Suluk.id – Kita tahu Ramadhan menjadi bulan yang penuh dengan kesabaran dan kebaikan. Kesabaran dan kebaikan dalam Ramadhan masih mempunyai makna yang luas untuk dipahami serta diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi. Entah itu di masjid hingga di jalan-jalan. Tidak hanya pada bulan Ramadhan tetapi juga sebelas bulan lainnya. Karena bulan Ramadhan adalah kunci dari satu tahun yang akan dijalani.
Makna Ramadhan di Jalan Raya
Saya merupakan seorang yang hampir setiap minggunya bepergian antar kota menggunakan sepeda motor. Dalam perjalanan pastinya menemukan banyak sekali kejadian – kejadian, mulai dari yang menyenangkan hingga memacu adrenalin.
Bagaimana tidak, pasti kita ketika berkendara di jalan raya pernah menjumpai orang-orang dengan berbagai gaya berkendara. Salah satunya ketika berkendara di depan kita tiba-tiba berbelok terlebih dulu, pada saat itu juga baru menyalakan lampu sen. Otomatis orang yang berkendara dibelakang nya, dengan jarak kurang dari dua meter akan langsung dibuat kaget, kalang kabut, berdebar debar keringat dingin. Karena harus menghindari agar tidak terjadi tabrakan yang menyebabkan kerugian. Selain kaget, pasti akan dibarengi rasa untuk mengumpat, jengkel, hingga marah-marah.
Selain itu, kita juga sering menjumpai fenomena serupa lainnya yang juga berpotensi terjadi tabrakan. Yakni ketika ada sebuah belokan jalan dan muncul secara tiba-tiba motor yang langsung nyelonong berbelok masuk ke lintasan kita. Alias tidak ada inisiatif berhenti dan melihat dari arah lain apakah ada motor lain atau tidak. Setelah itu pasti pengendara dari arah lain akan kaget dan membunyikan klaksonnya dengan kencang berkali-kali. Entah itu sebagai bentuk peringatan atau juga sebagai ungkapan rasa kesalnya.
Ditambah lagi panasnya jalanan aspal di siang hari dan polusi atau kemacetan. Hawa nafsu nafsu amarah alias marah – marah berpotensi akan meluap-luap. Namun untungnya ketika kita ingat sedang berada di bulan Ramadhan dalam kondisi berpuasa, mungkin kita akan menahan kemarahan dan menggantinya dengan kesabaran agar tidak membatalkan pahala puasa.
وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْن
Artinya: “Dan jika seseorang mengajak bertengkar atau mencela maka katakanlah, “ Sesungguhnya aku sedang berpuasa. (Ucapkan hal ini dua kali).” HR. Bukhari
Makna Ramadhan Ketika Berburu Takjil
Ketika menjelang magrib, di bulan puasa ini juga banyak masjid-masjid mengadakan buka bersama. Sebelumnya, sambil menunggu diisi pengajian kurang lebih sekitar lima belas hingga tiga puluh menitan.
Pada waktu itu pula, banyak orang yang berbondong-bondong mulai dari mahasiswa, lansia, anak – anak ataupun dengan keluarga nya untuk mengikuti pengajian dan buka bersama. Suasana masjid menjadi semakin ramai dipenuhi jamaah, tidak seperti waktu magrib bulan – bulan sebelumnya.
Ada hal menarik menyentuh hati yang dapat saya soroti kemarin ketika mengikuti buka bersama di salah satu masjid. Panitia buka bersama mulai membagikan takjil ke semua jamaah, tak terkecuali pada anak-anak yang ikut meramaikan masjid.
Mungkin karena stock takjil sangat terbatas, memungkinkan tidak semua jamaah mendapatkan nya. Ternyata benar, ada seorang anak yang tidak mendapatkan jatah takjil dari panitia. Dengan menunjukkan wajah memelas kecewa -karena ia datang dan berharap mendapatkan takjil- ia duduk bersender di tembok masjid. Mungkin ia juga tidak berani untuk meminta atau menanyakan ke panitia.
Tak lama saya mengetahui itu, ada seorang bapak yang melihat dan mendekati anak tersebut. Kemudian bapak itu dengan senyuman memberikan takjil yang ada digenggaman nya kepada anak kecil itu. Setelah itu ia pergi meninggalkannya. Bapak itu juga terlihat masih menggunakan kemeja dan membawa ransel. Mungkin ia sama seperti saya, seorang pelancong yang pulang kerja langsung pergi ke masjid dengan niat ikut mengaji dan berburu takjil untuk berbuka.
Saya melihat itu dengan indah sekali. Memang benar bulan Ramadhan juga dijuluki sebagai Syahrul Rahmat (bulan kasih sayang). Karena di dalamnya terdapat perilaku manusia – manusia saling memberikan kebaikan antar sesama. Sebagai bentuk kasih sayang antar sesama nya. Seperti dawuh KH. Miftachul Ahyar “Selamat datang kemanusiaan. Ramadhan adalah bulan kemanusiaan, Ramadhan adalah bulan kita mengenal siapa diri kita, Ramadhan adalah jati diri kita”.
Memaknai Ramadhan Dalam Setiap Situasi Kondisi
Dari kedua kisah diatas dan masih banyak lagi kisah-kisah lainnya di bulan Ramadhan ini untuk dapat diambil ibrah atau pelajaran mengenai makna bulan Ramadhan yang penuh dengan kesabaran dan penuh kasih sayang. Acapkali, sering dikatakan bahwa bulan Ramadhan sebagai bulan untuk melatih diri, membiasakan berbuat kebaikan agar terbiasa pada bulan-bulan setelahnya.
Kita bisa mengambil kebaikan, keberkahan bulan Ramadhan pada setiap situasi dan kondisi yang ada pada diri kita. Dengan hal itu kita akan mendapatkan makna yang lebih dalam dari bulan Ramadhan, bukan hanya sekedar ritual keagamaan rutininan setiap tahunnya.
Karena Ramadhan juga dapat menjadi tolak ukur bulan-bulan kedepannya. Apabila kewajiban dan ibadah pada bulan Ramadhan dilakuakan dengan baik dan benar, maka hal itu menunjukkan keberhasilan satu tahun ke depan. Seperti dawuh Syekh Abdurrahman bin Abdussalam bin Utsman As-Shafuri Asy-Syafi’i yang dikutip pada laman NU Online
رَمَضَانُ قَلْبُ السَّنَةِ، إِذَا سَلِمَ سَلِمَتْ السَّنَةُ كُلُّهَا
“Bulan Ramadhan adalah intisari dalam satu tahun. Jika (dalam Ramadhan ini) baik, maka sepanjang tahun tersebut juga akan baik.” (As-Shafuri, Nuzhatul Majalis wa Muntakhabun Nafais, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah], juz I, halaman 215).
Semoga kebaikan, ibadah yang kita lakukan di bulan Ramadhan ini diterima. Sehingga ketika kita keluar darinya dalam keadaan lebih baik lagi dengan dapat mengambil serta menerapkan makna dari beribadah di bulan Ramadhan.
Wallahu a’lam bish-shawwab
Islamic digital activist. Mugi Barokah Manfaat