Suluk.ID
Friday, December 5, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
No Result
View All Result
Home Kekabar

Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

Redaksi by Redaksi
December 4, 2025
in Kekabar
Share on Facebook

Psikologi merupakan hal yang tidak asing ditelinga kita, sering kali psikologi terjadi atau dirasakan oleh banyak orang baik dari kalangan menengah kebawah maupun menengah keatas. Perlu kita ketahui bahwa psikologi (KBBI) merupakan suatu ilmu yang membahas  pengetahuan yang mempelajari proses mental manusia, baik normal maupun abnormal, dan pengaruhnya terhadap perilaku. Penerapan secara bahasa adalah proses atau cara. Secara istilah penerapan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang yang melakukan sesuatu dengan cara atau proses dengan menggunakan tahapan seperti metode atu teori-teori yang ada.

Bisa disimpulkan dari pernyataan di atas Penerapan psikologi merupakan penggunaan prinsip, teori, dan metode psikologi untuk memahami, menganalisis, dan memberikan solusi terhadap berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan penerapan psikologi (Wahid, 2021) adalah untuk meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan.

Seorang da’i bisa menggunakan ilmu psikologi dalam melaksanakan dakwahnya, karena dakwah merupakan kegiatan komunikasi. Saat ini seorang da’i harus bisa menguasai psikologi komunikasi, agar pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i tersebut dapat diterima dan dicerna dengan baik oleh mad’u. Persoalan tentang hakikat manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki jiwa dan manusia sebagai makhluk sosial itulah diperlukannya psikologi komunikasi dalam penyampaian pesan dakwah.

Pesan dakwah haruslah sesuai dengan karakter dan kemampuan anak. Maka dari itu melalui pendekatan psikologi komunikasi sangatlah diperlukan dalam penyampaian pesan dakwah pada anak agar pesan dakwah yang disampaikan dapat dipahami oleh oleh anak sesuai kebutuhan dan karakteristik psikologinya dan dapat direalisasikan dalam kehidupan seharihari. Hal yang tidak kalah penting (Ishanan, 2017) dalam penyampaian pesan dakwah adalah penggunaan media (teknologi), sebab pengaruh teknologi komunikasi terhadap dakwah di satu sisi bisa sebagai media dakwah, tetapi di sisi lain juga bisa menjadi penentu keberhasilan dakwah.

Dalam menjalankan aktivitas dakwah, seorang dai sering menghadapi tantangan untuk memotivasi target dakwahnya agar mau mendengarkan dan menerapkan pesan-pesan yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari. Dai dihadapkan pada realitas bahwa individu-individu yang menjadi sasaran dakwah memiliki berbagai macam keragaman. Keragaman ini menyebabkan adanya perbedaan dalam cara mereka menerima materi dakwah. Oleh karena itu, kegiatan dakwah perlu disesuaikan dengan kebutuhan target dakwah, dan seorang dai harus berupaya memberikan dorongan kepada mereka untuk mengamalkan pesan yang telah disampaikan.

Dengan kata lain, seorang dai dituntut untuk memahami aspek kejiwaan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari kelompok. Inti dari dakwah sebenarnya terletak pada upaya mencegah berbagai penyakit sosial yang bersifat psikis dengan cara mengajak, memotivasi, mendorong, dan membimbing individu agar mencapai kesejahteraan lahir dan batin. Dengan demikian, mereka dapat menerima ajaran agama secara sadar dan melaksanakan tuntunan agama sesuai dengan syariat yang berlaku.

Pesan dakwah perlu disampaikan melalui pendekatan psikologis yang selaras dengan cara berpikir dan perasaan mad’u. Dengan memperhatikan aspek-aspek perkembangan psikologis beserta karakteristiknya, pesan dakwah yang disampaikan oleh seorang dai akan lebih mudah meresap dan diterima oleh individu yang menjadi sasaran. Hal ini memungkinkan pesan tersebut untuk diamalkan dengan tulus tanpa hambatan, karena dapat menyentuh dan memenuhi kebutuhan rohani mereka.

Inilah inti dari strategi dakwah yang sesungguhnya (Uryatul Jannah, 2023), yaitu memastikan pesan dakwah diterima dengan ikhlas dan dipraktikkan. Namun, kenyataan psikologis menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan oleh seorang dai tidak selalu langsung diserap oleh mad’u. Faktor-faktor pertimbangan dari sasaran dakwah terhadap kehadiran sumber informasi menjadi elemen kunci dalam menentukan penerimaan dan respons mereka terhadap materi dakwah.

Psikologi berperan penting dalam menentukan cara penyampaian materi dan metode dakwah kepada manusia sebagai makhluk yang utuh (psikofisik) dengan kepribadian yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Oleh karena itu, psikologi dalam dakwah berfokus pada pemahaman mengenai perilaku manusia. Dengan mendasarkan dakwah pada aspek-aspek kejiwaan atau psikologis, prosesnya akan lebih selaras dengan kebutuhan manusia baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.

Untuk memahami pesan dakwah, penting terlebih dahulu memahami konsep komunikasi dakwah. Peneliti merujuk pada teori Ahmad Mubarok (Wahyu Ilahi, 2010) yang menjelaskan bahwa komunikasi dakwah mencakup segala bentuk usaha, cara, metode, serta teknik dalam menyampaikan pesan, termasuk keterampilan-keterampilan dakwah, yang ditujukan kepada umat atau masyarakat secara umum.

Menurut Moh. Ali Aziz (Ali Aziz, 2009) pesan dakwah adalah isi pesan yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syariat dan akhlak sebagai cabang ilmu yang di perolehnya. Pesan dakwah yang dimaksud adalah isi dakwah yang disampaikan oleh dai kepada mad’u, yang bersumber dari ajaran Islam. Allah telah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk memilih materi dakwah yang sesuai dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Meskipun demikian, materi tersebut harus tetap berlandaskan pada ajaran Islam dan tidak menyimpang darinya. Pada dasarnya, pesan-pesan dakwah mencakup hampir seluruh aspek kehidupan. Seorang dai tidak perlu khawatir kehabisan materi, karena Al-Qur’an dan Hadis telah diyakini sebagai pedoman yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia dalam setiap tindakannya.

Penerapan psikologi dalam menyampaikan dakwah sebagai strategi ini juga di contohkan atau bisa dikatakan dipraktekkan oleh beberapa tokoh muballigh Indonesia diantaranya gus iqdam yakni muballigh dari kota blitar jawa timur. Gus iqdam ini dulunya seorang santri pondok di kota yang bisa kita kenal dengan kota tahu yakni kota kediri dan tepatnya di pondok pesantren Al falah Ploso. Dan sekarang di tempat tinggal beliau sudah mendirikan majelis yang pastinya kita tidak asing lagi dengan nama majlis tersebut (Majlis Sabilut Taubah) atau biasa kita kenal dengan nama singgkatannya ST.

Dalam penerapannya gus iqdam menyampaikan pesan dakwah dengan ciri khasnya sendiri, diantaranya dengan mengucapkan kata-kata yang sering diucapkannya pada waktu menyampaikan pesan dakwah kepada para jama’ah atau mad’u yang sedang mendengarkan beliau yakni ucapan “Dekengane Pusat” (dukungannya langsung dari pusat), “Wonge Teko” (orangnya datang), ucapan-ucapan tersebut terdapat maksud tersembunyi didalamnya. Seperti halnya kata “Dekengane Pusat” Ketika gus iqdam menyampaikan pesan dakwah beliau meyakinkan kepada para mad’unya agar tidak ragu-ragu untuk memasukkan dan menerapkan ilmu atau pesan dakwah yang disampaikan beliau. Setelah itu dengan kata-kata “Wonge Teko” ini juga sering diucapkan oleh beliau Ketika gus iqdam sedang menshorehkan kalau dibahasa indonesiakan mencontohkan setelah menyampaikan pesan dakwahnya kepada mad’unya, akan tetapi yang dicontohkan terkadang ada yang mengalami atau sudah pernah melakukakannya baik itu dalam kategori baik maupun buruk tapi kebanyakan sorehan dalam kategori buruk maka sepontan setelah beliau menshorehkan apa yang telah disampaikan beliau berkata kepada para mad’u “Wonge Teko” (orangnya datang) dan para mad’u beliau menjawabnya dengan ucapan “Teko” (Datang). Hal seperti ini meskipun terlihat sepele akan tetapi sangat memberi efek terhadap para mad’u baik dari kalangan apapun dan siapapun itu.

Majlis Sabilut Taubah yang dipimpin oleh Gus iqdam selain kegiatan rutin pengajian setiap senin malam selasa, pada hari kamis malam jum’at beliau mengajak seluruh jama’ahnya untuk sama-sama membaca Rottib simtuddurar dan sholawat karena kegiatan tersebut dulunya merupakan amalan yang beliau selalu lakukan pas waktu dipondok Al falah Ploso. Menurut beliau membaca sholawat dan Rottib Simtudurar di malam jum’at jika bisa melakukannya secara istiqomah maka akan mendatangkan sebuah karomah seperti dalam maqolah yang berbunyi “Al- istiqomatu Khoirun min Alfi Karomah” (Istiqomah lebih baik dari seribu karomah) maka dari itu beliau sampai saat ini masih mengamalkannya. Didalam sholawat dan Rattib Simtuddurar terdapat banyak makna yang jarang orang mengerti isi dari sholawat tersebut, Ketika orang mengerti arti dari sholawat yang dilantunkan orang yang melantunkan tersebut pasti akan merasakan ketenangan dalam dirinya karena sholawat dapat melunakkan hati siapapun itu dan sekeras apapun hati tersebut pasti akan lunak dengan dengan sendirinya Ketika sering membaca atau mendengarkannya. Seperti yang dikatakan oleh Ust. Fahruddin Alwi Addeva (guru penulis) “puncak tertinggi dalam sebuah majlis sholawat adalah Ketika seseorang dapat merasakan sholawat tersebut dan merasakan ketenangan setelah membacanya”

Dalam menyampaikan pesan dakwah perlu adanya penerapan psikologi di dalamnya karena dengan menerapkan psikologi para da’i dapat mengetahui apa yang perlu dipersiapkan untuk membuat materi maupun mempersiapkan mental bahakan. Dengan adanya psikologi yang diterapkan dalam menyampaikan dakwah dapat memeberikan manfaat baik untuk da’i (yang menyampaikan) maupun bagi mad’u (pendengarnya) diantaranya dapat merubah mindset seseorang yang aslinya kepribadian individualisnya agak buruk setelah memperoleh siraman rohani atau pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i seseorang tersebut akan berubah mekipun tidak bisa berubah seketika akan perlahan demi perlahan pasti akan merubah seseorang tersbut menjadi individual yang baik.

Penulis : Muhammad Amiruddin Al-Faqih

Redaksi
Redaksi

Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan

Previous Post

Menyebarkan Cahaya Dakwah Dalam Dunia Serba Digital

Next Post

Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

Related Posts

Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

December 5, 2025
Berteduh: Sebuah Transendensi Pemulihan Batin yang Rapuh

Berteduh: Sebuah Transendensi Pemulihan Batin yang Rapuh

December 4, 2025
Sambut Ramadhan, PAC Muslimat NU Rejoso Susun Kegiatan Peduli Sesama

Sambut Ramadhan, PAC Muslimat NU Rejoso Susun Kegiatan Peduli Sesama

December 1, 2025
Studi Tiru dan Jalin Kerjasama, Dibingkai Kunjungan Silaturahmi

Studi Tiru dan Jalin Kerjasama, Dibingkai Kunjungan Silaturahmi

November 30, 2025
Next Post
Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

POPULAR

Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

December 5, 2025
Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

December 4, 2025
Menyebarkan Cahaya Dakwah Dalam Dunia Serba Digital

Menyebarkan Cahaya Dakwah Dalam Dunia Serba Digital

December 4, 2025
Load More

MORE ON TWITTER

ADVERTISEMENT

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025