Suluk.id – Seseorang akan pergi jauh, namun hatinya akan tetap tertaut pada orang yang dikasihinya. Hingga suatu saat dia akan menemukan jalan untuk kembali. Sebuah makna tersirat ketika aku menikmati bait demi bait lagu dari Shaun berjudul Way Back Home.
Tepat aku putar, tatkala merindukan mereka yang aku cintai. Tahun 2025 genap 11 tahun aku pergi meninggalkan rumah. Hidup, mengenal orang baru dan budaya baru di tanah orang. Untuk pulang aku harus menyiapkan berbagai alasan logis dan valid untuk meyakinkan Ibu agar beliau berkenan menerima kepulanganku. Bukan karena benci, Ibu hanya khawatir mengganggu prosesku menimba ilmu dalam kegiatan belajar. Sedangkan Ayah, memang sesekali menjengukku untuk sekedar berbincang ringan, bertukar fikiran, menguatkan, dan mengingatkanku untuk menjalani hidup dengan senang dan sehat. Tapi tetap sama saja, rasa rindu pada rumah akan tetap ada.
Sesekali aku mengungkapkan ketakutan terbesar dalam hidupku pada Ayah tentang ketika nanti sudah beranjak dewasa. Bagaimana ekspektasi atau harapan dari keluarga? Akan menjadi seorang yang seperti apa aku nanti? Bagaimana kalau semua ini ternyata sia-sia dan tidak menjadi apa-apa? Untuk apa aku harus pergi jauh jika aku tidak tau arah tujuan dari awal?
“Kamu akan menemukan jalanmu sendiri dan tidak dituntut untuk lebih hebat dari siapapun nak” kata Ayah meruntuhkan hati putri kecilnya. Mata mulai berlinang air mata. Hati bergemuruh seperti akan banjir bandang menerjang. Begitulah Ayah dengan tenang memberikan sebuah petuah wejangan kepadaku. Hingga aku menguatkan setiap langkah perjalanan di mana aku berada. Sampai akhirnya menemukan jalan pulang. Seperti terserat pada awal bait awal lagu “I’ll never leave your side, you will never be alone (aku tidak pernah meninggalkanmu sendirian, Kamu tidak akan pernah sendirian)”
Setiap kali rindu itu kambuh, aku akan mengais serpihan memori di masa lalu dan mengenangnya kembali. Aku mengingat dan mencintai banyak hal saat-saat masa kecilku di rumah. Dari batu batuan kecil yang selalu aku mainkan, pepohonan yang aku jadikan rumah, sendal-sendal yang dulu selalu kupakai terbalik, sepeda onthel yang menyebabkan banyak luka dari jatuh bangun, senar pancing yang aku gulung bersama teman, hingga suasana panas kering menyengat kulit di pematang sawah. Semua masih terekam jelas pada ingatanku. Seperti bait “Cause even when I’m all along, you still got a hold on my mind (Karena meski aku sendirian, kau masih ada dalam pikiranku)”
Bukan hanya memaknai kembali ke rumah. Tetapi lebih jauh lagi yakni tentang kembali kepada kekekalan abadi. Di dunia, segala hal dengan mudah datang dan pergi. Semuanya berubah sesuai kodratnya sebagai makhluk yang fana (tidak kekal). Tempat kembalinya adalah hanya kepada Sang Pencipta. Disana, Tuhan menjanjikan kehidupan kekal nan abadi. Kehidupan yang diimpikan semua orang. Tidak akan ada perpisahan untuk kedua kalinya. Mereka yang saling mencinta akan berkumpul kembali karena hatinya telah bertaut sejak di dunia. Sehingga seberapa jauh kakiku melangkah pasti akan bertemu kembali dengan mereka yang saya cintai. Kalaupun tidak di dunia, maka akan kekal bahagia di akhirat. Sebagai bentuk kasih sayang Sang Pencipta terhadap hambanya. “No, it’s doesn’t matter how far, cause your love is all that i know (tidak peduli seberapa jauh itu, karena hanya cintamu yang aku tahu)”
Penulis : Siti Masitoh
Penyunting : M Rudi Cahyono
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan