Mau tidak mau, siap tidak siap, pada akhirnya pandemi virus Corona (Covid-19) telah melanda Indonesia. Beberapa daerah terutama kota besar telah menyatakan siaga, siaga dalam arti beneran. Sementara sejumlah kabupaten/kota lain, meskipun telah menyatakan waspada dan siaga, tetapi nyatanya masih terlihat woles-woles saja.
Yang jelas, jumlah kasus Corona terus meningkat, mereka yang dinyatakan suspect maupun positif Corona terus bertambah. Jumlah korban meninggal dunia semakin banyak, meskipun beberapa penderita juga telah dinyatakan sembuh.
Walaupun boleh dikata sudah terlambat, pemerintah dan berbagai pihak terkait telah berikhtiar maksimal untuk mengatasi penyebaran dan pencegahan virus ini. Baik melalui tindakan medis atau non medis, yang berupa pemberian informasi terhadap masyarakat awam.
Penyuluhan ini sangat penting, karena respon masyarakat dalam menghadapi wabah ini juga sangat dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimilikinya, atau informasi yang diperolehnya.
Tapi ya gitu, namanya orang Endonesah, selalu ada saja yang hobi membuat gaduh, gemar memancing di air keruh. Bukannya ngasih informasi yang benar, malah nyebarin hoax. Akhirnya informasi simpang siur, obrolan demi obrolan masyarakat bawah tentang Corona makin ngelantur.
Ketika Dewan Masjid menghimbau diperbolehkannya tidak berjamaah di masjid untuk menghindari kerumunan massa, beberapa masjid justru berupaya semaksimal mungkin agar para jama’ah tetap datang ke masjid. Pun demikian ketika ditetapkan social distancing, beberapa pemerintah daerah masih saja membikin acara yang bersifat massal. Bahkan ada yang sengaja menciptakan kerumunan massa di daerah rawan, sebagai efek kejut, katanya. Lebih konyol lagi, beberapa pejabat pemda bahkan nekat plesiran ke luar negeri.
Para tokoh publik dan pemuka agama masing-masing memberikan pendapat yang seringkali tidak seragam, bahkan saling berlawanan. Tokoh satu menyarankan langkah preventif dan antisipatif terhadap virus Corona, tokoh satunya berucap, “takut koq sama Corona, takut itu ya sama Gusti Allah”.
Ya, inilah dinamika negara demokrasi. Setiap orang bebas berpendapat sesuai seleranya dan kepentingannya sendiri, tak peduli paham atau tidak, punya integritas keilmuan atau tidak. Dalam kasus seperti ini kadang berpikir, enakan negara komunis, sekali memberikan instruksi, semua warga negaranya mematuhi.
Virus Corona dan semua virus lainnya, secara struktur anatomi pasti memiliki kapsid atau kapsula, yaitu selubung protein yang melindungi tubuh virus.
Nah, sejatinya, wabah virus ini relatif mudah diatasi secara medis, selama tubuh virus tersebut masih diselubungi oleh kapsid. Tetapi ketika virus tersebut mulai diselubungi oleh narasi agama dan kepentingan politis, maka wabah virus Corona akan semakin dilematis.
Anggota Lajnah Ta’lif Wan Nasyr PCNU Kabupeten Tuban