Suluk.ID
Sunday, December 7, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
No Result
View All Result
Home Pitutur

Usulan Buat Preman Pensiun

Edy Purnomo by Edy Purnomo
June 9, 2020
in Pitutur
Share on Facebook

Preman: meski pensiun akan membawa perbawa sendiri. Begitu juga dengan pensiunan guru, pegawai, tentara, dosen, dan segala jenis pekerjaan dan profesi yang mempunyai masa pensiun.

Namanya preman, perbawanya pasti akan membuat segan bagi banyak orang. Ciri yang khas ini akan terus terbawa. Bahkan sampai tua dan sudah tidak punya tenaga mereka akan tetap disegani. Masih ada orang takut saat marah.

Kalau ada yang pernah menonton tokoh Kang Bahar dan Kang Mus di situasi komedi Preman Pensiun, sedikit banyak begitulah gambaran kehidupan preman ketika memutuskan untuk berhenti.

Saya percaya penulis naskah dan sutradaranya melakukan riset terlebih dulu. Kang Bahar, meski tua masih tetap disegani. Begitu juga dengan orang kepercayaannya, Kang Mus, yang meski berbadan kecil masih punya banyak pengikut. Meski disajikan dalam bentuk komedi, dua tokoh tersebut berusaha mati-matian agar dunia premanisme di Bandung hilang.

Lalu bagaimana semestinya kalau preman itu pensiun?

Saya lupa-lupa ingat kalimat tepatnya. Tapi KH Bahauddin Nur Salim atau Gus Baha, pernah dawuh dalam salah satu ceramahnya bagaimana semestinya preman ketika sudah pensiun. Beliau mengkritik perilaku preman yang kadang sudah bertobat, tapi malah menghabiskan waktunya hanya di tempat ibadah.

“Kalau preman pensiun jangan hanya ngumpet di masjid saja.” Kurang lebih seperti itu. Saya mohon koreksi kalau ada yang salah di bagian ini. Koreksi bisa disampaikan melalui email admin media ini. Hehe

Karena sudah bertobat, ada yang merasa enggan untuk kembali ke tempat dia semula. Biasanya preman akan menguasai suatu tempat, bisa pasar, jalanan atau sejenisnya. Wilayah-wilayah ini adalah tempat dia mendapatkan uang. Tak jarang konsekuensi dari kepemilikan lahan atau wilayah ini adalah jalan perkelahian.

Tapi sebaliknya, Gus Baha, menyarankan agar preman tersebut kembali lagi ke wilayahnya dan masih bernyali. Masuk ke pasar bukan untuk memalak, tetapi memastikan para pedagang aman. Bisa juga kembali lagi ke jalan agar orang yang melintas aman dari gangguan preman lain.

“Jangan tobat kemudian posisinya digantikan preman lain.” Kurang lebih begitu Gus Baha meneruskan.

Baik dari cerita sinetron Preman Pensiun ataupun ceramah Gus Baha, setidaknya kita bisa mengambil sedikit kesimpulan. Tobatnya sang preman tidak hanya berdampak pada diri sendiri dengan lebih rajin beribadah. Tetapi juga berdampak di lingkungan sosialnya selama ini. Kalau perlu berkelahi lagi untuk memastikan preman lain tidak melakukan kejahatan yang sama.

Kenapa contoh di atas hanya preman jalanan? Padahal “preman” jenis lain juga banyak dan bahkan lebih jahat. Seperti tukang sunat anggaran misalnya?

Kalau preman jalanan tobatnya berat. Biasanya jalan yang ditempuh keras. Selain fisik buat berkelahi kuat, juga mental harus setekat baja. Kalau preman yang satunya sebenarnya cukup punya mental satu aja: T-I-D-A-K K-O-R-U-P-S-I. Beres lah salah satu persoalan besar di negara ini.

Hidup ini “mungkin” akan lebih baik ketika saya dan sampean sadar kalau ada sisi premanisme di semua profesi dan pekerjaan. Jangan-jangan kita juga perlu menjadi preman pensiun. (*)

Edy Purnomo

Tinggal di Tuban, menulis di Suluk.id

Tags: Preman
Previous Post

Berwudhulah Saat Kita dalam Kondisi Sumpek

Next Post

Mengapa Harus Membaca Buku Atlas Walisongo

Related Posts

seminar pendidikan indonesia

Guru: Arsitek Masa Depan Pendidikan Indonesia

November 23, 2025
Sampai Pada Do’a Paling Tulus   Dipanjatkan

Sampai Pada Do’a Paling Tulus Dipanjatkan

September 28, 2025
Bukan Sekedar Perasaan, Tapi Juga Menjaga Kewarasan

Bukan Sekedar Perasaan, Tapi Juga Menjaga Kewarasan

September 10, 2025
Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

October 7, 2025
Next Post
Mengapa Harus Membaca Buku Atlas Walisongo

Mengapa Harus Membaca Buku Atlas Walisongo

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

POPULAR

Anak Buruh Tani, Fokus Gerakkan Literasi

Anak Buruh Tani, Fokus Gerakkan Literasi

December 6, 2025
Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

December 5, 2025
Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

December 4, 2025
Load More

MORE ON TWITTER

ADVERTISEMENT

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025