Ada sebuah perkataan mulia yang perlu disitir untuk mengawali tulisan ini, “Kecintaan pada dunia adalah puncak segala kesalahan.” Kesenangan terhadap dunia, memang kerap menjerumuskan seseorang pada kesalahan fatal, termasuk kesalahan logika. Baik logika yang dipakai untuk bergaul, berbincang dan berpikir antas sesama makhluk hidup, pun logika terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.
Misalnya saja, ketika terjadi sebuah musibah kehilangan sesuatu. Kita langsung mengucap, “Ini cobaan, Allah pasti menggantinya dengan barang yang lebih baik.” Sejatinya dalam hal ini, kecintaan akan dunia telah memulai kesalahan logika kita pada Tuhan. Jika saja kita meyakini bahwa sesuatu yang hilang adalah milik kita sepenuhnya, hingga kita merasa bahwa Allah layak, bahkan wajib menggantinya. Bukankah semua di dunia ini milik Allah, termasuk diri kita?.
Logika “semua milik Allah” pun kerap disalahgunakan untuk kepentingan politik yang (tentu) mengandung kepentingan pribadi. Dengan dalih membela agama Allah, semua milik Allah, lantas kita memaksakan sebuah pemikiran kepada orang lain. Padahal nyatanya Allah pula yang berkehendak dan menyatakan akan membuat semua hal di dunia berbeda-beda. Bahkan benderang kita baca, bahwa Ia sebenarnya bisa berkuasa saja membuat manusia itu umat yang satu. Satu pemikiran, satu jenis dan serba satu lainnya. Namun nyatanya Ia tak berkehendak. Lantas kenapa sebagian kita memaksakan kehendak satu pemikiran, misalnya tentang satu sistem politik tertentu dan kemudian mengklaim itu kehendak Tuhan?.
Kesenangan terhadap dunia pun menjadi pangkal terjadinya kesalahan logika pada gambar di bawah ini. Karena ingin jualan laku, lantas menimbang sesuatu bukan dengan timbangan logika yang pas. Selanjutnya bisa saja kita gunakan logika salah semacam itu. Misalnya dengan mengatakan, “Berhijab itu bukan rukun Islam, yang masuk rukun Islam itu syahadat.” Tapi tak usahlah, kita harus tetap memastikan agama ini pada jalan kebenaran, pada logika yang benar. Bukan sebaliknya. Kita semua cinta dunia, tapi semoga tetap berakal waras.
Dosen Unisla Lamongan, Kandidat Doktor