Suluk.ID
Friday, May 9, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pepanggen

Memperbincangkan Islam di Tempat Orang ‘Kafir’

by Ngatawi Al-Zastrouw
June 22, 2019
in Pepanggen
Memperbincangkan Islam di Tempat Orang ‘Kafir’
Share on Facebook

Suasana pembukaan The 2th Bienale International Conference di Univ. Redboud, Nijmagen pagi ini berlangsung meriah. Selain menteri Agama dan Dubes RI untuk kerajaan Belanda hadir juga pimpinan Universitas; prof. Daniël Wigboldus (President of Execitiv Board Univ. Radboud),

Prof.Frans Wisjen, (Wakil Dekan Fakultas Filsafat, Teologi dan Perbangan Agama), beberapa prof dan peneliti dari Univ. di Inggris, Turki, Jerman, Amerika, Belanda, Maroko dan Indonesia.

Acara pembukaan dimulai dengan penampilan Ki Ageng Ganjur sebagai persembahan dari fak. Islam Nusantara, UNUSIA Jakarta. Pada kesempatan ini Ganjur membawakan beberapa lagu dengan komposisi aransemen kolaboratif tradisonal/etnik-modern, barat timur dan litas religi sebagai gambaran atas hubungan dialogis lintas iman, lintas zaman dan lintas geografis.

Beberapa tokoh yang memberikan sambutan di acara pembukaan adalah Presiden Eksekutif Univ. Radboud, Dubes RI, Menteri Agama dan Ketua PCI NU Belanda, Ibnu Fikri. Secara garis besar semua sambutan berisi pentingnya Islam Wasathiah (moderasi Islam) dalam menjawab tantangan global yang semakin diwarnai dengan konflik agama (Islam). Mereka berbarap konferensi ini bisa menggali nilai dan slirit keislaman dan menghasilkan rumusan yang bisa menjadi counter wacana terhadap maraknya gerakan rarikal yang memancing konflik di berbagai belahan dinia.

Setelah pembukaan acara dilanjutkan dengan konferensi yang membahas berbagai hasil penelitian dan artikel dari para peneliti dan akademisi dari berbagai universitas dan lembaga penelitian dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia. Pebahasan dibagi menjadi tiga cluster sesuai sub tema yang sudah ditentukan panitia.

Beberapa pakar yang menjadi narasumber dalam konferensi ini adalah Dr. Thimothy Winter (Syech Abdul Hakim Murad) (Dekan Cambride Muslim College), Dr. Carool Kersten (King’s College London), Dr. Martijn ed Koning (RU Nijmegen), Prof. dr. N.J.G Kaptein (Univ. Leiden), dr. Roel Meijer (RU), prof. Karin Nieuwekerk (RU), Prof. dr. Thijl Sunier (VU Amsterdam). Dari Indonesia yang menjadi narasumber adalah KH. Yahya C. Staquf (Watimpres/PBNU), Dr. Zaenal Abidin Baqir (UGM Yogyakarta), prof. Rodert Setio (UKDW Yogyakarta)

Penulis mengikuti salah satu klaster dengan subtema “The Relevance of Islam Nusantara in the Manisfestation of al-Wasatiyya”. Ada beberapa artikel dan hasil penelitian yang dibahas dalam kluster ini diantaranya dari UIN Sunan Kalijaga, UIN Sunan Ampel, UIN Syarif Hidayatullah, UIN Walisongo dan UNUSIA Jakarta. Penelitian ini rata2 membahas pemikiran ulama Nusantara mengenai konsep wasathiyya, strategi dan model gerakan mengimplementasikan wasathiyya Islam.

Selain itu, penulis juga mengikuti lecture yang disampaikan KH. Yahya C. Tsaquf. Yang menarik dari paparan gus Yahya, beliau tidak menyampaikan pentingnya konsep wasathiyya sebagai jawaban terhadap persoalan krisis kemanusia tapi juga menyampaikan secara detail bernagai persoalan yang dihadapi ummat Islam. Diantaranya adalah kuatnya ortodoksi abad pertengahan yang membelenggu imaginasi dan pemikiran sebagian ummat Islam.

Kondisi ini menyebabkan terjadinya benturan antara sesama ummat Islam sebagaimana terlihat dalam berbagai konflik yang terjadi di beberapa negara Timur Tengah. “Bagaimana mungkin orang yang sama2 meneriakkan takbir dan sama2 merasa membela Islam tapi bisa saling membunuh satu sama lain” tegas gus Yahya. Dan di I donesia secara riil, di lapangan, NU merasakan terjadinya benturan ini.

Berikutnya, gus Yahya juga menyampaiakan adanya kesenjangan sosial ekonomi antara masyarakat Barat yang kebetulan non Muslim dengan Timur yang Muslim. Kondisi ini menimbulkan sentimen yang makin mengeras kerena dibungkus dengan simbol agama.

Saya maresa ada sesuatu yang menarik dalam event ini. Kita membicarakan Islam di kampus Khatholik. Dan semua berjalan secara enjoy, damai tanpa ada perasaan takut atau khawatir kehilangan iman. Bahkan semua bisa bebas bicara dan berpendapat tanpa ada perasaan tertekan dan dilecehkan. Apapun pendapat yang muncul dihargai dan diapresiasi.

Di forum itu saya merasakan bagaimana indahnya perbedaan. Suatu kondisi yang selama ini terjadi di negeri kami dan kami nikmati selama berabad abad. Namun sekarang kondisi itu sepertinya terancam punah karena maraknya gerakan keagamaan yang merobek semangat persaudaraan dan mengancam keberagaman. Mereka memasang tembok2 akidah yang membuat kita menjadi terpisah.

Ngatawi Al-Zastrouw

Budayawan

Tags: IslamLuar Negeri
Previous Post

Muhasabah Kebangsaan, Catatan Perjalan Ki Ageng Ganjur ke Belanda

Next Post

Mengikis Stigma Negatif Islam di Mata Internasional

Related Posts

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

Filosofi Nyadran dan Akulturasi di Desa Mlorah

by Mukani
April 24, 2025
0

Tradisi nyadran di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk tahun ini digelar hari Jumat Pahing, tanggal 25 April 2025. Ini...

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

by Mukani
April 21, 2025
0

Tumenggung Sri Moyo Kusumo adalah salah satu pejabat di Kerajaan Mataram Islam. Tugas utamanya adalah menikahkan masyarakat. Dia diperkirakan lahir...

Menikmati Malam Idul Fitri di Makam Asmoroqondi Tuban

Menikmati Malam Idul Fitri di Makam Asmoroqondi Tuban

by Amrullah Ali Moebin
May 2, 2022
0

Suluk.id - Setelah berbuka puasa dengan gule kambing dan suwiran pepaya bumbu merah, saya leyeh-leyeh di teras rumah. Belum ada...

Wisata Krangkeng dan Para Dedemit yang Beradaptasi

Wisata Krangkeng dan Para Dedemit yang Beradaptasi

by Ahmad Natsir
April 16, 2021
0

Tahun 2014, di tepat di tengah makam itu mulai dipasang sebuah lampu besar untuk menerangi makam. Kegelapan pun menghilang kala...

Next Post
Mengikis Stigma Negatif Islam di Mata Internasional

Mengikis Stigma Negatif Islam di Mata Internasional

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Khoirul Malik: Bahasa dan Proposal Riset adalah Kunci Menembus Beasiswa Studi Internasional

Khoirul Malik: Bahasa dan Proposal Riset adalah Kunci Menembus Beasiswa Studi Internasional

May 7, 2025
Keberuntungan Adalah Kesempatan Bertemu Kemampuan, Rudi Cahyono Bagikan Perjalanan Inspiratif Raih Beasiswa Unggulan Kemendikbud

Keberuntungan Adalah Kesempatan Bertemu Kemampuan, Rudi Cahyono Bagikan Perjalanan Inspiratif Raih Beasiswa Unggulan Kemendikbud

May 7, 2025
Scholarship Station FUAD UIN SATU Hadirkan Cerita Inspiratif Syahril Siddik, Alumni Leiden University

Scholarship Station FUAD UIN SATU Hadirkan Cerita Inspiratif Syahril Siddik, Alumni Leiden University

May 7, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2025