Suluk.id – Dahulu kala ada seorang pelacur dengan tubuh yang menggugah syahwat, enak dalam berdendang, dan pandai memikat seseorang. Ia selalu memperlihatkan tubuhnya sambil bernyanyi dengan duduk di atas ranjang kasur yang dapat terlihat dari luar pintu rumahnya. Jika seorang laki-laki melihatnya, maka bisa dipastikan akan terpikat hingga “bermain” dengannya. Akan tetapi harus membayar sepuluh dinar atau sekarang sekitar lima ratus ribu rupiah.
Suatu ketika ada seorang laki-laki ahli ibadah yang melewati rumahnya dan tidak sengaja melihatnya. Laki-laki itu terpesona sehingga syahwatnya memuncak. Akhirnya ia masuk menemui pelacur tersebut. Tetapi hal itu membuat hati laki-laki ahli ibadah itu bergejolak dan saling berdebat dengan hawa nafsunya. Kemudian ia berdo’a kepada Allah SWT untuk menghilangkan gejolak syahwatnya. Allah SWT mengabulkan dan menghilangkan rasa gejolak itu dari hatinya.
Namun hawa nafsunya tetap meronta-ronta dan akhirnya ia tidak bisa membendung nya. Tidak berpikir panjang lagi laki-laki itu bernegosiasi untuk “bermain” dengan si pelacur. Karena keadaan si laki-laki bukan seseorang yang kaya, ia terpaksa menjual pakaiannya untuk membayar. Akhirnya mereka sepakat untuk “bermain” keesokan harinya.
Keesokan harinya laki-laki itu kembali datang dan membayar kepada asisten pelacur. Si pelacur bersiap – siap dengan berhias semenarik mungkin untuk lebih menggugah nafsu dari laki-laki ahli ibadah dan dengan duduk diatas ranjang kasurnya. Kemudian laki-laki itu mulai duduk bersama di atas ranjang. Dengan hati yang berbunga-bunga karena hawa nafsu, si laki-laki mulai mengulurkan tangan untuk memegang si pelacur dan akan “bermain”.
Masyaallah, seketika itu juga Allah langsung mencegahnya dengan memberikan rahmah dalam hati laki-laki ahli ibadah tersebut. Allah SWT memberikan pertolongan rahmatNya karena ibadah-ibadah yang pernah dilakukan si laki-laki sebelumnya. Dalam hati ia berkata, “sesungguhnya Allah melihat apa yang aku lakukan ini di atas Arsy dan perbuatan ini akan melebur amal-amalku semua”.
Kemudian laki-laki itu bertingkah gelisah dengan berjalan berputar-putar dan berubah warna wajahnya. Melihat tingkah aneh si laki-laki, si pelacur berkata
“Kamu kok aneh, tak pukul lho”.
Si laki-laki menjawab dengan rasa gelisah gundah kebingungan dalam hatinya “sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhanku. Maka izinkan aku untuk pergi”.
“Waduh!!, kalau begini, banyak yang kecewa laki-laki lain yang sudah mengantri mengharap untuk bisa “bermain” denganku gara-gara kamu”. Si pelacur menimbali
“Sungguh aku takut kepada Allah Yang Maha Agung, Yang Memberikan Belas Kasihan-Nya, dan Yang Maha Mewakili, maka izinkan aku untuk pergi dari sini” Ucap si laki-laki.
“Apakah kamu sebelumnya belum pernah tau dan melakukan akan hal semacam ini?” si pelacur menanyakan kepada laki-laki apakah belum pernah melakukan perbuatan demikian
“Tidak” Laki-laki menjawab dengan lesu
“Dari mana kamu? Siapa namamu?” Pelacur menanyakan kepada laki-laki
“Aku dari desa itu” Jawab laki-laki
Setelah itu pelacur membolehkannya untuk pergi. Sebelum itu laki-laki berdo’a dengan rasa dirinya telah rusak dan menangis sejadi-jadinya karena merasakan ketakutan yang sangat dalam hatinya. Melihat hal itu, si pelacur berkata
“Ini adalah laki-laki pertama yang aku lihat pertama kali yang melakukan dosa kemudian bertaubat menyesal akannya hingga demikian. Bagaimana denganku yang bertahun-tahun telah melakukan perbuatan dosa ini. Seharusnya aku lebih takut darinya” Ucap pelacur tersebut dengan merasa menyesal dan kemudian bertaubat, taubatan nasuha. Ia menutut pintu rumahnya dan menutup auratnya.
Tak berselang lama, pelacur merasa ingin menikah dengan laki-laki ahli ibadah tersebut agar ia bisa belajar lebih dalam lagi tentang agama. Ia mencari laki-laki ke desanya dan bertanya kepada orang-orang desa. Orang-orang desa memberitahunya, tibalah di rumah laki-laki, yang kemudian dipersilahkannya masuk. Pelacur mengutarakan niatnya untuk mau menikah dengan si laki-laki. Laki-laki tersebut kaget dengan sekaget-kagetnya hingga meninggal dunia.
Setelah itu penyesalan terus hadir di hati si wanita karena tidak segera menikah dengannya. Kemudian ia berpikir untuk mencari pengganti laki-laki ahli ibadah tersebut dengan mencari saudaranya. Bertemulah ia dengan saudara laki-laki, mengutarakan niat agar memperistri nya. Hingga pada akhirnya mereka menikah dan melahirkan sepuluh anak. Dengan kesungguh – sungguhannya untuk bertaubat dan menikah dengan orang-orang sholeh, ia dianugerahi kesepuluh anak yang dilahirkannya menjadi para Nabi Allah.
Wallahu a’lam MasyaAllah Subhanallah. Referensi dari kitab Tanqihul Qoul bab fadilah taubat.
Penulis: M. Rudi Cahyono/ Kader NU Kediri
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan