Suluk.ID
Saturday, May 17, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pitutur

Mengapa Orang Lebih Terenyuh Mendengar Motivator Ketimbang Bacaan Alquraan?

by Refki Rusyadi
August 31, 2019
in Pitutur
Mengapa Orang Lebih Terenyuh Mendengar Motivator Ketimbang Bacaan Alquraan?
Share on Facebook

Sering kita dengar di beberapa riwayat, para sahabat Nabi Muhammad kedapatan menangis tersedu-sedu, ketika ayat al-Qur’an di lantunkan, baik oleh Nabi sendiri maupun sahabat yang lainnya.

Tamsilan yang paling masyhur kita ketahui pada riwayat sahabat Umar bin Khattab ketika mendengar adiknya membacakan surat Al-Thoha kepadanya maka terjatuhlah seketika pedang yang sedang terhunus dibawanya. Hatinya tersentuh jatuh semacam tercabik haru.

Bahkan kerongkongannya semacam tersedak menahan tangis mengakui keluhuran bahasa maha dahsyat yang mungkin baru kali itu ia dengar. Dan puncaknya sahabat Umar bin khattab mennyatakan Syahadat dan masuk Islam

Dari beberapa riwayat tadi sering saya renungkan, mengapa sedikitpun saya tidak pernah tersentuh hati kemudian merasa haru ketika mendengar maupun sedang melantunkan ayat-ayat Qur’an yang saya baca sendiri.

Jikalau ada rasa nyaman di hati, itupun ketika lantunan ayat tadi dilantunkan oleh Qori’ ternama dan saya pun hanya khusyuk menikmati untaian nada dari sang Qori tapi bukan pada kandungan ayatnya.

Dan baru saja, mungkin tepatnya 10 menit sebelum saya mengetik curhatan ini, saya mendengarkan Kang Maman seorang yang piawai membuat epilog ternama yang sering hadir di beberapa acara talkshow di TV.

Saat itu kang Maman membacakan epilog tentang indahnya akhlak Nabi Muhammad yang menebar Islam rahmatan lil almain. Tak tahu kenapa seketika rasa haru dan tetesan airmata saya hadir di saat yang bersamaan. Ini bukan soal piawainya Kang Maman membacakan Epilog, karena memang disetiap kesempatan beliau sering membacakan epilognya di tema-tema yang lain.

Toh, terkadang saya biasa-biasa saja menikmati epilog kang Maman pada tema yang lain tadi. Tapi ini semacam magic. Mungkin karna saya paham bahasanya, sebab kang Maman membahasakan epilognya dengan bahasa Indonesia hingga saya bisa paham arti dan kandungan epilognya secara detail.

Kembali menyoal kenapa ketika lantunan Ayat suci tadi belum bisa menyentuh hati saya secara total, karena saya pribadi tidak menguasai bahasa yang indah ini dengan utuh dan sempurna.

Saya menganalogikannya dengan beberapa kisah sahabat tadi, mereka seketika menangis dan semakin kuat iman dan islamnya setiap mendengar maupun membaca lantunan ayat. Karena Alquran sendiri berasal dari bahasa “ibu” mereka. Saya mengandaikan jika saja saya seorang native arabic, mungkin saja saya akan menangis dan mengharu ketika mendengar maupun membaca lantunan ayat Alqr’an di tiap harinya.

Ini hanya pengalaman kecil dan terkhususkan buat saya yang selalu berharap kepada Tuhan agar hidayah dan iman selalu tetap dicurahkan olehNYA
Amien..

Refki Rusyadi

Dosen IAIN Tulungagung.

Previous Post

Kenduren, Fiqh Dakwah Sunan Bonang

Next Post

Corak dan Metode Dakwah Pesantren Sunan Bonang

Related Posts

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

by Redaksi
May 14, 2025
0

Suluk.id - Seseorang akan pergi jauh, namun hatinya akan tetap tertaut pada orang yang dikasihinya. Hingga suatu saat dia akan...

Resolusi Pasca Lebaran : Minimal Berniat Lebih Baik Lagi

Resolusi Pasca Lebaran : Minimal Berniat Lebih Baik Lagi

by Muchamad Rudi C
April 9, 2025
0

Sepertinya tidak hanya tahun baru yang menjadi titik refleksi seseorang. Entah itu tahun - tahun Masehi, Hijriah, Saka, Jawa dan...

Perjalanan Cinta di Hari Mulia

Perjalanan Cinta di Hari Mulia

by jamal ghofir
March 31, 2025
0

Genap lah sudah perjalanan spiritual, selama 30 hari mendendangkan lantunan syair mahabah disetiap bangunan suci seantero Nusantara bahkan dunia. Ayat-ayat...

Keteladanan dalam Kepemimpinan: Belajar dari Sikap Bijak Prof. Nasaruddin Umar

Keteladanan dalam Kepemimpinan: Belajar dari Sikap Bijak Prof. Nasaruddin Umar

by Redaksi
March 30, 2025
0

Penulis : Prof. Abd Aziz (Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung) Dalam kepemimpinan, dua hal selalu diuji: kebijaksanaan dan keteladanan....

Next Post
gamelan mbonang

Corak dan Metode Dakwah Pesantren Sunan Bonang

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

May 15, 2025
Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

May 14, 2025
Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

May 14, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025