Nasida Ria yang berisi perempuan progresif mendadak terkenal kembali, setelah ada postingan di media sosial yang mengunggah potongan video musik berjudul Tahun 2000. Mereka sendiri seperti hilang melennyap ditelan oleh bumi, tidak ada lagi musik-musik di kondangan yang memutar lagu-lagu mereka. Saya masih ingat setiap ada hajatan warga, baik sunatan maupun kawinan, saat menjelang senja tiba. Lagu-lagu seperti Kota Santri, Perdamaian, Pengantin Baru dan lain-lain, selalu menemani suasana ramai hajatan di kampung.
Grup musik ini berdiri sejak tahun 1975 di Semarang, Jawa Tengah dan mendapatkan puncak ketenaran tahun 90an hingga memasuki milenium awal. Mereka sendiri tercatat sebagai salah satu grup qasidah modern tertua di Indonesia. Sebelum Nissa Sabyan tenar dengan lagunya berlirik hmmm hmmm hmmmm, mohon maaf Deen Assalam menghipnotis kita semua, atau orang-orang mengenal Annisa Chibi alias Annisa Rahma yang mendadak dikagumi remaja muslim. Bahkan mungkin Via Vallen yang mendapatkan sorotan sebab memakai jilbab menjelang puasa. Nasida Ria telah eksis dari dulu, tanpa bantuan Instagram, You Tube dan kawan-kawannya.
Mereka tenar karena mengusung lagu bernuansa religius realis. Jika almarhum Didi Kempot terkenal dengan kembyaran kisah romantisme, maka Nasida Ria terkenal dengan pesan-pesannya yang berbobot. Pesan tersebut dibingkai dengan bahasa sederhana, tidak ndakik, tidak nyenja atau ke-ngarab- ngarapan. Bukan pula ingin menghipnotis pendengarnya agar sejalan dengan mereka, atau mencoba mendikte agar alim. Tetapi, lagu-lagu dari Nasida Ria lebih realis, karena menceritakan realitas atau kenyataan sehari-hari.
Membawa orang-orang untuk lebih mengenal lingkungan sekitarnya, seperti apa situasi sosial sekarang dan bagaimana sih menjadi seseorang yang beriman dan bertakwa. Tanpa harus dicekoki lagu-lagu yang sifatnya “memaksa” untuk menyakini sesuatu.Lagu-lagu Nasida Ria benar-benar berangkat dari kehidupan yang kita jalani, permasalahan yang sering kita jumpai. Dan, bagaimana kita menghadapi sebuah persoalan.
Poin penting dari Nasida Ria ini, mereka tidak menjual sensasi, seperti tempo hari ramai-ramai berdebat soal Ya Tabtab Wa Dalla dan sebelumnya perdebatan soal lagu berlirik centil yang menceritakan Kanjeng Nabi dan Sayyidah Aisyah. Sampai sensasi itu berlanjut, ada yang tidak terima lalu bikin lagi Sayyidah Khadijah. Berbeda, Nasida Ria yang religius realis lebih menjual musikalisasi, pesan-pesan masuk akal dan menjadi renungan banyak orang.
Tentu karya-karya mereka akan menjadi teman yang baik menjelang buka puasa, atau di saat lelah menjalani penatnya hidup akibat Covid-19. Dan bisa jadi, akan menjadi bahan renungan kita, sembari bertanya pada diri sendiri. “Sebenarnya lagu ini masih relevan tidak sih dengan saat ini.” Mungkin di sini saya akan berbagi empat lagu progresif Nasida Ria, ciptaan almarhun KH. Bukhori Masruri mantan ketua tanfidziyah PWNU Jawa Tengah, yang patut sahabat-sahabat dengarkan.
Perdamaian
Lagu berjudul perdamaian ini akan membawa kita kepada sebuah problem yang sering kita hadapi. Dalam kehidupan pasti akan ada yang namanya konflik, hingga menyebabkan satu pihak tersakiti dan pada level yang parah mengakibatkan kehilangan, baik harta benda ataupun nyawa. Seperti perang, yang selain memakan banyak nyawa manusia, juga meninggalkan jejak kerusakan lingkungan yang teramat besar.
Nasida Ria di sini mengajak kita untuk lebih kritis dalam melihat persoalan, sebab banyak yang mengatakan cinta damai, mengajak damai, tapi perang semakin mudah dibuat. Dan anehnya jika cinta damai mengapa ada senjata yang diperjual belikan, sampai mengakibatkan melayangnya orang-orang tidak berdosa. “Meski kau anak manusia ingin aman dan sentosa, tapi kau buat senjata dengan biaya berjuta-juta.”
Bom Nuklir
Jikalau banyak orang kuat dan berkuasa yang naif, bicara soal perdamaian tetapi sukanya bikin senjadi dan menebar teror melalui perang, ingin menguasai manusia dan wilayah lainnya. Maka lagu ini adalah renungan mendalam, kala ilmu pengetahuan tidak mempunya keberpihakan. Dengan ditemukannya bom nuklir, perang semakin menakutkan. Jutaan manusia meninggal, banyak pohon yang tumbang, pencemaran pada air dan menurunkan kualitas lingkungan.
Tetapi bom ini tetap dibuat, digandakan, kontras dengan omongan ingin hidup damai, tenang dan sentosa. Ini sangat bertolak belakang dengan perintah Allah untuk menghargai sesama manusia dan ajaran Nabi Muhammad untuk berdamai. Sehingga kata Nasida Ria, Bom Nuklir ini menyebabkan:”Langit gelap tertutup asap hitam. Mendadak udara dingin membeku. Sungguh ngeri akibat bom nuklir.”
Tahun 2000
“Tahun dua ribu tahun harapan, yang penuh tantangan dan mencemaskan Wahai pemuda dan para remaja, Ayo siapkan dirimu Siapkan dirimu, siap ilmu siap iman.” Begitulah penggalan lirik dari lagu Nasida Ria yang berjudul Tahun 2000. Di tahun awal milenium mereka sudah mewanti-wanti kita untuk bersiap-siap, menyiapkan ilmu dan iman. Sebab tahun ini penuh godaan, di mana kita akan menemukan segala kemajuan zaman. Tetapi, di tahun ini pula banyak orang benar disalahkan, dan yang salah dibenarkan.
Banyak fanatisme muncul serta banyak orang berilmu tapi tidak beriman sehingga tega menyakiti manusia lainnya dan tega melakukan perusakan alam. Demi mengenyangkan perutnya sendiri. Nasida Ria bukan peramal, namun mereka melihat realitas yang mengarah ke sana.
Di mana sawah berganti gedung, mulai munculnya otomasi, produksi kapitalis semakin dikencangkan, hak buruh diabaikan, lingkungan mulai rusak dan pemimpinnya mementingkan golongan orang kaya saja. Ini sebenarnya punya kaitan dengan peringatan Kyai Sahal Mahfudz, soal keserakahan akan ekonomi akan merusak lingkungan, sementara jika lingkungan rusak maka ekonomi akan turun dan lagi-lagi yang dirugikan kaum tak mampu.
Munafik
Semua kejadian di atas seolah-olah memiliki benang merah, ada konektivitas satu sama lainnya. Lalu lagu keempat ini, sekaligus pamungkas. Nasida Ria seakan-akan mengajak kita berefleksi dengan semua kejadian di dunia, untuk menyelamatkan akal sehat dengan ilmu dan iman. Sebab ilmu tanpa iman akan jadi tumpul tak berdaya. Orang yang berilmu tapi tak beriman dan orang beriman tapi tak berilmu sangat rentan dengan sifat mendua, suka berbohong, karena hanya memikirkan dirinya sendiri. Oleh Nasida Ria dikatakan sebagai Munafik.
“Dalam bicara selalu dusta Mengingkari janji janjinya. Berkhianat bila dipercaya. Hati dan lahirnya tak sama Itulah orang…munafik.” Sebagaimana realitas sekarang, banyak intelektual yang berbohong demi kekuasaan, sehingga mengakibatkan masyarakat tersakiti dan merugi. Contoh kasus eksploitasi sumber daya alam. Banyak juga pemimpin yang janjinya ini dan itu, tetapi kala diberikan amanat ia hanya mementingkan syahwatnya sendiri.
Mereka tertutup mata hatinya, tertutup rasa syukurnya, selalu mengambil dari orang lain dan tega merampas. Bukan kah ini fakta di era ini. Kala banyak orang yang bilangnya cinta damai tapi suka menebar teror dan perang. Kala orang yang bilangnya demi masyarakat, tetapi nyatanya ditegur malah diabaikan dan dianggap melawan. Kala banyak orang terancam hidupnya, mereka yang berkuasa hanya menebar janji dan janji tanpa terealisasi. Besok bilang A dan besoknya B.
Semoga lagu ini menjadi renungan bersama dan bahan belajar, agar tidak terbius lagu “ayo jangan mudik” yang horor dan membuat ingin menangis, lalu mengumpat. Selamat berlebaran di tengah wabah tetap jaga kesehatan. (*)
Warga Nahdlatul Ulama, pekerja sosial