Suluk.ID
Sunday, December 7, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
No Result
View All Result
Home Panutan

Ulil, JIL dan Ngaji Ihya’

Abad Badruzaman by Abad Badruzaman
July 23, 2019
in Panutan
Share on Facebook

Ada orang menyebut Ulil Abshar Abdalla (Ulil) telah berubah. Dulu, tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL) sekarang lebih sufi. Ciri kesufiannya, sering mengampu pengajian kitab Ihya’ Ulumiddin karya Imam Ghazali.

Bagi saya, Ulil tetap Ulil. Kesufiannya, jika memang istilah itu relevan dengannya, tidak dengan sendirinya menafikan keliberalannya. Orang bisa tetap liberal di saat sama menjadi sufi. Masing-masing “beroperasi” di wilayah yang berbeda.

Paling-paling, dulu banyak konsen di wilayah yang satu, kini lebih sering hadir di wilayah satunya. Dulu intens berebut wacana di ranah yang satu, kini lebih tertarik mengajak orang memperdalam wilayah satunya lagi.

Liberalisme ada di tataran nalar, sufisme ada di relung jiwa. Nalar mengawal pemahaman, jiwa mengendalikan perilaku. Liberalisme Ulil mengajak kita memahami agama secara substansial. Tidak berhenti di kulit luar.

Ulil menyerukan adanya “penyegaran” dalam pemahaman keagamaan. Orang sering bertikai ketika mereka berhenti di bagian permukaan dari agama, tapi sering bersatu ketika mereka masuk lebih ke dalam sampai ke inti; intinya inti. Bahkan di jantung inti, agama-agama pun bisa terhimpun di satu flatform tanpa harus menanggalkan “baju” tiap-tiap agama.

Liberalisme Ulil mengajak kita bernalar “bebas” dalam memahami teks agama, sejauh yang disasar adalah maslahat. Dalam tarikan nafas ini, kesadaran akan adanya konteks yang mengelilingi setiap teks merupakan sebuah keniscayaan.

Teks-teks yang terkait masalah sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan misalnya, pemaknaan dan pengejewantahannya bisa menjadi cukup “lentur”. Dalam tarikan ini pula, yang jadi orientasi dalam “mengunyah” teks adalah pesan-moral, bukan melulu legal-formal.

Sementara itu, sufisme Ulil, sebagaimana telah disitir, adanya di areal jiwa. Dalam bidang ini, salah satu karya otoritatif di kalangan Sunni ya kitab Ihya’ buah pena Imam Ghazali. Terlepas dari apa motif penggerak Ulil rutin mengadakan acara “Ngaji Ihya'” yang jelas darinya saya mencatat dua poin.

Pertama, arus dan gaya kehidupan yang tengah kita hadapi saat ini memang menyeret banyak manusia pada budaya hedonisme, individualisme, materialisme, dan tren kebendaan-duniawi lainnya. Ihya’ menerangi dan menuntun kita lepas dari perangkap budaya dan tren tersebut.

Hingga di sini penting dicatat bahwa keliberalan seseorang, tak kecuali Ulil, tidak sebaris dengan budaya dan tren tersebut. Orang bisa sangat liberal tapi ia begitu sederhana, spiritualis dan altruis.

Kedua, acara rutin “Ngaji Ihya'” berhasil membuktikan kesantrian Ulil dalam hal penguasaan atas literatur klasik Islam (kitab kuning). Dalam hal ini Ulil bukan santri “kaleng-kaleng”. Keilmuannya mapan, penguasaan atas term-term tasawuf yang tersaji dalam Ihya’ mumpuni, dan kemampuan mensyarah term-term tersebut dengan contoh-contoh praktis keseharian juga memadai.

tulisan ini saya tulis tanpa bertanya terlebih dulu pada yang bersangkutan. Melulu keyakinan pribadi saya. Kalau ditanyakan langsung pada Mas Ulil tentang status ini, kemungkinannya; ya atau tidak!

Saya sendiri yakin, ia akan menjawab ya. Sayangnya, waktu Mas Ulil datang ke IAIN Tulungagung untuk Ngaji Ihya’ dalam rangkaian Milad ke-51 Kampus Dakwah dan Peradaban, alih-alih bertanya soal kebenaran status ini saya malah sibuk poto-poto dengannya. Seperti biasa!

Abad Badruzaman
Abad Badruzaman

Terlahir sebagai orang “Perancis (Peranakan Ciamis),” Menamatkan SD, MTs dan MAN di Ciamis. Pernah mengajar di Pesantren Darussalam, Ciamis (1997-1998), menjadi penerjemah lepas naskah-naskah berbahasa Arab

Tags: Gus UlilJaringan Islam liberalNgaji ihya
Previous Post

Membaca Kembali Cara Kiai Hasyim Asy’ari Menghijaukan Daerah Hitam

Next Post

Mengintip Cara Gus Rijal Mumazziq Memberi Materi di Hadapan Para Remaja

Related Posts

Anak Buruh Tani, Fokus Gerakkan Literasi

Anak Buruh Tani, Fokus Gerakkan Literasi

December 6, 2025
Berteduh: Sebuah Transendensi Pemulihan Batin yang Rapuh

Berteduh: Sebuah Transendensi Pemulihan Batin yang Rapuh

December 4, 2025
Guru dan Bayang-Bayang Kritik Orang Tua

Guru dan Bayang-Bayang Kritik Orang Tua

November 24, 2025
Setelah Marsinah Jadi Pahlawan Nasional

Setelah Marsinah Jadi Pahlawan Nasional

November 13, 2025
Next Post
Mengintip Cara Gus Rijal Mumazziq Memberi Materi di Hadapan Para Remaja

Mengintip Cara Gus Rijal Mumazziq Memberi Materi di Hadapan Para Remaja

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

POPULAR

Anak Buruh Tani, Fokus Gerakkan Literasi

Anak Buruh Tani, Fokus Gerakkan Literasi

December 6, 2025
Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

December 5, 2025
Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

December 4, 2025
Load More

MORE ON TWITTER

ADVERTISEMENT

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025