa pernikahan.
“Termasuk amalan yang kelihatannya cuma semenit tapi pahalanya besar itu menikah. Prosesnya ya Qobiltu Nikakhaha. Tapi, itu sungguh penantian yang sangat lama. Mencari gagal lagi. Jatuh bangun. Orang yang gagal bercinta goncangan mentalnya luar biasa. Salat sumpek. Baca Al-quran sumpek. Garap tugas malas. Skripsi malas. Tesis malas. Namanya saja orang stres. Jangan dilihat qolbitunya. Sebelum itu ada proses lama. Pantas kalau menikah itu, walau hanya qobiltu nikakhaha. Tapi, fadilahnya sangat besar,” ujar Kiai Marzuki Mustamar.
KH. Marzuki Mustamar
Menikah Bukan Perlombaan
Terkahir ini kami cuplik di buku Jomblo Revolusioner. Di buku yang membahas kisah kejombloan hingga permenungan ada kalimat yang menggelitik. Di kalimat ini punya ditegaskan oleh Amrullah jika menikah bukanlah perlombaan.
“Menikah memang perlu disegerakan. Namun, bukan awuran. Apalagi cepet-cepetan. Nikah bukan cepet-cepetan seperti balap karung di acara agustusan. Toh, jodoh tetap takdir Tuhan. Bukan di tangan mereka yang selalu bertanya nikah kapan. Jadilah jomblo sekali saja. Tak perlu berkali-kali,”
Buku Jomblo Revolusioner
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan