Suluk.id – Sebagai seorang mahasiswa yang ingin memperoleh gelar Sarjana Strata 1 sudah sewajarnya mulai mempersiapkan salah satu tugas akhir perkuliahan, yakni skripsi. Tepat setelah kegitan KKN (Kuliah Kerja Nyata) dan PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) saya mulai memikirkan judul apa yang cocok untuk karya ilmiah saya ini.
Saat itu muncul ide untuk mengangkat judul skripsi dengan tema pendidikan sosialis dan pendidikan marxis, sebab saya tertarik dengan beberapa buku karya Nurani Soyomukti yang sedikit banyak pernah saya baca, salah satu bukunya yang berjudul “Teori-teori Pendidikan dari Tradisional, (Neo)liberal, Marxis-Sosialis, hingga Postmoddern”.
Dari buku tersebut akhirnya dapat merumuskan dua judul skripsi yang akan saya ajukan. Namun itu saja masih kurang, karena aturan yang mengharuskan bahwa setiap mahasiswa yang hendak skripsi wajib menyetorkan tiga judul untuk diseleksi. Dari sinilah pikiran mulai agak buntu, maklum saja mahasiswa kurang baca buku.
Masih teringat jelas malam itu saya pergi ke basecamp KITASAMA yang terletak di perumahan Gedongombo Blok A1 untuk mendiskusikan beberapa judul yang sudah saya siapkan. Di basecamp ini proses diskusi berlangsung bersama Pak Yani dan Pak Zubaidi. Dua orang ini adalah senior saya di kampus.
Dari diskusi yang kami lakukan panjang lebar akhirnya menemukan titik terang, bahwa judul yang saya angkat kurang pas dengan jurusan saya, karena akan sulit menemukan referensi pendukung, bahkan judul tersebut akan ditolak.
Sampai disini mulailah berpikir ulang, kira-kira judul apa yang pas untuk jurusan PAI dengan jenis penelitian Library Research. Tak lama kemudian saya menemukan buku dengan judul ”Suluk sang Pembaharu : Perjuangan dan Ajaran Syaikh Siti Jenar” karya Agus Sunyoto (K. Ng. H. Agus Sunyoto).
Saya sangat tertarik dengan buku tersebut sebab buku tersebut ditulis berdasarkan penelitian kualitatif yang bersumber pada naskah-nakah Cirebon dan Banten, sehingga menghasilkan pemikiran K. Ng. H. Agus Sunyoto yang berbeda dengan anggapan masyarakat pada umumnya tentang Syaikh Siti Jenar yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam sehingga dihukum mati oleh Wali Sanga.
Malam itu juga saya buat judul skripsinya begini “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Buku Perjuangan dan Ajaran Syaikh Siti Jenar Karya Agus Sunyoto”, judul pasaran banget ya haha. Selesai buat judul kemudian saya diskusikan lagi dengan Pak Yani dan Pak Zubaidi seperti sebelumya dan alhasil mereka setuju untuk judul yang ini.
Keesokan harinya saya ajukan beberapa judul yang sudah terkantongi, dan berharap judul dengan tema Marxis Sosialislah yang di disetujui oleh Tim verifikasi, singkat waktu akhirnya pengumuman kelulusan judul skripsi via WA dimulai, disitulah bola mata mulai mencari dengan teliti sampai dua kali scrol atas ke bawah tetapi nama dan judul saya tidak tertera di pengumuman, hati mulai resah kok bisa nggak ada nama saya? Ternyata yang saya lihat pengumuman judul milik teman-teman PGMI, haduh akibat saking grusa grusu.
Setelah itu saya cari lembar pengumuman milik teman-taman PAI dan dilembar inilah hati saya terkejut dengan hasilnnya, sebab judul yang disetujui adalah judul yang dibuat secara dadakan pada malam hari sebelum pengajuan, iya betul judul yang ini“Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Buku Perjuangan dan Ajaran Syaikh Siti Jenar Karya Agus Sunyoto”.
Setelah tahu bahwa judul tersebut yang disetujui saya pun bergegas mencari informasi ke teman-teman untuk menanyakan adakah yang punya nomor telepon atau whatsapp KH. Agus Sunyoto. Tak butuh waktu lama untuk mendapatkan nomor telepon beliau. Setelah dapat, jempol jemari saya pun bergegas menghubungi beliau untuk meminta izin bahwa karya tulisnya akan saya gunakan sebagai sumber penelitian skripsi.
Tepat 7 Februari 2020 pukul 9:16 AM saya mengirimkan pesan pendek kepada beliau, dengan sopan dan penuh rasa sungkan serta gemetar karena kali pertama, jempol jemari ini mengetik pesan singkat untuk beliau;
” Assalamualaikum Yai, Salam ta’dzim saking Kulo. Niki Said dari STITMA TUBAN mahasiswanya Pak Jamal, ngapunten mohon izin, karya Jenengan Suluk Sang Pembaharu mau saya jadikan sumber SKRIPSI. Mohon ridho dan masukanya Yai. Matursuwun”
“ Wlkmslm. Nggih mugi lancar sedaya. Mangke kulo dikirimi skripsine.”
“ Nggih Yai, matur suwun doanya. Insya allah kulo kirimi Skripsinya.”
“ Matur Nuwun”
“ Mungkin Insya Allah kalau dapat Izin sekalian mau soowan teng ndaleme jenengan”
“ Monggo. SMS rumiyin. Kulo jarang tng Griyo”
“ Nggih Yai, Terimakakasih banyak”
Begitulah percakapan singkat saya kepada beliau saat meminta izin dan Ridhonya, hati merasa senang karena mendapatkan izin sekaligus doa untuk kelancaran skripsi saya, ditambah beliau berkenan meminta skripsi saya setelah semuanya selesai.
Alhamdulilah proses bimbingan, revisi, ujian munaqosah semua sudah terlewati dengan lancar hingga pada akhirnya skripisi sudah terjilid dengan rapi, disaat itulah saya segera mungkin mengirimkan pesan lagi kepada beliau KH. Agus Sunyoto untuk memberikan kabar bahwa proses ini saya sudah selesai,
“Assalamualikum Bah, niki Said Mahasiswa STITMA Tuban ingkang pernah izin damel karyanipun abah ingkang Suluk Sang Pembaharu dados sumber penelitian skripsi dalem. Alhamdulillah berkah ridho lan pandonganipun abah, skripsi dalem sampun bakda diuji. Matur suwun nggih Bah, ngapunten dalem injing-injing sampun ganggu wedalipun Abah.”
Pesan ini terkirimkan tepat pada tanggal 31 Agustus 2020 pukul 7:02 AM. Seharian saya menunggu jawaban pesan dari beliu dengan menyibukkan diri dengan aktivitas lain. Sampai terlewat malam masih saja memantau notifikasi pesan singkat di HP saya. Dan akhirnya balasan dari beliau tak kunjung datang, saya berpikiran mungkin beliau sibuk jadi nggak sempat untuk membalas pesan singkat tersebut.
Setelah pesan tidak terbalaskan selanjutnya saya berusaha menanyakan alamat lengkap beliau kepada dosen pembimbing, Bapak Jamal Ghofir. Dengan datang langsung kerumahnya saya pun bertanya dimana alamat lengkap KH. Agus Sunyoto karena saya berpikir Pak Jamal Ghofir tau betul alamat lengkapnya, sebab Pak Jamal Ghofir dulu pernah megahadirkan KH. Agus Sunyoto dalam acara sarasehan budaya di Aula STITMA Tuban tahun 2019.
Akan tetapi Pak Jamal Ghofir pun kurang tahu dimana alamat lengkapnya. Sampai saya kontak teman-teman yang di Malang banyak yang kurang tahu persis dimana alamatnya, mereka hanya memberikan informasi bahwa ndalem K.H. Agus Sunyoto berada di daerah Mendit.
Tujuan menanyakan alamat lengkap beliau adalah untuk mengirimkan skripsi saya yang sempat diminta beliau, namun karena belum juga mendapatkan alamatnya saya pun berhenti mencari tau alamat beliau, hinga saya lupa.
Sampai akhirnya Ramadan 1442/2021 tiba, bulan dimana kesibukan saya semakin bertambah dari bulan-bulan lainya. Jadi makin lupa saja kalau mau kirim skripsi.
Nah entah mengapa saat selesai sholat tarawih pada malam 14 Ramadan 1442 atau tepatnya hari ahad tanggal 25 April 2021 saya jadi resah dan kepikiran terkait skripsi yang belum saya kirimkan kepada KH. Agus Sunyoto, mulailah mencari informasi lagi terkait alamat beliau, sampai tiba masa setelah subuh saya tertidur dan bangun mendapatkan pesan WA yang berisi;
“Mengucapkan dukacita dan belasungkawa atas wafatnya guru kami, orang tua kami, abah KH. Agus Sunyoto, Pengasuh Pesantren Global Tarbiyatul Arifin, Malang, Jawa Timur, dan Ketua Umum Lesbumi PBNU. Semoga amaliah almarhum dibalas limpahan samudera maghfirah, rahmat, inayah, ridho Allah SWT dan syafaat Rasulullah Saw. Aamiin.”
Saat itu juga perasaan sedih menyelimuti hati sebab sosok Kyai yang sudah memberikan ridho dan doanya untuk kelancaran skripsi saya sudah menghembuskan nafas terakhirnya tepat pada 15 Ramadan 1442 H, perasaan bersalah pun muncul karena tidak dapat memenuhi permintaan terakhir beliau kapada saya, hingga beliau berpulang kepada sang Maha Kuasa. Sugeng tindak Kyai, ngapunten semoga kebaikan Panjenengan dibalas limpahan samudera maghfirah, rahmat, inayah, serta ridho Allah SWT Aamiin.
Ditulis oleh
SAID EFENDI PRADANA (Alumnus IAINU Tuban dan Aktivis PMII)
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan