Tulungagung – Dakwah digital semakin banyak mengisi ruang-ruang media sosial. Da’i berperan untuk menyeru kepada kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar. Akan tetapi Mad’u (publik) tidak dapat serta merta menerima informasi dari media sosial. Pernyataan tersebut melatar belakangi penelitian Koordinator Program Studi (Koorprodi) Komunikasi Penyiaran Islam UIN SATU Tulungagung, Luthfi Ulfa Ni’amah, M.Kom.I dalam disertasinya dengan judul “Da’is Credibility in The Digital Space : Studi Pada Digitalisasi Dakwah di Era Disrupsi” diujikan pada Ujian Terbuka Promosi Doktor Prodi Studi Islam Kamis (20/06/2024) di Auditorium Pascasarjana UIN SATU Tulungagung.
“Media (sosial) sekarang banyak digunakan untuk pengembangan dakwah, kita tidak bisa berdiam diri saja maka dakwah bisa dilakukan dengan media (sosial)” Jelasnya ketika memaparkan hasil di depan penguji.
Luthfi Ulfa Ni’amah, M.Kom.I atau akrab disapa Bunda Luthfi dalam penelitian nya menjawab pertanyaan tentang bagaimana kecenderungan konten dakwah, interaksi Da’i dengan Mad’u (audiens), dan kredibilitas Da’i yang ada di media YouTube. Karena ketiganya saling berkaitan. Hasilnya menunjukan bahwa audiens cenderung lebih menyukai berupa konten motivasi atau hikmah. Sedangkan interaktivitas dapat dilihat dari jumlah viewer dan komentar pada konten para da’i. Interaksi yang dilakukan masih berhubungan dengan citra seorang da’i, karena audiens akan menilai kredibilitas seorang da’i dari citra personal da’i.
“Kredibilitas personal dirinya yakni bagaimana pengetahuannya, bagaimana cara menghadapi audiens nya, dan bagaimana cara dia menyampaikan pesannya” paparnya.
Diskusi dan Review Dewan Penguji
Selain memaparkan hasil di depan para penguji dan ratusan tamu undangan, Bunda Luthfi mendapatkan pertanyaan dan review dari dewan penguji. Antara lain Prof. Dr. Abd. Aziz, M.Pd.I selaku Ketua Sidang, Prof. Dr. H. Ahyak, M.Ag selaku Sekretaris, demisioner Rektor IAIN Sunan Ampel Prof. Dr. Nur Syam, M.Si sebagai penguji utama didampingi oleh Prof. Dr. Iffatin Nur, M.Ag, Prof. Dr. Hj. Elfi Mu’awanah, M.Pd, Prof. Dr. H. Syamsu Ni’am, M.Ag, Prof. Dr. H. Abad Badruzzaman, Lc., M.Ag, Prof Dr. Ngainun Naim, M.H.I sebagai penguji dan Prof. Dr. H. Kojin, M.A sebagai promotor.
Beberapa komentar diantaranya datang dari penguji utama, Prof. Nur Syam dengan memberikan beberapa pertanyaan. Salah satunya mengenai bagaimana kecenderungan jenis konten antar da’i yang tersebar di media sosial Youtube.
Secara lugas Bunda Luthfi menjabarkan bahwa setiap da’i memiliki kecenderungan konten yang disampaikan ketika covid – 19 pada tahun 2020 lalu. Ia mengambil contoh Syeikh Ali Jabir pada konteks tersebut. Syekh Ali Jabir menyampaikan pesan dakwah secara lemah lembut bahwa di balik covid-19 terdapat hikmah dan harus bersyukur terhadap apa yang telah Allah SWT berikan. “kemudian dibalik ujian pasti ada hikmahnya, jadi setiap hal yang terjadi pada diri manusia bisa menjadi hal yang akan mendekatkan diri kepada Tuhannya” tegasnya.
Penguji lain Prof. Syamsu Ni’am juga mempertanyakan cara melihat da’i yang kredibel dalam dakwahnya di dunia maya. “Singkat saja, mana yang menurut promovenda, da’i yang kredibel dan tidak kredibel bermedsos dalam dakwah” tanya Guru Besar Bidang Ilmu Metodologi Studi Islam ini
Bunda Luthfi kemudian menjawab dengan menjabarkan hasil temuan penelitiannya bahwa kredibilitas da’i zaman dahulu berbeda dengan sekarang yang masuk ke dalam media sosial. Penilaian terhadap da’i pada zaman dahulu dilihat dari sisi personal da’i meliputi kemampuan secara ilmu pengetahuan, cara menyampaikan melalui retorikanya, dan kepercayaan publik kepada dirinya. Namun sekarang pada dunia maya kredibilitas da’i “dapat dilihat dari personal (da’i), kemudian dari kredibilitas pesannya, substansi pesan yang disampaikan, dan juga kredibilitas akunnya yang dapat dilihat dari banyaknya subscriber, viewer dan suka” paparnya.
Prof. Dr. Ngainun Naim Guru Besar Metodologi Studi Islam yang juga menjabat Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) UIN SATU mengonfirmasi dan memberikan kritik serta saran pada disertasi Bunda Luthfi. Prof. Naim menyoroti tentang metodologi riset yang digunakan. Menurutnya penggunaan kata kunci untuk mengambil data harus disertai dengan argumen untuk memperkuat pengkategorian. Selain itu Prof. Naim juga mengomentari tentang jumlah dan relevansi penggunaan penelitian terdahulu untuk mencari kebaruan penelitian.
“Saran saya nanti bisa ditambahkan berbasis kategori, misalnya riset-riset berbasis media dakwahnya. Kalau saya boleh mengkritik, teorimu di BAB dua itu teori zaman old, kan nggak memasukan teori dakwah di era kontemporer, kamu perlu memasukan itu. Atau berbasis kontennya” tuturnya
Seluruh dewan penguji memberikan catatan dan mengonfirmasi disertasi Bunda Luthfi yang dapat dijawab dengan baik olehnya yang kemudian memancing apresiasi dari para penguji. “Saya rasa sudah sangat maju kita melihat Luthfi Ulfa Ni’amah ini sudah pantas menjadi Doktor” sanjungan Prof. Nur Syam diikuti sorakan dan tepuk tangan tamu undangan. Begitu pula Prof. Ngainun Naim “ ‘Ala kulli hal, saya ucapkan selamat kepada saudari Luthfi Ulfa Ni’amah anda layak menjadi seorang Doktor” sanjungnya.
Sidang ditutup dengan pembacaan surat keputusan kelulusan oleh dewan penguji bahwa Luthfi Ulfa Ni’amah dinyatakan layak menyandang gelar Doktor pada Program Doktor Studi Islam Pascasarjana UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung dengan predikat “Sangat Memuaskan”. (mrc)
Islamic digital activist. Mugi Barokah Manfaat