Suluk.ID
Tuesday, July 1, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Puasa dan Komunikasi Transendental

by Kholid
June 8, 2019
in Ngilmu
Puasa dan Komunikasi Transendental
Share on Facebook

PUASA itu pengosongan diri dari sifat-sifat hewani agar diri menjadi ruang bagi sifat-sifat insani. Apabila sifat-sifat hewani telah hilang dari diri orang yang berpuasa, maka yang tersisa dalam dirinya adalah sifat-sifat insani.

Seperti menjadi orang jujur, sabar, peduli sosial, dermawan, ramah, dan toleran. Sifat insani yang muncul juga mampu menjaga seseorang untuk tidak melakukan penipuan dan mengambil yang bukan haknya.

Tidak akan membiarkan orang-orang yang terpinggirkan menderita kelaparan, tidak akan mencaci-maki agama lain atau aliran lain karena itu akan menyakiti para penganutnya, dan tidak akan melakukan kekerasan, meskipun atas nama kebenaran dan Tuhan.

Komunikasi transendental atau komunikasi yang terjadi antara manusia dan Tuhannya melalui ibadah yang dilakukan oleh manusia, ketika beribadah sesunggunhnya manusia sudah melakukakan komunikasi dengan penciptanya sebagai perwujudan hablum minaallah sebagaimana disabdakan Rasul dalam konsep ihsan, yaitu ‘an takbuduallah kaannaka tarahu fainlam takun tarahu fainnahu yaroka (HR Bukhori-Muslim)’ yang artinya beribadahlah kamu seakan akan kamu melihat Allah dan jika tidak bisa sesungguhnya Allah melihat kamu.

Maka ketika manusia melakukan ibadah, sesungguhnya manusia sudah berkomunikasi dengan Tuhannya, termasuk ketika manusia menjalankan ibadah puasa di Ramadan juga bagian dari komunikasi transendental.

Berkaitan dengan ibadah puasa, komunikasi transendentalnya dimulai dari turunnya surat Al-Baqarah: 183. Perintah puasa ini menggunakan kata ‘kutiba’ bukan menggunakan kata ‘furidho’ atau ‘wujiba’ yang di dalam kata ‘kutiba’ mesti terdapat pengorbanan yang tidak biasa dalam menjalankannya di mana dalam puasa orang tidak boleh makan, minum, dan sebagainya, padahal hal tersebut menjadi perilaku manusia sehari-hari.

Dengan kata lain, perintah puasa itu sangat berat bagi manusia untuk menjalannkannya. Akan tetapi manusia meyakini bahwa perintah Allah melalui malaikat jibril kepada Rasullullah Muhammad SAW merupakan bagian komunikasi transendental yang meliputi Allah dengan Malaikat Jibril sebagai saluran komunikasinya dan Rasul Muhammad SAW menjadi komunikannya.

Pesan dalam komunikasi transendental yang terjadi antara Allah, Malaikat Jibril, dan Rasul Muhammad SAW kemudian diteruskan oleh Rasul Muhammad kepada manusia-manusia yang beriman, maka terjadi proses penyampaian pesan transendental kepada manusia yang beriman.

Maka jenis komunikasinya bergeser menjadi komunikasi spiritual agama. Nabi Muhammad SAW dalam komunikasi ini berperan sebagai komunikator dan orang-orang yang beriman menjadi komunikannya.

Sedangkan pesan yang disampaikan ini masih pesan dari komunikasi transendental. Hal ini bisa dilihat dari dampak komunikasinya di mana manusia yakin akan kebenaran pesan dalam komunikasi transendental tersebut manusia dengan ikhlas dan riang gembira menyambut puasa Ramadan dan sedih saat Ramadan telah berakhir. (*)

Kholid

Dosen Ilmu Komunikasi Unirow Tuban

Tags: KomunikasiPuasa
Previous Post

Belajar Sabar dari Kiai Aziz Khoiri Lamongan

Next Post

Makam Guru Menjadi Penanda Identitas Asal Keilmuan

Related Posts

1 Muharram dan 1 Suro:  Harmoni Budaya Jawa dan Islam dalam Refleksi Zaman

1 Muharram dan 1 Suro: Harmoni Budaya Jawa dan Islam dalam Refleksi Zaman

by Redaksi
June 25, 2025
0

Dua warisan besar yang saling merangkul, bukan bertentangan. Setiap datangnya 1 Muharram atau 1 Suro dalam penanggalan Jawa-Islam, masyarakat di...

Tradisi 1 Muharram: Simbol Spiritualitas Islam Dan Budaya Jawa

Tradisi 1 Muharram: Simbol Spiritualitas Islam Dan Budaya Jawa

by Jumari
June 20, 2025
0

1 Muharram diperingati sebagai tahun baru Islam. Tahun baru yang memiliki ragam versi dalam memeringati dan memeriahkannya. Pada kalangan masyarakat...

Urgensi Pesantren Bagi Generasi Milenial

Urgensi Pesantren Bagi Generasi Milenial

by Mukani
June 12, 2025
0

Sejarah pendidikan Islam berkembang seiring perkembangan peradaban Islam itu sendiri. Lembaga-lembaga pendidikan Islam merupakan hasil pemikiran setempat yang dicetuskan oleh...

Dibalik Lensa Bias : Apakah Orientalis Selalu Berdampak Negatif ?

Dibalik Lensa Bias : Apakah Orientalis Selalu Berdampak Negatif ?

by elhimmah
June 8, 2025
0

Al- Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang berhasil menarik perhatian umat manusia di planet ini. Tidak hanya dunia Timur yang menjadikan...

Next Post
Makam Guru Menjadi Penanda Identitas Asal Keilmuan

Makam Guru Menjadi Penanda Identitas Asal Keilmuan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Keteladanan Etika Dakwah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy Dalam Perspektif Qaulan dalam Al-Qur’an

Keteladanan Etika Dakwah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy Dalam Perspektif Qaulan dalam Al-Qur’an

July 1, 2025
Bijak Bermedia, Sehat Bermental: Mahasiswa UIN SATU Didorong Jaga Kesehatan Mental Melalui Seminar Nasional

Bijak Bermedia, Sehat Bermental: Mahasiswa UIN SATU Didorong Jaga Kesehatan Mental Melalui Seminar Nasional

July 1, 2025
Biografi R.KH. Muhammad Saiful Anam

Biografi R.KH. Muhammad Saiful Anam

June 29, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025