Suluk.ID
Sunday, January 17, 2021
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID
No Result
View All Result
Home Pepanggen

Memperbincangkan Islam di Tempat Orang ‘Kafir’

by Ngatawi Al-Zastrouw
June 22, 2019
in Pepanggen
Reading Time: 3min read
0 0
0
Memperbincangkan Islam di Tempat Orang ‘Kafir’
Share on Facebook

Suasana pembukaan The 2th Bienale International Conference di Univ. Redboud, Nijmagen pagi ini berlangsung meriah. Selain menteri Agama dan Dubes RI untuk kerajaan Belanda hadir juga pimpinan Universitas; prof. Daniël Wigboldus (President of Execitiv Board Univ. Radboud),

Prof.Frans Wisjen, (Wakil Dekan Fakultas Filsafat, Teologi dan Perbangan Agama), beberapa prof dan peneliti dari Univ. di Inggris, Turki, Jerman, Amerika, Belanda, Maroko dan Indonesia.

Acara pembukaan dimulai dengan penampilan Ki Ageng Ganjur sebagai persembahan dari fak. Islam Nusantara, UNUSIA Jakarta. Pada kesempatan ini Ganjur membawakan beberapa lagu dengan komposisi aransemen kolaboratif tradisonal/etnik-modern, barat timur dan litas religi sebagai gambaran atas hubungan dialogis lintas iman, lintas zaman dan lintas geografis.

Beberapa tokoh yang memberikan sambutan di acara pembukaan adalah Presiden Eksekutif Univ. Radboud, Dubes RI, Menteri Agama dan Ketua PCI NU Belanda, Ibnu Fikri. Secara garis besar semua sambutan berisi pentingnya Islam Wasathiah (moderasi Islam) dalam menjawab tantangan global yang semakin diwarnai dengan konflik agama (Islam). Mereka berbarap konferensi ini bisa menggali nilai dan slirit keislaman dan menghasilkan rumusan yang bisa menjadi counter wacana terhadap maraknya gerakan rarikal yang memancing konflik di berbagai belahan dinia.

BacaArtikel

Mengunjungi Pesarean Kiai Shiddiq, Penyebar Islam di Jember

Kisah Ramadan: Belajar Adat Baru di Pondok Pesantren Langitan

Ngaji Pasanan di Pondok Pesantren Langitan Tuban

Setelah pembukaan acara dilanjutkan dengan konferensi yang membahas berbagai hasil penelitian dan artikel dari para peneliti dan akademisi dari berbagai universitas dan lembaga penelitian dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia. Pebahasan dibagi menjadi tiga cluster sesuai sub tema yang sudah ditentukan panitia.

Beberapa pakar yang menjadi narasumber dalam konferensi ini adalah Dr. Thimothy Winter (Syech Abdul Hakim Murad) (Dekan Cambride Muslim College), Dr. Carool Kersten (King’s College London), Dr. Martijn ed Koning (RU Nijmegen), Prof. dr. N.J.G Kaptein (Univ. Leiden), dr. Roel Meijer (RU), prof. Karin Nieuwekerk (RU), Prof. dr. Thijl Sunier (VU Amsterdam). Dari Indonesia yang menjadi narasumber adalah KH. Yahya C. Staquf (Watimpres/PBNU), Dr. Zaenal Abidin Baqir (UGM Yogyakarta), prof. Rodert Setio (UKDW Yogyakarta)

Penulis mengikuti salah satu klaster dengan subtema “The Relevance of Islam Nusantara in the Manisfestation of al-Wasatiyya”. Ada beberapa artikel dan hasil penelitian yang dibahas dalam kluster ini diantaranya dari UIN Sunan Kalijaga, UIN Sunan Ampel, UIN Syarif Hidayatullah, UIN Walisongo dan UNUSIA Jakarta. Penelitian ini rata2 membahas pemikiran ulama Nusantara mengenai konsep wasathiyya, strategi dan model gerakan mengimplementasikan wasathiyya Islam.

Selain itu, penulis juga mengikuti lecture yang disampaikan KH. Yahya C. Tsaquf. Yang menarik dari paparan gus Yahya, beliau tidak menyampaikan pentingnya konsep wasathiyya sebagai jawaban terhadap persoalan krisis kemanusia tapi juga menyampaikan secara detail bernagai persoalan yang dihadapi ummat Islam. Diantaranya adalah kuatnya ortodoksi abad pertengahan yang membelenggu imaginasi dan pemikiran sebagian ummat Islam.

Kondisi ini menyebabkan terjadinya benturan antara sesama ummat Islam sebagaimana terlihat dalam berbagai konflik yang terjadi di beberapa negara Timur Tengah. “Bagaimana mungkin orang yang sama2 meneriakkan takbir dan sama2 merasa membela Islam tapi bisa saling membunuh satu sama lain” tegas gus Yahya. Dan di I donesia secara riil, di lapangan, NU merasakan terjadinya benturan ini.

Berikutnya, gus Yahya juga menyampaiakan adanya kesenjangan sosial ekonomi antara masyarakat Barat yang kebetulan non Muslim dengan Timur yang Muslim. Kondisi ini menimbulkan sentimen yang makin mengeras kerena dibungkus dengan simbol agama.

Saya maresa ada sesuatu yang menarik dalam event ini. Kita membicarakan Islam di kampus Khatholik. Dan semua berjalan secara enjoy, damai tanpa ada perasaan takut atau khawatir kehilangan iman. Bahkan semua bisa bebas bicara dan berpendapat tanpa ada perasaan tertekan dan dilecehkan. Apapun pendapat yang muncul dihargai dan diapresiasi.

Di forum itu saya merasakan bagaimana indahnya perbedaan. Suatu kondisi yang selama ini terjadi di negeri kami dan kami nikmati selama berabad abad. Namun sekarang kondisi itu sepertinya terancam punah karena maraknya gerakan keagamaan yang merobek semangat persaudaraan dan mengancam keberagaman. Mereka memasang tembok2 akidah yang membuat kita menjadi terpisah.

Ngatawi Al-Zastrouw

Budayawan

Tags: IslamLuar Negeri
Previous Post

Muhasabah Kebangsaan, Catatan Perjalan Ki Ageng Ganjur ke Belanda

Next Post

Mengikis Stigma Negatif Islam di Mata Internasional

Related Posts

Mengunjungi Pesarean Kiai Shiddiq, Penyebar Islam di Jember

by Dwi Khoirotun Nisa
November 13, 2020
0

Sudah satu tahun enam bulan saya tinggal di Jember. Namun baru seminggu yang lalu saya berhasil melangsungkan agenda ziarah ke...

Kisah Ramadan: Belajar Adat Baru di Pondok Pesantren Langitan

Kisah Ramadan: Belajar Adat Baru di Pondok Pesantren Langitan

by Muhammad N. Hassan
May 8, 2020
0

Setiap memasuki bulan suci Ramadan, saya selalu teringat Ramadhan pada tahun 2009 atau Ramadhan 1430 H. Saat itu saya diberi...

Ngaji Pasanan di Pondok Pesantren Langitan Tuban

Ngaji Pasanan di Pondok Pesantren Langitan Tuban

by Muhammad N. Hassan
May 6, 2020
0

Terkenang masa bertahun-tahun lalu saat bulan Ramadan saya pernah mengikuti kegiatan ngaji “pasanan” di Pondok Pesantren Langitan, Widang, Tuban. Sebuah...

Cerita Anak Rantau Asal Lamongan: Ramadan Tahun Lalu dan Sekarang di Thailand

Cerita Anak Rantau Asal Lamongan: Ramadan Tahun Lalu dan Sekarang di Thailand

by Muhammad N. Hassan
April 26, 2020
0

Sudah menjadi hal biasa bagi saya menjalankan ibadah puasa Ramadhan di tanah rantau atau tidak bisa merasakan hangatnya kumpul dengan...

Next Post
Mengikis Stigma Negatif Islam di Mata Internasional

Mengikis Stigma Negatif Islam di Mata Internasional

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

POPULAR

Abah Isun, Kyai Kampung

January 6, 2021
Mengenai Pilkada, Kader NU yang Maju Mewakili Siapa?

Mengembalikan Marwah Nahdlatul Ulama (NU) Pasca Pilkada

December 10, 2020
Mbah Imam, NU dan Segala Guyonannya

Mbah Imam, NU dan Segala Guyonannya

November 29, 2020
Load More

MORE ON TWITTER

Suluk.ID

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan. Media ini dikelola Lembaga Ta’lif wan Nasr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) Kabupaten Tuban.

Suluk.ID © 2020 - Dibuat dengan ♥ LTN NU Tuban.

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2020 - Dibuat dengan ♥ LTN NU Tuban.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In