Allah SWT itu benar-benar Maha Baik, sehingga sudah pasti menyukai sesuatu yang baik atau bernilai kebaikan. Oleh karena itu, Allah menyediakan kepada manusia berbagai jenis kebaikan di dunia agar bisa dilakukan oleh setiap hambanya sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Setiap kebaikan akan mendekatkan kepada surga dan menjauhkan ke neraka. Sebaliknya, keburukan dapat mendorong ke neraka dan mencegah ke surga. Maka, sebisa mungkin manusia harus pernah berbuat baik, sekecil apapun ukuran dan bentuk kebaikan itu.
Dalam kitab
اخلاق المسلم: علاقته بالمجتمع
Syaikh Wahbah Zuhaili menjelaskan sedikitnya ada 40 jenis kebaikan yang dapat dilakukan manusia.
Mulai dari kebaikan yang bersifat vertikal maupun horizontal, kebaikan bersifat fisik dan psikis, dan kebaikan yang paling sederhana hingga yang sangat kompleks. Termasuk kebaikan yang membutuhkan modal besar hingga kebaikan yang tidak butuh modal sedikitpun. Orang Jawa menyebutnya sebagai bondho abab.
Ibadah orang kaya adalah dengan mendermakan hartanya. Bagi yang tidak punya harta, memberi sebutir gula pada semut atau sekedar tersenyum kepada orang lain juga dapat bernilai kebaikan dan ibadah.
Tersenyum dan cemberut adalah perbuatan yang sama-sama melibatkan otot bibir dan wajah, memerlukan energi yang sama. Bedanya, tersenyum bernilai ibadah karena menggembirakan orang lain, sementara cemberut membuat orang lain tak enak hati. Lalu kenapa kita justru sering cemberut?
Kebaikkan bagi orang berilmu adalah mengajarkan ilmunya. Jika kita merasa awam, ya cukup belajar saja, atau minimal menyukai orang yang berilmu, itupun sudah dinilai sebagai kebaikan.
Bersyukur adalah ibadah yang tidak memerlukan biaya dan tenaga, akan tetapi sangat sering kita lupakan. Kesehatan, waktu luang, bisa bernafas, mampu melihat, tidak sariawan, punya banyak teman, adalah kenikmatan luar biasa.
Syarat bersyukur adalah menyadari telah menerima anugerah dari Tuhan dan menggunakannya untuk jalan kebaikan. Walaupun punya harta berlimpah, jabatan tinggi, istri cantik, suami ganteng, jika tidak merasa sebagai sebuah anugerah, maka seseorang akan sulit sekali bersyukur.
Adapun nikmat terbesar yang sering lupa disyukuri adalah menjadi umat Nabi Muhammad SAW. Betapa jarak dan waktu membentang dengan kehidupan dan risalah Nabi Muhammad, namun ternyata kita masih beriman dan mau mengikuti ajarannya.
Sementara Abu Lahab, yang rumahnya bersebelahan dengan Nabi, memiliki ikatan darah dengan Nabi, bahkan berbesanan dengan Nabi, pernah pula melihat dengan mata kepala mukjizat Nabi, tetapi tetap tidak mau beriman dan malah memusuhi dakwah Nabi hingga ajal menjemput.
إِنَّكَ لَا تَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (Al-Qashash: 56).
Dipilihnya kita semua oleh Allah sebagai umat Nabi Muhammad adalah anugerah terbesar yang harus kita syukuri sepanjang hayat.
Semoga kita semua mampu menjadi orang yang selalu memperbanyak amal kebaikan dan pandai bersyukur. Aamiin…
Diringkas dari ngaji online kitab Akhlaqul Muslim, bersama Simbah Kyai Mustofa Bisri (Gus Mus)

Anggota Lajnah Ta’lif Wan Nasyr PCNU Kabupeten Tuban