Suluk.ID
Monday, July 7, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pitutur

Antara Intelektualitas, Spiritualitas, dan Mahabbah

by jamal ghofir
November 11, 2019
in Pitutur
intelektualitas dan cinta
Share on Facebook

Kita memahami bahwasanya keberadaan penciptaan manusia diprogram oleh Allah SWT dengan menu program yang sempurna, baik pada dimensi lahiriyah-jasmani dan batiniah-ruhani. Oleh karena itu, manusia dengan kesempurnaan ciptaan seyogianya mampu memanfaatkan dan memberdayakan seluruh aspek komponen tersebut dengan sebaik-baiknya.

Perjalanan menuju yang Tunggal memiliki jalannya sendiri-sendiri. Sebagaimana pengalaman spiritual yang dialami oleh seorang hamba dalam mendekatkan diri dengan Tuhannya. Fenomena kegersangan spiritual dewasa ini, dihadapkan lagi dengan arus globalisasi. Menjadikan manusia lebih jauh bahkan menjauh dari Tuhannya. Inilah yang menyebabkan terjadinya kemerosotan pada hakekat penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi.

Sebagai khalifah di bumi, keberadaan manusia harus mampu memberikan contoh yang terbaik bagi seluruh ciptaan. Penciptaan manusia membutuhkan proses yang panjang, dibandingkan dengan penciptaan Tuhan yang lainnya. Ada nilai kecerdasan mewujud dalam diri manusia, ada juga nilai kesombongan hadir dan mempengaruhi pola pikir perjalanan kehidupannya.

Begitu juga adanya arus globalisasi dan kemajuan zaman, manusia dituntut untuk lebih memahami peta pergerakan perkembangannya, agar keberadaan manusia sebagai khalifah di atas bumi dapat menjalankan amanah yang diberikan Allah dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, penguatan diri dalam diri manusia dengan pembekalan intelektual sebagai alat guna menelusuri lorong kehidupan menjadi sebuah keniscayaan. Penguasaan pengetahuan tersebut merupakan keharusan bagi umat manusia, dengan pengetahuan ia dapat memetakan perjalanan kehidupannya. Oleh karena itu, realitas kehidupan yang dijalani inilah membutuhkan pembacaan diri bagi setiap individu dalam menapaki jejak perjalanan kehidupan. Dengan muhassbah ia dapat memahami hakekat kehidupan.

Namun Alexis Carel dalam buku Islam Madzhab Cinta Cara Sufi Memandang Dunia, karya Mukti Ali seorang kader Muda NU menjelaskan, bahwasanya Carel melakukan kritik terhadap manusia modern yang di satu sisi, manusia sangat cepat mencapai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menakjubkan, tetapi di sisi lain sangat lamban dalam hal pengetahuan tentang dirinya sendiri. Memahami dan mengenal hakekat manusia adalah sebuah tantangan. Karena mengenal manusia berarti mengenal diri kita sendiri, kehidupan, lingkungan, alam, dan Tuhan. Menurut para sufi, bila manusia tidak mengenal dirinya sendiri, maka sudah dipastikan ia tidak akan mengenal Tuhannya. Disinilah peranan kekuatan spiritual menjadi sesuatu yang sangat penting dalam menjalani kehidupan ini.

Intelektualitas sebagai alat dalam menapaki jejak langkah perjalanan kehidupan di dunia, sedangkan spiritualitas berfungsi menjadi pembimbing bahkan penasehat, agar perjalanan kehidupan ini tidak tersesat dalam jurang yang mematikan. Seseorang yang mampu menggabungkan dua unsur ini yaitu antara intelektualitas dan spiritualitas, maka akan terlahir unsur baru yaitu Mahabbah. Dengan kehadiran cinta yang mewujud dalam diri seseorang, ia selalu mengedepankan nilai-nilai ketawadu’an, kearifan, membangun keharmonisan, dan tidak mengedepankan egoisme kediriannya yang akan berdampak pada sifat kesombongan dan keangkuhan.

Berkenaan dengan Mahabbah Suhrawardi pernah mengatakan “Sesungguhnya, Mahabbah (cinta) adalah suatu mata rantai keselarasan yang mengikat Sang Pencipta kepada kekasihnya; suatu ketertarikan kepada kekasih, yang menarik Sang Pecinta kepadanya, dan melenyapkan sesuatu dari wujudnya, sehingga pertama-tama ia menguasai seluruh sifat dalam dirinya, kemudian menangkap zatnya dalam genggaman Qudrah”.

Kalau kita mau merenungi dan memahami firman Allah dalam Qs. Al-Ankabut ayat 45 “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar”. Dapat kita temukan sebuah pertanyaan ,Kenapa ibadah sholat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar? Maka jawabanya adalah ketika seorang hamba mencintai Tuhannya, dengan kebenaran cinta dan ketulusan hati. Maka tidak akan pernah terbesit dalam benak dan pikiran manusia untuk melakukan perbuatan yang mencederai bahkan menyakiti saudaranya. Karena mahabbah senantiasa menghadirkan ketulusan jiwa dan kebesaran hati dalam menata keharmonisan kehidupan.

Oleh karena itu, relasi antara intelektualitas, spiritualitas dan mahabbahakan membentuk generasi yang memiliki sudut pandang keilmuan yang luas. Yang dibingkai dengan gerak kehidupan pada nilai-nilai ketawadu’an, andap asor, etika dan estetika yang dapat mewarnai keindahan perjalanan kehidupan ini. Semoga kita mampu mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam mengukir sejarah perjalanan kehidupan kita. Amin…

jamal ghofir

Dosen IAINU Tuban – Pasulukkan Literasi Nuswantoro

Previous Post

Mengapa Harus Nabi Muhammad yang Dipilih?

Next Post

Inilah Maqam Mbah Sanusi, Guru Mbah Jabbar

Related Posts

Mencintai Tuhan Saat Mentadabburi Al-Qur’an

Mencintai Tuhan Saat Mentadabburi Al-Qur’an

by Araffah
June 17, 2025
0

Mentadabburi Al-Qur'an sebagai sebuah proses merenungkan, memikirkan dengan seksama, atau memperhatikan dengan mendalam tentang apa yang ada dalam sebuah ayat...

Permasalahan Mental Bukan Hanya Soal Ibadah

Permasalahan Mental Bukan Hanya Soal Ibadah

by elhimmah
June 8, 2025
0

Mengalami permasalahan mental adalah hal yang manusiawi dan perlu untuk ditangani. Dengan memiliki pengetahuan tentang kesehatan mental khususnya diri sendiri...

Menemukan Tawakal Dibalik Que Sera Sera

Menemukan Tawakal Dibalik Que Sera Sera

by elhimmah
June 8, 2025
0

Rilis pada tahun 1956 Que sera sera merupakan sebuah lagu yang diciptakan oleh Jay Livingston dan Rey Evans dengan penyanyi...

Mari Bersama Merawat Semangat Kebangsaan dengan Nilai-Nilai Agama dan Budaya

Mari Bersama Merawat Semangat Kebangsaan dengan Nilai-Nilai Agama dan Budaya

by Redaksi
June 2, 2025
0

Suluk.id - Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila sebagai momen penting untuk kembali meneguhkan jati diri...

Next Post
Inilah Maqam Mbah Sanusi, Guru Mbah Jabbar

Inilah Maqam Mbah Sanusi, Guru Mbah Jabbar

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Membawa Semangat Indonesia Mini: Delegasi UIN SATU Tulungagung Siap Mengabdi dalam KKN Nusantara 2025

Membawa Semangat Indonesia Mini: Delegasi UIN SATU Tulungagung Siap Mengabdi dalam KKN Nusantara 2025

July 6, 2025
Dari Ruang Kelas ke Ruang Publik: UAS Mahasiswa KPI UIN Tulungagung Gelar Festival Jurnalistik

Dari Ruang Kelas ke Ruang Publik: UAS Mahasiswa KPI UIN Tulungagung Gelar Festival Jurnalistik

July 6, 2025
Membahas Tentang Fenomena Pondok, Barokah, dan Wacananya

Membahas Tentang Fenomena Pondok, Barokah, dan Wacananya

July 4, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025