Sudah tidak asing di telinga tentang beberapa pesantren salaf besar yang dikenal unggul dalam penguasaan kitab kuningnya dan alumninya banyak yang terkenal dengan kualitas ilmunya. Misalnya saja pesantren Langitan, Sidogiri, Sarang, Ploso, Lirboyo dan lainnya.
Saya di sini akan membicarakan tentang Pesantren Lirboyo. Di Lirboyo, saya pernah mendengar (maaf saya tidak tahu kebenarannya) cerita bahwa ada seorang alumni yang terkenal alim, usul agar di Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien (MHM) ada penjurusan fan keilmuan untuk tingkat Aliyah.
Beliau mencontohkan seperti di perguruan tinggi, ada jurusan Tafsir Hadits, Bahasa (Arab), Ahwal Syakhsiyah, Filsafat dan lain sebagainya. Di madrasah juga begitu, ada jurusan Fikih, Tafsir, Qowaid (Nahwu Sharf), Tasawuf, Filsafat atau lainnya.
Ia beralasan, santri Lirboyo tingkat Aliyah mestinya sudah punya kemampuan untuk itu (penjurusan). Lagipula dasar-dasar materi agama sudah kuat pada tingkat Tsanawiyah. Jadi, kalau di tingkat Aliyah ada penjurusan sesuai minat dan bakat, tentu alumninya luar biasa.
Ada yang ahli di bidang Fikih, Tafsir dan seterusnya. Santri tingkat Aliyah tidak perlu mempelajari seabrek materi yang terkadang ada beberapa yang tidak diminati atau tidak kuasai.
Bisa juga penjurusan diaplikasikan di kelas dua Aliyah atau dua tahun terakhir sebelum tamat. Jadi mereka sudah punya dasar dalam penjurusan jika nantinya ingin melanjutkan ke timur tengah misalnya.
Tetapi usulan di atas tidak dipenuhi. Konon yang memberikan jawaban adalah KH. Abd. Aziz Manshur. Beliau memberikan jawaban yang diplomatis dan membuat hampir semua orang “sami’na wa atha’na”. Begini jawabannya.
Di Lirboyo itu tidak hanya memperhatikan yang pintar-pintar saja (dalam hal ini, penjurusan adalah ranah para santri yang pintar dan mempunyai keilmuan yang mapan). Tapi juga mendidik dan memperhatikan mereka yang kemampuannya sedang dan pas-pasan. Alhasil, santri lulusan Lirboyo itu bisa menyebar menjadi tokoh di segala tingkatan dalam kehidupan di masyarakat.
Riilnya, alumni Lirboyo yang keilmuannya sedang dan pas-pasan itu bisa menjadi tokoh di tingkat desa atau RT. Sedangkan yang pintar dan keilmuannya tinggi, mereka akan menjadi tokoh nasional dan bahkan internasional, lihat saja misalnya KH. Maimoen Zubair, KH. A. Mustofa Bisri, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA. dan lain sebagainya.
Dengan jawaban seperti itu membuat semua orang adem dan menyadari misi besar yang diemban oleh pesantren untuk semua kalangan di masyarakat. Karena itulah, Pesantren Lirboyo adalah pesantren untuk semua pencari.
Note: Sekarang model kurikulum di MHM Lirboyo sudah ada perubahan. Ada penambahan Ma’had Aly. Tapi saya belum tahu secara detail materi kurikulum dan aplikasinya. (*)
Penulis: Terompah Kiai, Pendidik dan Anggota LTN PC. NU Kab. Tuban