Islam itu damai, Islam itu jalan selamat dan menyelamatkan. Ajaran islam mengajari ummatnya untuk tidak berlebih-berlebihan dalam memahami, bersikap atau bertindak agar tidak terjebak pada pikiran dan tindakan ekstrim yang dalam Islam disebut dengan al ghuluw (ekstrim) yang akhirnya akan terjebak para perilaku berakibat buruk pada dirinya sendiri bahkan ummat serta agama ini secara lebih luas.
Sikap ekstrim al ghuluw ini sangat dilarang dalam agama baik dalam pemahaman ataupun tindakan.
Allah berfirman
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعُوا أَهْوَاءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوا مِنْ قَبْلُ وَأَضَلُّوا كَثِيرًا وَضَلُّوا عَنْ سَوَاءِ السَّبِيلِ
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus” (Q.S: Al-Ma’idah: 77)
Dalam kehidupan akhir-akhir ini kita menemukan sikap al-ghuluw (ekstrim , berlebih lebihan) pada sebagian kaum muslimin dalam memahami agamanya misalnya dalam memahami konsepsi jihad yang akhirnya mereka terjebak pada suatu tindakan kekerasan hingga melakukan tindakan bom bunuh diri dengan alasan untuk mewujudkan pemahaman keagamaan karena mereka memahami jihad dikira hanya sekedar angkat senjata terhadap orang kafir dan orang yang memusuhi agama Allah lalu ngebom sana sini kemudian dianggap selesai dan masuk surga.
Ini adalah hasil pemahaman yang dangkal dan keliru sehingga mengarahkan pada tindakan yang jauh dari kebenaran dan termasuk tindakan yang berlebih-lebihan dalam beragama. Karena hal ini akan merugikan dirinya sendiri, merugikan umat islam dan merugikan citra islam itu secara keseluruhan. Sehingga nabi melarang sikap ekstrim ini secara tegas.
هَلَكَ المُتَنَطِّعُوْنَ
“Celakalah orang-orang yang ekstrim!” Beliau mengucapkannya tiga kali.” (muttafaq alaih)
Ummat islam adalah umat pertengahan (ummatan wasathan) dalam berpikir, memahami dan bersikap. Umat yg tidak esktrim ke kanan menjadi teroris dan ke kiri menjadi liberal. Tidak mudah menyalahkan dan tidak permisif atas kemungkaran.
Taqwa adalah puncak derajat kemanusiaaan dan salah satu indikator bentuk ketakwaan sebagai hasil puasa ramadhan adalah adanya kedamaian hati yaitu keadaan yang membuat diri kita damai dan mendamaikan kehidupan. Damai diri karena mampu menemukan Tuhan dalam dirinya sehingga menjadikannya tenang (muthmainnah) dan mendamaikan kehidupan karena sikap perbuatannya menjadikan sekitarnya damai.
Sebagaimana nabi bersabda bahwa ciri muslim yang baik adalah apabila sekitarnya selamat dari mulut dan tangannya.
المسْلِمُ مَنْ سَلِمَ المسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ , و المهاجِرَ مَنْ هَجَرَ مَا نهَى اللهُ عَنْهُ
“Yang disebut dengan muslim sejati adalah orang yang selamat orang muslim lainnya dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah .” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40 )
Dan dalam riwayat Tirmidzi dan An Nasa’i,
و المؤمن من أمنة الناس على دمائهم و أموالهم
“Seorang mu’min (yang sempurna) yaitu orang yang manusia merasa aman darah mereka dan harta mereka dari gangguannya.”
Orang yang bertaqwa mampu menjadikan sekitarnya tentram dan damai dan itulah diri yang mampu menebarkan salam keselamatan dan itulah wajah Islam yang damai. Nabi bersabda :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوْا السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ ، وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ
Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan selamat.” (HR. Tirmidzi)
Inilah sejatinya agama islam itu. Tidaklah diragukan lagi bahwa agama islam adalah agama damai dan agama kasih sayang. Coba perhatikan teks-teks sumber wahyu, betapa kalimat pertama sumber wahyu dimulai dengan kalimat
بسم الله الرحمن الرحيم
Bahkan suatu kalimat yang menjadi pembuka seluruh aktifitas kehidupan yang menempatkan sifat Allah yang penuh kasih sayang sebagai landasannya. Pertanyaannya mengapa sifat ar rahman dan arrahim yang di kedepankan oleh Allah. Tidak sifat-sifat kebesaranNya. Seperti : al malik (sang penguasa), al aziis (yang Maha Perkasa), al jabbar (Yang Mutlak kegagahannya), al mutakabbir (Yang Maha memiliki kebesaran dan kesombongan) dsb.
Menilai suatu agama haruslah dilihat dari dokumentasi konsepsi ideologis yang dijadikan dasar rujukan utama dalam mengatur cara berpikir, bertindak bahkan merasakan dari kalangan ummatnya. Islam telah secara sempurna menjelaskan seluruh konsepsi nilainya dalam sumber wahyu sebagai rujukan utama, yaitu Al Quran dan Al Hadist yang secara konseptual telah dinyatakan secara deklaratif bahwa hal itu telah sangat sempurna dan komprehensif dalam mengatur beragam persoalan kehidupan.
Jadi menilai suatu agama tidaklah semata menilai dari perilaku tindakan keummatan, sebab tindakan sebagian ummat tidaklah mencerminkan keagungan dan kemurnian konsepsi nilai yang ingin dibangun. Karena perilaku keummatan bisa saja terjadi disebabkan proses reduksi pemahaman atas konsepsi nilai secara utuh. Reduksi ini bisa disebabkan oleh tingkat pengetahuan, keluasan dan kedalaman dalam memahami sumber rujukan utama.
Marilah perhatikan sumber wahyu yang menjadi rujukan utama. Bahwa Allah menyebut kata hukuman dalam alquran sebanyak 117 kali sementara kata “ampunan” yang merupakan wujud dari sifat rahman rahimNya Allah disebutkan jauh lebih banyak yaitu 234 kali dalam al quran.
Hal ini seakan memberikan sebuah pesan bahwa sejatinya agama ini adalah agama yang lebih mengutamakan kasih sayang dan kedamaian dari pada ancaman dan teror yang menakutkan.
Islam adalah agama damai jauh dari segala fitnah yang dituduhkan sebagai agama yang menjadi sumber radikalisne dan terorisme. Islam adalah agama penuh kedamaian yang mampu menebarkan salam keselamatan pada sesama. Inilah agama rahmatan lil alamin.
Suatu anggapan yang sangat salah disaat menyatakan bahwa islam adalah agama yang menjadi sumber kekerasan, sumber radikalisme dan terorisme. Semua anggapan ini pastilah bermula dari pemahaman dan sudut pandang yang salah dalam memahami islam, keterbatasan cakrawala dan kedangkalan dalam memahami keluasan agama ini. Sementara yang benar berdasarkan sumber wahyu yang menjadi rujukan utama bahwa islam adalah agama cinta damai, jalan selamat dan menyelamatkan. Aslim, taslim, salam, selamat. Inilah islam.
Semoga Allah swt menyelamatkan kita dari segala keburukan dan fitnah. Semoga islam selalu tinggi dan mulia dan kita berada dalam jalan istiqomah menjunjung kemuliaan agama Islam ini. Aamiiin.
Pengasuh Pesantren Mahasiswa Tanwir al Afkar Malang dan Motivator Nasional