Tanah itu lambang keindahan. Tumbuh di atasnya berbagai macam pepohonan dan tetumbuhan. Di dalamnya, akar-akar menyerap air. Air-air bersemayam subur. Api mengeram, membarakan bumi dengan cerobong gunung.
Ketika manusia bersujud pada hakekatnya ia berada di tempat yang paling tinggi. Meninggikan hati dan pikirannya. Ia letakkan pada Penguasa jagat yang sesungguhnya. Tubuhnya hanyalah alat yang dilekatkan pada asal terciptanya agar dia menyatu pada penghambaan dirinya.
Manusia berasal dari tanah. Makan hasil tanah. Berinteraksi di atas tanah, dan akan kembali ke tanah. Tanah tidaklah terpisah dengan langit, ia satu yang saling merindu. Ia bercinta dengan langit. Ketika langit rindu, ia turunkan pesan hujan, ia tumbuhkan segala pepohonan di atasnya. Bumi mengirim pesan dikandung awan yang suatu saat, ia kan menyatu.
Sujud merendahkan diri untuk melangitkan hati. Menemui hakekat diri yang tercipta. Berbisik ke Bumi, menggema di langit.
Bila seseorang merendah dalam sujud, ia lagi mencari kejayaan dan keistemwaan diri. Laksana Ka’bah berada di tempat yang rendah, tapi hakekatnya ia sesuatu yang paling tinggi.
Sujud posisi dan kondisi terendah, tapi ia sangat dekat dengan Tuhannya. “Wasjud waqtarib” penutup surat Al Alaq.
Sungguh membahana, betapa sujud akan mampu berdekatan dengan Allah. Ia campakkan segalanya. Kepala tempat menampung kebanggaan pikirannya, tangan kekuasaanya, hidung penciuman aroma dunia, dahi kehormatannya, kaki langkah menoreh prestasinya, lutut penggerak seluruh ototnya. Ia rendahkan seluruhnya, hanya untukNya.
ما من مسلم يسجد لله سجدة الا رفعه الله بها درجة وحط عنه بها سيئة
“Tiadalah seorang muslim yang sujud kepada Allah, kecuali Allah angkat derajadnya dan dihapuskan keburukannya”.
Tanah, bukan hanya tanah yang diinjak, ia adalah masjid. Tempat mewujudkan dirinya menemui Wujud Yang Sesungguhnya, seperti Umar bin Abdul Aziz yang selalu melekatkan dahinya di hamparan tanah, agar ada kesatuan antara jidat dengan tanah, dan agar dia dapat mencium bau buminya.
Allah ‘alam bishawab
Alumni Annuqoyah Guluk Guluk Sumenep