Suluk.ID
Saturday, December 6, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
No Result
View All Result
Home Ngilmu

Makna Tahlil, Selamatan, Kenduri, Berkat Dalam Tradisi NU

Mutholibin by Mutholibin
July 11, 2019
in Ngilmu
kenduri tradisi nu
Share on Facebook

Tahlil

Setiap orang NU dapat dipastikan melakukan rutinan tahlilan. Nah, apa itu tahlilan?. Jika dilihat dari akar katanya. Ada kata tahlil. Itu maknanya membaca kalimah la ilaha illallah (tiada Tuhan selain Allah). Menurut pengertian yang dipahami dalam perkataan sehari-hari, tahlil berarti membaca serangkaian surat-surat Al-Quran, ayat-ayat pilihan, yang diawali dengan membaca surah Alfatihah dengan meniatkan pahalanya untuk para arwah yang dimaksudkan oleh shahibul hajah.

Sesuai dengan Sabda Nabi Muhammad SAW. “Seutama-utama zikir ialah la ilaha ilLallah (kalaimat tahlil). Dan seutama-utama zikir yang aku dan juga para nabi sebelumku mengucapkannya la illaha illallah. Ia adalah kalimat tauhid dan kalimat kemurnian dan keesaan Allah. Ia juga asma Allah yang teragung. ” (HR. Imam at-Turmudzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim dalan kitab Subulus Salam, Juz IV/Shohifah.215).

Nah, di acara tahlilan dengan mengundang tetangga dan dengan menggeluarkan shadaqah yang berupa makanan. Kegiatan itu sering disebut juga dengan selamatan (slametan). Mengapa demikian?

Pertama, karena maksud tahlil tersebut memohonkan keselamatan bagi arwah yang dituju oleh si empunya hajat (shohibul hajah). Kedua, karena dalam doa yang biasa dibaca untuk menghadiri tahlil tersebut terdapat kata slaamatan fi ad-diin. Dari kata-kata ini orang kemudian menyebut acara itu dengan istilah “salamatan” yang kemudian berubah menjadi “selamatan”.

Akan tetapi, perlu pula ditandaskan bahwa acara selamatan belum tentu diisi dengan membaca tahlil. Sebab, kadang-kadang dalam acara tersebut para jama’ah hanya membaca doa saja karena maksud shohibul hajah mungkin syukuran, aqiqoh, atau yang lain. Jadi, shahibul hajah memohon keselamatan lahir batin, baik untuk dirinya, anak istrinya, mapun usahanya. Dan sekalipun tanpa membaca tahlil. Namun doa keselamatan yang dibaca, umumnya juga ada lafadz salamatan fi ad-din.

Kemudian, acara tahlil juga biasa disebut kenduri. Istilah ini berasal dari kata-kata yang diucapkan oleh imam tahlil sebelum memulai membaca Alfatihah terlebih membaca lafadz ila hadhrati, yang artinya “pahala bacaan ini diperuntukan kepada arwah…. “.

Membaca bacaan tahlil dengan lafadz tersebut juga dinamakan meng-hadhorohi, yang dalam ucapan orang awam menjadi “kandorohi”, dan dari kata-kata ini rupanya ucapan berubah menjadi “kenduri”.

Lalu berkat. Pada umunnya, orang yang menyelenggarakan hajat tahlilan itu menyediakan makanan untuk diberikan kepada orang-orang yang diundang dan dimintai bantuan bacaan tahlil itu dengan niat sebagai shadakah. Dalam rangkaian acara tahlil, pahala sedakah makanan itu biasanya juga diniatkan untuk arwah yang dituju. Oleh karena itu, acara tahlil yang khusus pengiriman doa semacam ini sering di namakan sedakah, perubahan ucapan dari kata shadaqah.

Sedakah makanan itu biasanya baru disuguhkan atau dibagikan setelah selesainya doa dalam tahlil, baik untuk dimakan di tempat atau dibawa pulang. Dengan perkataan lain, sedakah itu diberikan setelah “diberkahi” dengan doa. Makanan yang sudah diberkahi doa tersebut kemudian disebut “berkat”.

Berkat berasal dari bahasa arab, barkatun, bentuk jamaknya adalah berkat yang artinya kebaikan yang bertambah tambah terus. Penamaan tersebut berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW.:
Ijtamiu ala toamikum wadzkurusmallahi yubariklakum fiihi.

Artinya “berkumpullah pada jamuan makan kamu, dan sebutlah asma Allah ketika hendak makan, niscaya Allah memberkati kamu pada makanan itu. ” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim dalan kitab Nadhrah an-Nur, jilid II/Shohifah 16).

Sumber: Buku Tahlil dan Kenduri (Tradisi Santri dan Kiai). Pustaka Pesantren

Mutholibin

Pendidik, Pejuang Keluarga

Tags: berkatkenduritahlil
Previous Post

KH. Mas Alwi dan Warung Kecil di Jalan Sasak

Next Post

Penguatan Aswaja dalam Pembekalan KKN STITMA Tuban 2019

Related Posts

Menyebarkan Cahaya Dakwah Dalam Dunia Serba Digital

Menyebarkan Cahaya Dakwah Dalam Dunia Serba Digital

December 4, 2025
Menjawab Tantangan Zaman Melalui Syair KH. Bukhori Masruri

Menjawab Tantangan Zaman Melalui Syair KH. Bukhori Masruri

November 30, 2025
Guru dan Bayang-Bayang Kritik Orang Tua

Guru dan Bayang-Bayang Kritik Orang Tua

November 24, 2025
seminar pendidikan indonesia

Guru: Arsitek Masa Depan Pendidikan Indonesia

November 23, 2025
Next Post
KKN Stitma Tuban

Penguatan Aswaja dalam Pembekalan KKN STITMA Tuban 2019

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

POPULAR

Anak Buruh Tani, Fokus Gerakkan Literasi

Anak Buruh Tani, Fokus Gerakkan Literasi

December 6, 2025
Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

December 5, 2025
Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

December 4, 2025
Load More

MORE ON TWITTER

ADVERTISEMENT

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025