Suluk.ID
Sunday, June 15, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pitutur

Catatan Penting, Santri Sebagai Pejuang Bangsa

by Mutholibin
October 29, 2019
in Pitutur
Catatan Penting, Santri Sebagai Pejuang Bangsa
Share on Facebook

Kontribusi NU yang begitu besar dalam mempertahankan NKRI ternyata masih di pandang sebelah mata oleh beberapa kelompok, bahkan dinyiyirin oleh kelompok-kelompok yang tidak suka dengan NU. Bahkan ketika pemerintah memberikan penghargaan Hari Santri yang jatuh di tanggal 22 Oktober menjadi peringantan Hari Santri Nasional masih banyak yang belum menerima. Mari kita semua melek akan sejarah akan kontribusi santri-santri pondok pesantren.

Catatan penting, bahwa pada tanggal 21 oktober, berkumpullah para kiai se-Jawa dan Madura di kantor ANO (ANO (Ansor Nahdlatul Oelama) di Jl. Bubutan VI/2 Surabaya. Setelah rapat darurat sehari semalam, maka pada tanggal 22 Oktober, berdasar amanat berupa pokok-pokok kaidah tentang kewajiban umat Islam dalam jihad mempertahankan tanah air dan bangsanya yang disampaikan Rais Akbar KH Hasyim Asy’ari, dalam rapat PBNU yang dipimpin Ketua Besar KH Abdul Wahab Hasbullah, menetapkan satu keputusan dalam bentuk resolusi yang diberi nama “Resolusi Jihad Fii Sabilillah”, yang isinya sebagai berikut:
“Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe ‘ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh.

Bagi orang-orang jang berada di loear djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu djadi fardloe kifajah (jang tjoekoep, kalaoe dikerdjakan sebagian sadja)…”
Umat menyambut seruan itu dengan gegap gempita. Di mana-mana, peperangan berkobar. Puncaknya, pada suatu pagi, dari berbagai penjuru dan dari ujung-ujung terjauh pulau Jawa, para mujahid berdatangan memenuhi kota Surabaya. Pekik takbir pun membahana, mengoncangkan jiwa-jiwa musuh yang durjana.

Resolusi jihad telah menggerakkan perang paling kolosal yang pernah ada dalam sejarah Nusantara, yang kemudian terkenal dengan peristiwa 10 November ’45. Seadainya saja Reaolusi Jihad tidak pernah ada, juga laskar Hizbullah dan Sabilillah bersama laskar-laskar lain tidak lahir untuk menentang sekutu, mungkinkah Indonesia yang merdeka bisa kita nikmati sampai hari ini? Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian para pengambil kebijakan dan menjadi perhatian bagi kelompok-kelompok yang masih memandang sebelah mata kontribusi santri NU dalam memperjuangakan bangsa ini.

Fakta sejarah membuktikan, bahwa kaum tradisionalis pesantren atau yang tergabung dalam jam’iyyah NU memiliki kesadaran Nasionalisme kebangsaan lebih awal daripada kelompok organisasi lain, baik yang kedaerahan ataupun keagamaan untuk membela tanah air telah tertanam kuat dalam sanubari para santri, bahkan saat kesadaran kaum cendikiawan masih elits dalam mendirikan organisasi, baik hanya untuk kaum terpelajar maupun daerah dan lokalitas tertentu, ulama-ulama pesantren terdahulu sudah memiliki kesadaran nasionalis. Meraka mendirikan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air). Nama ini dengan sendirinya mengungkapkan, bukan kebangkitan Jawa, bukan kebangkitan Madura, bukan pula suku dan segmen kecil kepentingan lainnya, namun kebangkitan seluruh bangsa di tanah air.

Munculnya hari pahlawan, kota pahlawab, dan peristiwa 10 november serta pahlawan yang gugur adalah bagian dari ruh Resolusi Jihad yang di tiupkan oleh para kiai dan santri. Beberapa pengorbanan jiwa dan raga yang harus dibayar oleh mereka untuk membanyar kecintaannya pada bangsa, tetapi apa balasan negara bagi mereka (Warga NU)? Memingkirkan pendidikan pesantren yang selalu di anggap tidak maju, menyingkirkan alumni pesantren dari dunia kerja, saatnya negera membalasa susu dengan susu, bukan susu dengan air tuba.

Di sinilah para sejarahwan harus memposisikan peran NU secara proporsional. Saatnya sejarah harus menampilkan peristiwa-peristiwa yang terjadi, bukan menutupi, mengurangi atau menambahi, memanipulasi atau mengkomoditinya.#SelamatHariSantri

Rekomendasi Bacaan untuk Kelompok yang masih memandang sebelah mata Hari Santri tidak penting.
🔰Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad: Sejarah Perang Rakyat Semesta di Surabaya, 10 November 1995. Pustaka Pesantren dan Lesbumi.
🔰Gugun El Guyanie, Resolusi Jihad Paling Syar’i, Pustaka Pesantren
🔰Rijal Mumazziq Zionis, Surabaya: Kota Pahlawan Santri, LTN NU Surabaya

Mutholibin

Pendidik, Pejuang Keluarga

Previous Post

127 Dewan Hakim MTq Dilantik, 5 Diantaranya dari Tuban

Next Post

Ngaji Al-Hikam di Lirboyo

Related Posts

Permasalahan Mental Bukan Hanya Soal Ibadah

Permasalahan Mental Bukan Hanya Soal Ibadah

by elhimmah
June 8, 2025
0

Mengalami permasalahan mental adalah hal yang manusiawi dan perlu untuk ditangani. Dengan memiliki pengetahuan tentang kesehatan mental khususnya diri sendiri...

Menemukan Tawakal Dibalik Que Sera Sera

Menemukan Tawakal Dibalik Que Sera Sera

by elhimmah
June 8, 2025
0

Rilis pada tahun 1956 Que sera sera merupakan sebuah lagu yang diciptakan oleh Jay Livingston dan Rey Evans dengan penyanyi...

Mari Bersama Merawat Semangat Kebangsaan dengan Nilai-Nilai Agama dan Budaya

Mari Bersama Merawat Semangat Kebangsaan dengan Nilai-Nilai Agama dan Budaya

by Redaksi
June 2, 2025
0

Suluk.id - Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila sebagai momen penting untuk kembali meneguhkan jati diri...

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

by Redaksi
May 14, 2025
0

Suluk.id - Seseorang akan pergi jauh, namun hatinya akan tetap tertaut pada orang yang dikasihinya. Hingga suatu saat dia akan...

Next Post
Mengintip Cara Gus Rijal Mumazziq Memberi Materi di Hadapan Para Remaja

Ngaji Al-Hikam di Lirboyo

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Ashabus Shuffah, Gencarkan Kayangan Bersholawat

Ashabus Shuffah, Gencarkan Kayangan Bersholawat

June 15, 2025
Wajah Muda Baru Mewarnai Pelantikan IPNU dan IPPNU Ranting Brambang

Wajah Muda Baru Mewarnai Pelantikan IPNU dan IPPNU Ranting Brambang

June 14, 2025
Urgensi Pesantren Bagi Generasi Milenial

Urgensi Pesantren Bagi Generasi Milenial

June 12, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025