Degup jantung para kandidat ketua PB PMII pasti tidak karuan malam itu. Setelah ditunda sekian hari barulah pemilihan terjadi. Rabu, 24 Maret 2021 malam menjadi penentu siapa nahkoda PMII ke depannya.
Ini merupakan kongres PMII yang unik. Ada enam tempat sebagai lokasi penyelenggaraan kongres. Sebagai siasat menghadapi pandemi. Enam tempat itu, Balikpapan, Samarinda, Batam, Kendari, Bekas dan Lombok Timur.
Saat pimpinan sidang kongres mulai membacakan tata tertib semua tertunduk. Bukan seraya berdoa pastinya tapi memantau gawai untuk memastikan siapa berbuat apa dan harus berkoordinasi dengan siapa. Konsentrasi terpecah.
Ada 16 nama yang terpampang sebagai kandidat. Semua bergerak memastikan timnya untuk solid. Tak jarang dari 16 nama itu ada yang lempar handuk, mereka sudah memilih untuk merapat ke salah satu calon.
Sidang tata tertib yang dipimpin oleh Majelis Pembina Nasional (Mabinas) Syaifullah Tamliha mendekati akhir. Panitia yang bertugas untuk prosesi pemilihan mulai begerak. Tangkapan layar video yang menampilkan kondisi di masing zona mulai riuh. Tak jarang mereka ada yang berdiri dan menoleh ke belakang. Memastikan kode untuk calon pilihannya itu sudah benar. Di luar para rombongan liar (romli) tetap saja klempas klempus dengan rokoknya. Para almuni dan tim terus bergerliya memastikan suara tidak lepas. Meski malam itu berhawa dingin sepertinya terasa panas.
Pemilihan dimulai. Tidak memakan waktu yang lama. Penghitungan di masing-masing zona berjalan dengan cepat. Semua terlihat di layar besar di arena kongres. Rabu telah terlewati. Jam sudah menujukkan pukul setengah satu dini hari. Mata semakin terbelalak, ngantuk sudah tidak terasa.
Hitungan selesai Abdullah Syukri atau Abe mendapat dukungan 64 suara. Syarif Hidayatullah atau Calik mendapat 63 suara. Disusul Rafsyan 48 suara. Serta Faikar mendapat 35 suara. Hasil itu membuat para tim bergerak cepat. Satu sama lain saling melobi. Klik. Rafsyan yang digadang melenggang akhirnya menyatakan dukungannya ke Abe. Sebuah jiwa legawa yang hebat kader PMII Ciputat ini. Tak ketinggalan Faikar yang konon mendapat support penuh dari berbagai elemen akhirnya bergerak bersalaman dengan Calik. Semua sepakat. Putaran kedua akhirnya dimulai.
Jabat tangan para kandidat sebenarnya belum bisa memastikan pemilik suara akan terbang ke calon yang sudah disepakati atau tidak. Lagi-lagi, tim harus terus mengikat memastikan semua satu visi dan satu tujuan.
Langit mulai berubah warna. Pemilihan putaran kedua yang sudah bergerak. Semua melangkah mengambil tempat. Tak lama hitungan di mulai. Di zona Balikpapan, Abe harus tunduk pada Calik sebab Abe berhasil mendapatkan 10 suara Sedangkan Calik mengunci 15 suara.
Di Samarinda, keduanya saling kuat. Sama-sama mendapat dukungan 14 suara. Di Batam, Calik patut hormat pada Abe sebab di zona ini Abe sangat unggul dengan meraup suara 35, Calik hanya 15. Namun, di Kendari suara Abe terjungkal. Tidak ada satupun suara yang mendukung sebab 41 suara penuh memilih Calik. Meski Calik unggul di rumahnya sendiri tapi di dua zona Calik harus lempar handuk. Zona Bekasi hanya berhasil mengumpulkan 13 suara, Abe mendapat 45 suara. Di zona Lombok Timur Calik mendapat 14 suara, Abe meraih 26 suara. Jika ditotal Abe mendapat dukungan suara 130. Sedangkan Syarif Hidayatullah mendapat suara 112.
Palu diketuk, Abdullah Syukri kader PMII asal Cabang Malang ditetapkan sebagai ketua PB PMII.
Kemenangan sosok Abe ini pasti menjadi perhatian banyak pihak. Lawan Abe dalam panggung kongres bukan orang biasa. Meski nama besar Pesantren Buntet ada di belakang Abe sebenarnya bukan menjadi jaminan. Kongres, semua tahu, bukan soal kamu anak siapa dan dari mana. Tapi rajutan komunikasi lintas elemen yang akan menentukan kemenangan itu. Dari rajutan komunikasi antar si empu inilah yang akan membuat siapa menjadi apa.
Tapi, panggung kongres ke 20 ini membawa aroma lain. Abe punya visi yang sungguh kuat. Gagasan besar tentang PMII masa depan. Gayung bersambut dengan pihak-pihak sepakat atas gagasan yang ditawarkan semua tergerak membantu tanpa beban.
Kemenangan Abe, bagi saya mirip sekali dengan kemenangan Manchester United atas Liverpool saat Januari lalu. Ini adalah Kemenangan yang dirindukan. Sebab, Setan Merah dalam lima pertandingan terakhir tak pernah unggul dari The Reds.
Kondisi ini mirip yang dihadapi PMII Cabang Malang sebagai pihak yang mengusung Abe. Saat Kongres Banjarmasin, PMII Malang yang mengajukan Khusen Yusuf kalah dan harus mengakui keunggulan Addin Jauharudin. Pun demikian saat Kongres di Jambi saat terpilihnya Amin, PMII Malang mengusung Zaini Mustakim. Kemudian, di Kongres Palu PMII Malang yang mengajukan Iden Robet Ulum juga harus mengalami kekalahannya dari Agus Herlambang.
Bisa jadi sosok Bruno Fernandes yang mencetak gol di menit ke-78 ke gawang Liverpool ibarat Rafsyan yang dengan senang hati merapat ke Abe saat putaran kedua berlangsung.
Kongres dan sepak bola sangat dinamis sekali. Mereka yang diprediksi akan menang di awal bisa saja tergelincir di penghujung permainan. Pemain di luar lapangan kadang suka menjadi penentu pertandingan tapi bukan berarti mereka segala.
Sekali lagi, pemain di arenalah yang akan menjadi penentu gol itu terjadi atau tidak. Kemenangan Abe pun demikian. Kini kita tinggal melihat bagaimana Abe akan membawa PMII di tengah carut marutnya identitas mahasiswa dan semakin pudarnya dunia aktivis gerakan. (*)
Redaktur suluk.id