Blitar, Suluk.id – Bulan Rajab dijadikan Allah SWT salah satu dari empat bulan haram selain Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram. Bulan haram dimaknai sebagai bulan mulia hal itu disampaikan oleh Agus Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqhdam pengasuh Majlis Ta’lim Sabilu Taubah dalam tausiah Masjid Ar-Rahman Blitar Bersholawat dan Ngaji Bareng (24/01/2023)
Menurut Syekh Fahrudin Ar-Rozi dalam Kitab Tafsir Ar Rozi yang dikutip Gus Iqhdam menjelaskan bahwa bulan mulia adalah bulan dimana pahala ibadah dan kebaikan dilipat gandakan berlipat-lipat oleh Allah SWT dan dosa kemaksiatan dilipat gandakan pula.
“Nek awakmu nglakoni ketaatan dan kesaenan ing bulan Rajab niki wau, ganjarane ditikel matikelne (jika kamu melakukan ketaatan dan kebaikan di bulan Rajab ini tadi, maka pahala kebaikan dilipat-lipat gandakan -red)” jelas Gus Iqhdam
Akan tetapi sebaliknya, jika seseorang melakukan kemaksiatan atau perbuatan buruk di dalam bulan Rajab ini maka juga akan dilipat gandakan dosanya.
“semono ugo sewalik e, yen panjenengan nglakoni maksiat nglakoni perkoro elek, yo ditikelne bolak-balik (begitupun sebaliknya, jika melakukan kemaksiatan atau keburukan, maka akan dilipat gandakan pula dosa-dosanya -red)” tambahnya
Gus Iqhdam yang juga selaku pengasuh pondok pesantren Mambaul Hikam 2 Karanggayam Blitar ini juga menuturkan salah satu cara berbuat kebaikan di bulan Rajab ini dapat dilakukan dengan bershadaqah dan bersyukur.
“Karena syukur itu adalah menyalurkan nikmat untuk menuju ketaatan kepada Allah” tutur Gus Iqhdam
Selain itu, bersyukur juga menjadi cara seseorang agar tetap memperoleh nikmat dari Allah SWT. Jika tidak mensyukuri apa yang diberikan Allah SWT maka orang itu layaknya membiarkan nikmat itu lepas dari dirinya seperti yang diterangkan Gus Iqhdam mengutip kitab Hikam Ibnu Athoilah.
“Uwong ora gelem nyukuri nikmat, podo karo pengen nikmat kuwi ucul (orang yang tidak mau mensyukuri nikmat, sama saja dengan ingin nikmat itu lepas darinya -red), uwong iku nek gelem nyukuri nikmat, podo karo nikmat iku ditaleni, ora iso ucul teko sampean (barangsiapa mau mensyukuri nikmat, itu seperti mengikat nikmat yang tidak bisa lepas dari kamu -red)” terang Gus Iqhdam.
Di akhir Gus Iqhdam juga berpesan yang dikutip dari dawuh Waliyullah Lukman Al Hakim untuk duduk bersama dan dekat dengan Kyai “Lingguho karo Ulama, Awor o Kyai, nek perlu dengkulmu pepetno (duduklah dengan Ulama, bareng dengan Kyai, kalau perlu mepetkan lututmu -red)” pesan Gus Iqhdam.
Alasan untuk dekat dengan Ulama karena Allah SWT menghidupkan hati dengan cahaya dari ilmu Alim Ulama seperti Allah SWT menghidupkan bumi dengan turunnya air hujan.
“mininmal cita-cita o, aku nek sugeh tak derekne Kyai tak cedek Kyai tak Khidmah neng Nahdlatul Ulama’, niku resep e (minimal bercita-citalah, aku semisal kaya tetap mengikuti Kyai, dekat Kyai dan Khidmat di Nahdlatul Ulama’, itu resepnya -red)” pungkas Gus Iqhdam. (mrc).
Islamic digital activist. Mugi Barokah Manfaat