Suluk.ID
Friday, May 9, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Muslim KW; Lebih Sering ke Gereja Ketimbang ke Masjid

by Aan Anshori
August 22, 2019
in Ngilmu
Muslim KW; Lebih Sering ke Gereja Ketimbang ke Masjid
Share on Facebook

Itulah yang kerap ditudingkan ke aku. Cecil anakku juga pernah ditanya hal sama oleh kawan SDnya yang dititipi pertanyaan oleh ortunya. Kebetulan ortunya berteman denganku di FB dan tahu aktifitasku. “Yo gak popo se. Teman ayahku memang banyak yang pendeta kok,” begitu kira-kira jawab anakku.

Sebagai santri, aku dididik tidak boleh menolak jika diminta berbagi gagasan oleh siapapun. Sedapat mungkin harus hadir. Dikasih bisyaroh (viatikum) atau tidak; naik pesawat atau numpang ojek; di masjid atau gereja, sepanjang masih kuat berangkat, maka aku akan berangkat.

Meski demikian, tidak semua “mampu” mengundangku. Materi diskusiku kerap membutuhkan kedewasaan dalam bersikap karena cenderung blak-blakkan. Opo anane.

Dalam isu toleransi antaragama, aku kerap mengkritik model berislam yang tidak peka, jaim, dan tunasensitifitas terhadap agama lain –terutama Kristen. Posisiku ini tentulah tidak mengenakkan di banyak kalangan elit Islam. Belum lagi jika ditambah posisi afirmasiku terhadap hak-hak kelompok minoritas gender dan seksual. “Ojo idek-idek Aan Anshori,” begitulah yang aku dengar dari teman GUSDURian saat ia diwanti-wanti para tetua ketika tahu ia kenal denganku.

Posisiku yang cenderung apa adanya dan mendorong perlunya reformasi teologi Islam yang lebih inklusif nampaknya menarik perhatian kalangan gereja. Mereka rupanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Kristen-Islam Indonesia dalam dua dekade terakhir ini. Keingintahuan ini sangatlah wajar mengingat mereka juga ingin terlibat dalam inklusifitas ini.

Jujur saja, ada banyak sarjana Islam yang ilmunya jauh lebih mumpuni ketimbang aku. Namun tidak semuanya bisa bertahan lama dalam gereja dan duduk berdampingan dengan salib. Maksudnya begini, tidak semua sarjana dan cendekiawan Muslim Indonesia siap menerima kenyataan dirinya difoto di dalam gereja, bersama salib, kemudian diunggah ke media sosial.

Kenapa tidak siap? Sebab foto denga pose tersebut punya konsekuensi yang tidak ringan. Ia dan keluarganya berpotensi akan dirisak. Karirnya bisa rusak. Nasibnya kemungkinan besar masuk “kotak,”

Dan yang paling berat, ia harus siap dilabeli sebagai muslim KW karena pernah berfoto di gereja. Aspek “conformity in group,” merupakan isu penting dalam kehidupan personal banyak orang. Aku sangat paham itu.

Namun, dalam konteks undangan diskusi, ibarat pengemudi ojel online, aku harus siap mengantar penumpang, siapapun mereka, bahkan makhluk adikodrati sekalipun. Tanpa membedakan pelayanan.

Dan kebetulan saja, selama Agustus ini, aku memang lebih sering mengunjungi gereja. Setelah hinggap di GKJ Tuntang Timur, GKJ Tlogo, GKJ Danukusuman, GKI Sangkrah, dan GKI Masaran, kini aku diminta berdialog dengan wargo GKJW Sumbergondang, GKJW Mojokerto, dan GKJW Sukorame.

Semakin KW saja kemuslimanku.

Adakah yang mau ngopi dengan muslim KW ini di acara nanti?

Aan Anshori
Previous Post

Neo Sufisme KH Maimun Zubair

Next Post

Tombo Ati, Jalan Dakwah Sunan Bonang

Related Posts

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

by suluk
May 4, 2025
0

Pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu atau mengisi kepala anak dengan pengetahuan. Lebih dari itu, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia....

Membaca Optimisme Masa Depan Pendidikan Indonesia

Membaca Optimisme Masa Depan Pendidikan Indonesia

by Mukani
May 1, 2025
0

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2025 ini mengambil tema Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua. Sejak era Presiden...

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

Filosofi Nyadran dan Akulturasi di Desa Mlorah

by Mukani
April 24, 2025
0

Tradisi nyadran di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk tahun ini digelar hari Jumat Pahing, tanggal 25 April 2025. Ini...

Pelajaran Pertama yang Saya Dapat adalah Istiqomah

Pelajaran Pertama yang Saya Dapat adalah Istiqomah

by Muchamad Rudi C
April 22, 2025
0

Dikatakan santri, saya juga bukan seorang santri tulen. Apalagi santri kaafah yang menguasai banyak ilmu pesantren dari jenjang kelas Ibtidaiyah...

Next Post
Tombo Ati, Jalan Dakwah Sunan Bonang

Tombo Ati, Jalan Dakwah Sunan Bonang

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Khoirul Malik: Bahasa dan Proposal Riset adalah Kunci Menembus Beasiswa Studi Internasional

Khoirul Malik: Bahasa dan Proposal Riset adalah Kunci Menembus Beasiswa Studi Internasional

May 7, 2025
Keberuntungan Adalah Kesempatan Bertemu Kemampuan, Rudi Cahyono Bagikan Perjalanan Inspiratif Raih Beasiswa Unggulan Kemendikbud

Keberuntungan Adalah Kesempatan Bertemu Kemampuan, Rudi Cahyono Bagikan Perjalanan Inspiratif Raih Beasiswa Unggulan Kemendikbud

May 7, 2025
Scholarship Station FUAD UIN SATU Hadirkan Cerita Inspiratif Syahril Siddik, Alumni Leiden University

Scholarship Station FUAD UIN SATU Hadirkan Cerita Inspiratif Syahril Siddik, Alumni Leiden University

May 7, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2025