TUBAN – Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2020 dan menyambut Hari Pahlawan, MWC NU Kecamatan Widang Kabupaten Tuban melaksanakan kegiatan ngaji sejarah dan bedah buku (Sabtu, 7/11/2020). Buku yang dibedah berjudul “Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)” karya Katib ‘Aam PBNU KH. Yahya Cholil Staquf.
Acara bedah buku ini dilaksanakan di aula RA Mathla’ul Ulum Ngadirejo Widang, yang diikuti oleh sekitar 120-an peserta dari unsur pengurus MWC NU dan seluruh pengurus Banom di tingkat kecamatan, pengurus NU dan banom di tingkat ranting, para guru madrasah juga guru madin/TPQ. Karena masih suasana pandemi, acara ini dikemas dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Hadir sebagai pembicara adalah Gus Rizal Mubit, SH.I, M.Ag, akademisi muda dari INKAFA Gresik, peneliti Farabi Institut, penulis buku, juga redaktur alif.id.
Rais Syuriyah MWC NU Widang, KH. Rohimin Ridlwan dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara bedah buku ini penting untuk membuka wawasan para nahdliyyin terutama generasi milenial NU agar memahami latar belakang sejarah lahirnya NU baik dalam konteks nasional maupun global. Selain itu juga untuk memperkuat amaliyah, fikrah dan harakah nahdliyah dalam menghadapi perubahan zaman yang sangat cepat dan dinamis.
Sebagai narasumber, Gus Rizal Mubit mengupas dengan bernas bagaimana agar NU dapat mewujudkan cita-cita peradaban Islam, yaitu Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Islam yang dapat menciptakan tata dunia yang harmonis dan adil berdasarkan akhlaqul karimah dan penghormatan terhadap kesetaraan martabat di antara sesama manusia.
Strategi yang perlu dilakukan adalah dengan memberdayakan potensi jama’ah (komunitas/warna NU) dan jam’iyyah (organisasi) sebagai kekuatan kultural untuk merawat tradisi dan nilai-nilai luhur bangsa. Berikutnya, keseluruhan gerak jam’iyyah NU harus dikemas dalam “sistem birokrasi ala pemerintah”, baik dari tingkat pusat hingga ranting dalam menyediakan layanan keummatan.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa untuk mempercepat kebangkitan umat, diperlukan pengenalan jati diri (ma’rifatun nafsi) atau dalam istilah Jawa disebut sebagai makrifat jati, serta pengenalan tugas dan fungsi sebagai manusia (ma’rifatut taklif), atau makrifat dharma. Selain itu, untuk menjawab tantangan global, para kader NU harus bangkit dan berkhidmah dalam tiga jalur pergulatan, yaitu kebangkitan intelektualisme, kebangkitan teknokrasi, dan kebangkitan wirausaha.
Acara yang dikemas dengan santai tetapi tetap serius ini berlangsung sangat tertib dan lancar. Respon dari peserta juga sangat positif, terbukti dengan banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan atau memberikan tanggapan. Acara yang berlangsung lebih dari tiga jam ini menjadi tidak begitu terasa karena diselingi dengan humor atau guyonan khas NU.
Anggota Lajnah Ta’lif Wan Nasyr PCNU Kabupeten Tuban