Suluk.id – Mukhlas adalah sosok istimewa yang terlahir dari pasangan Ibu Ngaliyah dan Bapak Hamzah yang berasal dari desa Maibit, kecamatan Rengel. Maibit merupakan desa yang istimewa dan terkenal dengan legendanya, yaitu legenda Lanjar Maibit.
Konon, Lanjar Maibit merupakan nama yang berasal dari Lanjar artinya seorang janda yang selama menikah belum pernah melakukan hubungan suami istri. Sedangkan kata Maibit berasal dari nama yang diambil dari sesosok orang sakti yang lari dari wilayah kediri dan singgah dirumah Mbah Bibit, sehingga dinamakan Maibit.
Maibit juga terkenal dengan adanya sendang (mata air) yang cukup besar yang menjadi sumber kehidupan masyarakat desa setempat. Banyak cerita yang menyebutkan bahwa sendang ini cukup angker dan sering memakan korban. Konon, sendang ini juga sangat erat berkaitan dengan kisah cinta Sang Lanjar yang berakhir tragis karena mengakhiri hidupnya di sekitar sendang tersebut.
Selain cerita mistis, Maibit juga istimewa karena pernah melahirkan sosok ulama kharismatik pencipta Shalawat Badar, yaitu KH. Ali Mansyur. Shalawat ini merupakan andalan umat Islam dalam menandingi dan menenggelamkan lagu genjer-genjernya PKI dengan Gerwaninya. Meskipun KH. Ali Mansyur telah lama wafat, yaitu tanggal 24 Maret 1971, akan tetapi Sholawat Badar tidak ikut tenggelam, bahkan terus menggema hingga sekarang.
*****
Semasa kecil, selain belajar ilmu agama dari kedua orang tuanya, Haji Mukhlas juga belajar di Madrasah Ibtidaiyah Syi’ar Islam yang berada di lingkungan Pondok Pesantren milik KH. Ali Mansyur. Haji Mukhlas dididik dan ditempa oleh para ulama kharismatik penerus KH. Ali Mansyur, antara lain KH. Masykur, KH. Mukti, dan Kyai Ahmad Syakir yang merupakan salah satu putra KH Ali Mansyur sendiri.
Setelah lulus dari madrasah pesantren tersebut, Haji Mukhlas melanjutkan ke jenjang SLTP (PGA 4 tahun Ma’arif Rengel). Seiring perjalanan waktu, PGA ini kemudian berubah menjadi SMP Islam Rengel, dan terakhir menjadi MTs Ma’arif Rengel sampai sekarang.
Pada saat itu, PGA 4 Tahun Maarif ini merupakan lembaga pendidikan yang paling bergengsi. Banyak tokoh hebat asli Rengel yang digembleng di madrasah ini, antara lain KH. Saerozi, Kyai Mohammad Thohir, Kyai Muslim, Kyai Abdul Rofiq, dan lainnya. Pada masa menjelang meletusnya Peristiwa G.30.S. PKI, madrasah tersebut difungsikan sebagai markas Gerakan Pemuda Ansor dan Banser. Sudah barang tentu, nama-nama yang saya sebut di atas menjadi aktor utama dalam menggembleng mental spiritual para pemuda yang tergabung dalam Ansor dan Banser.
Selain melahirkan para ulama, madrasah ini juga melahirkan para pejabat dengan basis kesantrian yang kuat. Enam putra KH Ali Mansyur juga jebolan madrasah ini, yaitu: Sholahuddin, KH. Ahmad Syakir (yang sekarang menjadi pengasuh pondok di Maibit Rengel), Abdullah Nashih, Mohammad Shiddiq, Siti Latifah, Syaiful Islam, dan Badrul Jamal. Nama yang disebut terakhir pernah menjadi hakim agama dan dosen di IAIN Ar-Raniri Banda Aceh. Ada lagi Sun’an yang pernah jadi Kapolres di beberapa Kabupaten. Tokoh lain jebollan madrasah ini yang masih hidup sampai sekarang yaitu Kyai Fathoni Turmudzi, KH. Roziq, Drs. Mujib, dan sebagainya.
*****
Haji Mukhlas menempuh pendidikan sarjananya di UNSURI yang kemudian berubah menjadi STITMA, dan sekarang IAINU Tuban. Selama kuliah, Haji Mukhlas juga beraktivitas sebagai guru PNS di lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Tuban. Beliau mengakhiri lajangnya setelah menyunting gadis cantik bernama Ainul Inayah dari Maibit, putri Bapak Nadzirun yang merupakan pensiunan guru agama. Selama berumat tangga, Haji Mukhlas menempati rumah di lingkungan Pondok Pesantren Makam Agung Tuban. Perkawinannya dengan Aulal Inayah yang juga guru ini dikaruniai satu anak bernama Hamam Al Rosyid. Kehidupan rumah tangga Haji Mukhlas sangat tenteram, damai, bahagia, dan sejahtera.
Meskipun hanya menempuh pendidikan di lingkup lokal, akan tetapi Haji Mukhlas berhasil menjadi sosok yang cukup diperhitungkan di Tuban. Hal itu dibuktikan beliau dengan menjadi salah satu Kepala Seksi di Dinas Pariwisata. Selain menjadi pejabat, aktivitas Haji Mukhlas yang paling menonjol adalah pengabdiannya untuk kemajuan Nahdlatul Ulama. Sehari-harinya, Haji Mukhlas aktif di Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Tuban, pembina Remaja di Masjid Agung dan Masjid Rahmat Tuban. Selain itu, Haji Mukhlas juga aktif mengisi ceramah dan pengajian Al Qur’an terutama pada bulan suci Ramadhan, serta sangat aktif di kegiatan sosial keagamaan dan kemasyarakatan lainnya.
Syahdan, perjalanan hidup Haji Mukhlas berakhir pada hari Kamis tanggal 15 Juli 2021. Haji Mukhlas dijemput Malaikat Izroil untuk menghadap Allah SWT.
Inna lillahi wa inna Ilahi Roji’un. Selamat Jalan Pak H. Mukhlas. Pengabdian hidupmu dan perjuanganmu menjadi saksi bahwa engkau adalah orang yang istimewa. Aamiin…
Ditulis oleh: H. Kasduri Al Anshori
Tuban, 17 Juli 2021
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan