Kabar itu muncul mendadak. Seorang kawan membuat story whatsapp dengan caption yang membuat hati ini pilu. Didi Kempot telah meninggal dunia. Saya nyaris tidak percaya. Dengan cepat saya mencari kepastian itu. Detik.com dan kompas.com telah merilis beritanya.
Lord Didi dikabarkan meninggal 5 Mei 2020 di RS Kasih Ibu Solo. Sebelumnya, memang tidak ada kabar tentang sakit yang diderita oleh Lord Didi.
Mak deg, seketika saya termenung atas kabar itu. Seoranf musisi campursari kelas wahid telah meninggalkan kita semua. Lord Didi memulai karirnya di bidang musik sudah cukup lama.
Awalnya memang dengan menjadi pengamen. Selanjutnya, merekam lagu dan mengirimkan ke studio musik di Jakarta. Kegagalan menimpa Lord Didi. Namun tidak membuatnya patah arang. Hingga akhirnya mendapat respon dari salah satu studio musik.
Lord Didi adalah anak seorang seniman Solo. Darah seniman memang telah mengalir dalam dirinya dan keluarnya. Mamik, salah satu pelawak srimulat adalah saudara kandung Lord Didi.
Kita banyak belajar dari Didi Kempot. Setelah musik campursari redup tak membuat Lord Didi harus berpangku tangan. Karyanya tetap saja ada. Hingga akhirnya karya itu menemukan momentum. Milenial menyambut baik. Meski lagu-lagu yang dinyanyikan cukup lampau.
Lord Didi mengajarkan kita semua tentang ketekunan. Bukan tentang menunggu momentum untuk berkarya. Tapi, berkarya sepanjang masa. Ada 700an lagu lebih yang telah diciptakan Lord Didi.
Kini Lord Didi tak bisa kita saksikan secara nyata. Jasadnya telah pergi untuk selamanya. Boleh jadi hari inilah sesungguhnya hari patah hati nasional. Bukan saat si cantik atau si ganteng menikah. Tapi, bapak patah hati nasional telah tiada. Justru, hari ini sebaiknya kita kukuhnya sebagai hari patah hati nasional.
Sebuah Pesan Kematian
Kematian itu nyata. Tidak seorangpun tahu kapan dirinya akan meninggalkan bumi ini selamanya. Hanya yang Maha Kuasa yang tahu tentang kematian seseorang. Begitu juga tentang jodoh dan rejeki.
Saya selalu ingat apa yangi disampaikan Gus Baha jika membahas kematian. Gus Baha selalu saja dawuh tentang tidak menganggap kematian itu sesuatu yang menakutkan.
“Tentang kematian itu kita santai saja,” begitu kira-kira ungkapan Gus Baha secara garis besar.
Menurut Gus Baha kematian adalah salah satu cara untuk menghentikan perbuatan dosa yang dilakukan manusia. Artinya, bila seseorang sudah mati tidak lagi perbuatan buruk bisa dilakukan. Jadi, sebaiknya orang bisa lebih bersyukur dan siap atas kematian.
Hidup juga demikian, kata Gus Baha, tidak ada yang tahu tentang jumlah umur seseorang. Jadi, semua sudah ada yang menakdirkan.
Jujur, orang seperti saya atau mungkin anda semua kematian sesuatu yang menyeramkan. Meski lisan ini berucap tentang ya pasti siap untuk mati. Hati kecil kadang masih saja menciut.
Lihat saja, saat Corona mewabah. Semua orang benar-benar ketakutan. Apa yang ditakutkan? Pastinya adalah kematian.
Banyak keyakinan tentang kematian. Khususnya kehidupan setelah kematian. Apakah akan ada kehidupan setelah kematian. Apa yang akan dilakukan oleh orang yang sudah mati?
Setiap agama memiliki penjelasan masing-masing. Yang terpenting kita untuk hari ini adalah bersiap untuk hari mendatang. Hari mendatang itu ya hari kematian.
Apa yang kita siapkan? Lord Didi telah memberi contoh. Yakni berbuat baik dan berkarya. Kebaikan akan tetap abadi begitu juga sebuah karya meskipun orangnya telah tiada.
Matur nuwun Lord Didi. Selamat Jalan. Kami akan terus merindukanmu seperti neng Stasiun Balapan yang selalu menjadi kenangan. (*)
Redaktur suluk.id