Mbah Muhdhor berasal dari Lasem Rembang. Beliau adalah salah satu santri dari Mbah Shomadiyah Makamagung Tuban. Mbah Muhdhor pernah diambil menantu oleh Mbah Shomadiyah namun pernikahannya kandas di tengah. Setelah itu, ia nikah lagi dengan Mbah Syamsiyah dan menetap di daerah Sidoarjo. Dari pernikahannya itu mereka dikarunia tiga anak: Mondoliko, Pinang dan Singopuro.
Ketiga nama anak itu kedengarannya memang agak aneh. Nama-nama itu lebih mirip nama tempat. Ternyata ada kisah dibalik penamaan itu. Ketiga nama itu untuk mengingatkan kisah Mbah Muhdhor ketika berangkat haji dan naik kapal laut. Kapal yang dinaiki pernah terdampar di pulau Mondoliko (wilayah Jepara Jawa Tengah), Pinang (Negara Bagian Penang Malaysia) dan Singopuro (Singapura).
Dari ketiga anak Mbah Muhdhor inilah lahir banyak generasi ulama yang menyebar di daerah Tuban, Sarang, dan Sidoarjo. Nyai Mondoliko menikah dengan Mbah Ma’ruf bin Shomadiyah dari Makamagung Tuban, Nyai Pinang menikah dengan Mbah Ghozali bin Lanah Sarang Rembang, dan Mbah Singopuro menetap di Sidoarjo.
Dari pernikahan Mbah Ma’ruf dengan Nyai Mondoliko ini lahir lima putra: Ya’qub, Basyar, Dahlan, Badrul Jamal, dan Shiddiq. Mbah Basyar punya putri Mbah Shofiyah yang melahirkan KH. Ali Mansur muallif Salawat Badar. Mbah Ali Mansur makamnya berada di Maibit Rengel Tuban.
Persebaran keturunan ke daerah Jenu yaitu dari jalur Mbah Badrul Jamal. Mbah Badrul Jamal punya putri Mbah Badi’ah. Kemudian Mbah Badi’ah menikah dengan Mbah Sholeh Mukhtar (Ponpes. Mukhtariyah Syafiiyah Jenu Tuban). Mbah Sholeh menurunkan beberapa putra, di antaranya yaitu Mbah Masyithoh (istri KH. Fathurrahman Abu Said, pendiri Ponpes. Manbail Futuh Jenu Tuban).
Untuk jalur ke Sarang yaitu Nyai Pinang menikah dengan Mbah Ghozali bin Lanah (pendiri Pondok Sarang / MIS). Mbah Ghozali punya putri Mbah Saidah (istri KH. Syuaib). Mbah Saidah punya putra Mbah Ahmad bin Syuaib. Mbah Ahmad punya putri Mbah Mahmudah (istri KH. Zubair Dahlan) yang kemudian berputra Mbah Maimoen Zubair.
Kemudian dari Mbah Singopuro lahir beberapa generasi yang menyebar di Sidoarjo, di antaranya yaitu KH. Agoes Ali Masyhuri Tulangan Sidoarjo. Silsilah secara rinci penulis belum tahu. Barangkali pembaca ada yang tahu bisa komentar.
***
Itulah sekelumit kisah yang bisa pembaca nikmati di buku “Terompah Kiai”.
Buku jelek ini bisa Anda tebus hanya dengan duit 50.000, setara 2 mangkok bakso kikil dengan 2 gelas es degan..
WA 0856 3070 401
***
* cekrekk..!!
Matur suwun sanget Gus KH. Wafiyul Ahdi
Ketua Yayasan PP. Bahrul Ulum Tambakberas Jombang yang telah bersedia memberi Kata Pengantar pada buku gak mutu ini..
Penulis: Terompah Kiai, Pendidik dan Anggota LTN PC. NU Kab. Tuban