Suluk.ID
Sunday, July 13, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Panutan

Buya Syafii, Gus Dur, dan Ucapan Ulang Tahun

by Abdur Rouf Hanif
May 31, 2019
in Panutan
Buya Syafii, Gus Dur, dan Ucapan Ulang Tahun
Share on Facebook

Jika ada pertanyaan siapa guru bangsa yang tersisa hari ini?. Tentu pikiran kita mengarah pada salah satu sosok piantun sepuh yang cakrawala keilmuannya ia abdikan untuk kepentingan bangsa dan umat Islam. Kita semua memanggilnya Buya.

Kata Buya, diambil dari bahasa Arab yang berarti bapak-ku. Bukan tanpa sebab panggilan itu disematkan pada pria kelahiran di Sumatra Barat 31 Mei 1935 silam. Dedikasinya dalam dunia pengetahuan tidak diragukan lagi, bahkan almarhum Gus Dur menyebutnya sebagai salah satu pendekar Chicago yang memiliki sumbangsih terhadap wacana keislaman di Indonesia.

Buya Syafii selain dikenal sebagai akademisi juga seorang pengayom umat. Khidmahnya pada Muhammadiyah tidak diragukan lagi, beliau menahkodai organisasi bentukan Kiai Ahmad Dahlan tersebut sejak era reformasi 1998 hingga 2005.

Kecintaan Buya pada Muhammadiyah jauh dari kata citra dan kepentingan pribadi. Bahkan ketika Amien Rais ingin menyeret suara Muhammadiyah pada pemilu 2019, Buya rela pasang badan mengingatkan Muhammadiyah pada khittahnya.

Buya memiliki segi kesamaan dengan sahabatnya Gus Dur. Selain kesederhanaannya yang masyhur, Buya adalah pemikir hebat yang memiliki kesamaan visi dengan Gus Dur dalam ihwal toleransi dan keberagaman di Indonesia.

Saat ramai kasus Al-Maidah Ahok. Buya kerap kali tampil di publik dengan argumentasinya yang dinilai kontroversial hingga mendapat banyak cibiran dan hujatan yang datangnya dari beragam pihak.

Buya hanya membalasnya dengan senyum seraya berpesan “Kebenaran tidak bisa dikalahkan oleh amarah,” Buya memaafkan para pembencinya tanpa ada sakit hati dan dendam. Hal tersebut mengingatkan saya pada laku hidup perjuangan Gus Dur semasa hidupnya yang sering dihujat karena pandanganya melawan arus.

Seperti pembelaanya pada Inul Daratista, Kedekatanya dengan agamawan fatikan, Israil dan banyak kasus lainya. Sepeninggal Gus Dur estafet perjuangan toleransi dan hubungan lintas iman diemban oleh Buya Syafi’i Ma’arif.

Pengaruh sosok Buya Syafii bukan hanya terbatas pada generasi Muhammadiyah semata. Lebih dari itu sosok seperti Gus Dur, Buya Syafi’i adalah uswah bagi generasi muslim lintas batas. Baik kalangan Nahdliyin maupun Muhammadiyah bahkan lintas iman sekalipun.

Bagi saya Buya selaksa Gus Dur-nya Muhammadiyah, dan Gus Dur adalah Buya-nya NU. Bangsa ini beruntung memiliki mereka.

Kini dihari ulang tahun beliau yang ke-84. Tidak berlebihan kiranya jika tulisan ini saya persembahkan untuk beliau sebagai wujud terimakasih pada piantun sepuh yang pemikiranya banyak mengubah cara pandang saya terhadap realitas keagamaan dan kebangsaan.

Selamat ulang tahun buya Syafi’i Ma’arif. Dari santrimu Abdur Rouf Hanif.

Abdur Rouf Hanif

Lakpesdam NU Kabupaten Tanggamus

Tags: Gus DurSyafii Maarif
Previous Post

Ngaji Gus Baha, Mengenal Kekuasaan Allah dari Kecilnya Seekor Nyamuk

Next Post

Islam, Pancasila dan Keindonesiaan

Related Posts

Keteladanan Etika Dakwah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy Dalam Perspektif Qaulan dalam Al-Qur’an

Keteladanan Etika Dakwah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy Dalam Perspektif Qaulan dalam Al-Qur’an

by Abdur Rohman Assidiis
July 1, 2025
0

Kian hari kini, semakin banyak bermunculan pendakwah-pendakwah baru. Dengan berbagai metode dakwah yang mereka gunakan, tentu telah memberikan kesan warna...

Prabowo Subianto Dan Gagasan Kepemimpinan Islam : Dari Salahudin Al Ayubi Hingga Muhammad Al Fatih

Prabowo Subianto Dan Gagasan Kepemimpinan Islam : Dari Salahudin Al Ayubi Hingga Muhammad Al Fatih

by Redaksi
May 26, 2025
0

Oleh : Mujahidin Nur, Direktur Peace Literacy Institute Indonesia & Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri dan Antar Lembaga BKM (Badan...

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

by Mukani
April 21, 2025
0

Tumenggung Sri Moyo Kusumo adalah salah satu pejabat di Kerajaan Mataram Islam. Tugas utamanya adalah menikahkan masyarakat. Dia diperkirakan lahir...

Mbah Canthing dan Sejarah Desa Mlorah

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

by Mukani
April 21, 2025
0

Fakta baru ditemukan dari peta tentang Desa Mlorah masa klasik yang disimpan di Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde...

Next Post
Islam, Pancasila dan Keindonesiaan

Islam, Pancasila dan Keindonesiaan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Muhammad Nahdlatul Ulama: Begitu Saya Menyebutnya

Muhammad Nahdlatul Ulama: Begitu Saya Menyebutnya

July 13, 2025
Hidupkan Kerukunan Warga Nahdliyin, Gelar Rutinan Lailatul ljtima

Hidupkan Kerukunan Warga Nahdliyin, Gelar Rutinan Lailatul ljtima

July 12, 2025
Menuju PCNU Tulungagung dalam Angka: Dr. KH. Bagus Ahmadi Tegaskan Pentingnya Data dalam Perencanaan Organisasi

Menuju PCNU Tulungagung dalam Angka: Dr. KH. Bagus Ahmadi Tegaskan Pentingnya Data dalam Perencanaan Organisasi

July 10, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025