Menorehkan jejak amal baik yang dilipat gandakan di bulan Ramadhan sebenarnya tidaklah susah. Apapun amal kebaikan yang kita lakukan, akan dilipat gandakan oleh Allah SWT. Bulan penuh ampunan dan rahmat bagi umat Nabi Muhammad SAW. Seperti yang disampaikan oleh Prof. Dr. Imam Fuadi, M. Ag bahwa “pantas seseorang menantikan datangnya bulan Ramadhan. Karena di dalam bulan Ramadhan bulan dimana Allah menyiapkan ampunan seluas-luasnya dan seperti melakukan obral pahala”.
Menyambut dengan rasa bungah, gembira datangnya bulan Ramadhan setelah satu tahun berlalu adalah puncak nikmat yang harus banyak disyukuri. Karena bulan Ramadhan ini adalah bulan untuk umat Nabi Muhammad SAW yang penuh dengan kemuliaan dan ampunan. Suasana bulan Ramadhan pula yang berbeda 180 derajat berbeda dengan bulan-bulan lainnya, menambah kegembiraan dalam menyambutnya. Orang-orang berkumpul pada sore hari memenuhi masjid, mendengarkan kultum menunggu waktu berbuka, berburu takjil, berbuka bersama, dilanjutkan dengan semangat sholat taraweh berjamaah, dan suar-suar malam hari yang dipenuhi dengan lantunan tadarus Al-Qur’an. Sungguh mengagumkan. Mungkin bisa dikatakan pula kalau bulan Ramadhan menjadi hari raya awal umat muslim.
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ
“Barangsiapa yang bergembira hatinya memasuki bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya atas api neraka”
Selain itu, identitas dari bulan Ramdhan ini disebut juga sebagai Sahrul Shoumi (bulan untuk berpuasa). Berpuasa secara bahasa seperti banyak yang sudah dibahas adalah menahan. Sedangkan secara istilah berarti menahan diri dari makan dan minum dan hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Hal-hal yang membatalkan puasa dapat dilihat dari dua sisi. Batal dalam makna puasanya tidak sah secara syari’at dan batal dalam arti membatalkan atau mengurangi pahala puasa. Atau bisa disebut berpuasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga.
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْع وَالْعَطْش
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga” (HR An-Nasa’i).
Secara kontekstual menahan dapat dimaknai pula sebagai upaya untuk menahan nafsu yang hadir dari dalam diri manusia. Dalam Kitab Qatrul Ghoits nafsu dibagai menjadi tujuh : Nafsu Amarah, Lawwamah, Mulhimah, Muthmainnah, Rodliyah, Mardliyyah, dan Kamilah. Dalam konteks ini kita dapat berusaha menahan diri dari nafsu Amarah dan Lawwamah. Karena Nafsu Amarah dijelaskan sebagai nafsu yang membawa sifat bakhil (kikir), hirshu (cinta dunia), hasad, kebodohan, takabur, syahwat, dan ghosab (menggunakan milik orang lain tanpa idzin). Sedangkan nafsu Lawwamah membawa sifat mencela, prasangka, memaksa, ujub, ghibah (bergunjing), riya’, sewenang-wenang, berbohong, dan lalai.
Memang akan susah karena pada hakikatnya manusia bukanlah malaikat. Malaikat diciptakan sebagai makhluk yang tidak mempunyai hawa nafsu. Sedangkan manusia sebagai tempat salah dan lupa (Mahalul khoto’ wa nisya). Tetapi sebagai manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna dan paling berakal, maka menjadi keharusan untuk tetap berusaha menggunakan akal pikirannya dengan cara terus menambah pengetahuan, memahami ilmu, kemudian mempraktikkannya.
Sungguh indah jika bulan Ramadhan digunakan untuk mengukir jejak mulia pula dengan berbagai kesempatan amal yang bernilai ibadah yang dapat kita lakukan. Selain berpuasa wajib, kita juga bisa menambahkan amaliah kebaikan lain, seperti berbagi takjil berbuka puasa, melaksanakan sholat terawih, tadaruss Al Qur’an, membangunkan sahur, tidur dengan niat meninggalkan maksiat dan masih banyak lagi, termasuk menulis konten dakwah agama Islam seperti ini.
Jejak-jejak amaliah kebaikan inilah yang diharapkan sebagai bukti ketika nanti diperlihatkan catatan-catatan amal ibadah kita di akhirat kelak. Karena itu pula bulan Ramadhan juga dijuluki sebagai Sahrul ‘Ibadati (bulan yang penuh dengan nilai ibadah). Hampir semua umat muslim berlomba-lomba menghidupkan bulan Ramadhan dengan berbagai cara. Semoga kita dijadikan orang yang terus diberikan hidayah – Nya. Semoga yang sedikit bermanfaat. Wallahu A’lam Bisshowab.
Islamic digital activist. Mugi Barokah Manfaat