BUKU Menjerat Gus Dur yang ramai diperbincangan di jagat media sosial tidak hanya mampu membuka kepingan sejarah kelam bangsa ini. Lebih dari itu, maha karya Virdika Rizky Utama yang berisi tentang sejarah pelengseran Gus Dur ini mampu membuka kesadaran kita semua, bahwa idiom: Kejahatan yang terorganisir akan mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir. Ternyata benar. Sekarang saya percaya itu. Dan semakin yakin.
Buku Menjerat Gus Dur ini membuat seluruh warga NU tergeragap. Mereka tersentak. Bangun. Lalu auto marah. Maklum, buku yang berisikan dokumen konspirasi pelengseran Gus Dur ini benar-benar laknat.
Bagaimana tidak, demi untuk melengserkan seorang Gus Dur, mereka rela menyiapkan dana sebesar Rp 4 triliun untuk menghalalkan segala cara. Mulai dari penggalangan opini yang menyudutkan dan mefitnah Gus Dur, propaganda masyarakat, mobilisasi demo mahasiswa, hingga menciptakan instabilitas dan bom-bom kerusuhan yang memakan korban jiwa.
Saya sebagai manusia normal, kejahatan yang terorganisir ini seperti mimpi. Saya masih tidak percaya ini dilakukan manusia. Rela menumpahkan dara demi merebut kekuasan.
Tapi saya yakin, bahwa warga NU bukanlah sumbu pendek. Meski kebaikan yang dilakukan warga NU kerap tidak terorganisir, sehingga kalah dengan kejahatan mereka yang terorganisir.
Sedangkan, untuk urusan marah masih bisa ditahan. Ya mungkin kalau keceplosan, tinggal bilang j*ncuk Golkar dan HMI conection. Tidak pakai menyewa preman untuk menghajar cowok yang telah menlikung cewek. Apalagi saat lagi sayang-sayangnya. Itu sakit tauk.
Membaca kepingan-kepingan tulisan dari sinopsis Buku Menjerat Gus Dur yang ditulis Mas Virdi di sejumlah situs media alternatif, saya hanya menyadari satu hal. Bahwa saya sedang tidak bermimpi. Latu rokok yang terkena kulit terasa panas. Dan, fakta menjadi bukti bahwa pelengseran Gus Dur yang berhasil diungkap Virdika itu benar adanya. Lengkap dengan bukti dokumen ‘’Sekenario Semut Merah’’ yang tidak bisa dibantah. Sebuah kejahatan terorganisir yang luar biasa.
Tapi sebagai warga NU yang selalu berusaha mengambil sisi positif dari setiap kejadian yang ada. Kejatuhan Gus Dur dengan segala konspirasi yang diciptakan para petinggi Golkar dan HMI connection, itu menunjukan bahwa begitu saktinya HMI. Bekerja dalam senyap. Tapi hasilnya melampaui apa yang tidak pernah kita bayangkan.
Mereka bisa menciptakan sebuah kejahatan terorganisir yang luar biasa. Mungkin, hanya HMI connection satu-satunya organisasi yang bisa melakukan itu. Sebuah keahlian dalam menyusun strategi kejahatan yang tidak dimiliki orang NU.
NU memang terlalu baik. Jangan berpikir untuk melakukan kejahatan yang terorganisir. Untuk melakukan kebaikan yang terorganisir, pun terkadang masih korat-karit.
Nah, terungkapnya kebenaran atas kedoliman yang diterima Gus Dur melalui buku Menjerat Gus Dur ini bisa menjadi bahan refleksi kita bersama sebagai warga NU. Bukan untuk balas dendam dengan menciptakan kejahatan yang terorganisir. Karena saya juga yakin, ndak enek wong NU yang memiliki keahlian di bidang menciptkan kejahatan. Melainkan menciptakan kebaikan-kebaikan yang semakin terorganisir. Warga NU harus bersatu untuk menjadi kuat.
Jangan sampai NU dikalahkan oleh kejahatan yang memang itu sengaja diciptakan dan diorganisir, karena NU terlalu baik. (*)
Pengurus Aswaja Center NU Tuban