JOMBANG – Namanya singkat, Mukani. Ketua Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) MWCNU Kecamatan Diwek ini baru saja meraih Tanda Kehormatan Republik lndonesia dari Presiden. Sebagai abdi negara, dia mendapat penghargaan Satya Lancana Karya Satya.
Penyematan sudah dilakukan langsung oleh Gubernur Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (13/10) lalu. Penganugerahan itu berdasar Keputusan Presiden Rl Nomor: 20/TK/2025 tanggal 13 Oktober 2025. Sebanyak 229 guru dan tenaga pendidikan se-Jawa Timur menerimanya.
Sosok alumni Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya (2005) ini meniti karir sebagai pegawai negeri sipil (PNS) sejak 1 April 2006. Penugasan pertama di SMAN Plandaan Jombang. “Saat pelantikan di Gedung Bung Tomo dulu, saya juga belum tahu, SMAN Plandaan itu ada di mana,” ujarnya.
Atas bantuan banyak kolega, akhirnya dia mulai menemukan dan berdinas di sekolah yang baru berdiri tahun 2002 itu. “Lokasinya memang pelosok di ujung wilayah kabupaten Jombang dan baru satu kali meluluskan,” kenangnya.
Sebelum melaksanakan tugas, para calon PNS itu wajib mengikuti pra-jabatan di SMAN 3 Jombang. “Semua peserta tidak boleh pulang, harus menginap di lokasi selama sepekan sebagai syarat menerima SK CPNS saat itu,” ujarnya.
Dia berkisah, pertama kali bertugas, pria asal Nganjuk ini mengaku menerima gaji sebesar Rp 832.960 per bulan. “Uang segitu sudah cukup untuk kebutuhan karena saya belum menikah dan masih tinggal di Pesantren Seblak,” ujarnya.
Padahal saat itu bersamaan dia mengajar di beberapa tempat. Di perguruan tinggi, dia menjadi dosen di STIT Urwatul Wutsqo Bulurejo dan Fakultas Tarbiyah IKAHA (sekarang UNHASY) Tebuireng.
Di Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah Seblak, sejak 2006 dia ditunjuk menjadi Waka Kurikulum. “Belum kalau malam juga harus mengaji di pondok,” imbuhnya.
Seiring waktu berjalan, sebagai PNS akhirnya dia dimutasi ke SMAN 1 Jombang. “Riil mulai mengajar bulan Januari 2008, tapi SK mutasi turun April 2009,” ujarnya.
Penganugerahan Satya Lencana ini diakui sebagai penghormatan atas dedikasinya dalam mengajar. “Saat berangkat bertugas, dari Pesantren Seblak dulu harus naik angkutan umum sebanyak empat kali menuju SMAN Plandaan,” kisahnya.
Dia merasa senang memperoleh penghargaan ini. “Latar belakang keluarga memang serba kekurangan, jadi banyak mengajarkan kerja keras dan mandiri sejak di pesantren,” katanya.
Bapak dua putra ini, selain mengajar dan menulis, sekarang juga aktif di organisasi NU. Pria yang hobi bersepeda ini aktif di Ranting NU Desa Kayangan dan pengurus aktif LTN PWNU Jawa Timur. “Ini masuk periode kedua di LTN NU Jatim,” tambahnya.
Penulis profesional bersertifikat BNSP Rl ini berpesan kepada generasi muda untuk terus mengembangkan tradisi literasi meski mudah kecanggihan teknologi. “Karena membaca dan menukis itu menunjukkan kualitas kita seperti apa,” pungkasnya. (ani)
kontributor: Anita Zakiyah, pengurus LTN MWCNU Diwek
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan








