Suluk.ID
Friday, May 9, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Sudah Sering Ucap Takbir Tapi Kok Masih Sok Kuasa, Situ Sehat?

by Muhammad Makhdum
April 27, 2020
in Ngilmu
Kesalahan Tata Bahasa Arab Dasar di Masyarakat

Muslim people at conference vector illustration of Saudi Arabian man and woman in khaliji and hijab. Audience at business interview presentation and speaker on stage with infographic background

Share on Facebook

Allahu Akbar, Allah Maha Besar. Entah berapa juta kali kalimat itu kita ucapkan hingga detik ini, baik di dalam shalat atau di luar shalat.

Saat mengucap kalimat Allahu Akbar itu, apa yang kita bayangkan? Sebesar apakah Tuhan? Apakah sebesar gunung, sebesar bumi, atau matahari?

Dalam galaksi bima sakti saja, bumi tak lebih besar dari sebutir debu. Ada miliaran benda langit, planet, dan gugusan bintang yang besarnya ratusan atau bahkan ribuan kali lebih besar dibanding matahari.

Jika bumi sedemikian kecilnya dibandingkan jagat raya, lalu di manakah letak Indonesia, Jakarta, Tuban, Candi Borobudur, apalagi sepetak tempat pemungutan suara? Terlihatkah makhluk yang bernama manusia?

Di sisi lain, ada kehidupan lingkup mikrokosmos dan molekuler yang ratusan bahkan jutaan kali lebih kecil dibandingkan sebutir debu. Hebatnya, semua makrokosmos dan mikrokosmos itu tidak luput dalam kekuasaan Tuhan.

Artinya, Tuhan memang benar-benar Maha Besar, sebaliknya manusia amatlah sangat kecil. Dalam beberapa kitab klasik disebutkan, para wali Allah sering mengulang shalat beberapa kali, karena setiap mengucap kalimat Allahu Akbar saat takbiratul ihram, ia mendadak pingsan, tak kuasa membayangkan kebesaran Tuhan dibandingkan dirinya yang begitu kecil.

Sayangnya, kebanyakan manusia, termasuk kita sendiri, sering merasa lebih besar ketimbang Tuhan. Di saat mengucap takbir, bukan diri kita yang mengecil di hadapan Tuhan, tetapi justru diri kita yang merasa lebih besar, ego dan keakuan kita makin besar, hawa nafsu ikut membesar.

Karena merasa lebih besar dari Tuhan, maka manusia semakin sewenang-wenang, seolah mewakili kuasa Tuhan. Bibirnya bertakbir, tapi hatinya takabbur. Kurang iman apa iblis kepada Allah? Tetapi karena takabbur dan merendahkan Nabi Adam, iblis dilaknat oleh Allah.

Merasa paling pintar, paling tahu, mengkapling kebenaran, adalah contoh takabbur. Merasa paling mulia, kemudian dengan mudah menghina atau melecehkan orang lain, siapapun itu, adalah bentuk merasa diri lebih besar dari Tuhan.

Tak heran jika kemudian muncul perilaku memaksakan kebenaran versinya sendiri kepada orang lain. Jika perlu, sambil mengancam dan membawa pentungan. Mengajak bersabar, tetapi mata melotot sebesar telur dadar. Menyeru berakhlak, tetapi sambil berteriak-teriak.

“Bertaqwalah kamu kepada Allah, jika tidak, awas”.

“Ikutilah ajaran Nabi, jika tidak mau, awas.”

Lha, ini ustadz apa ndanramil?

Disarikan dari pengantar ngaji online Gus Mus, Kitab Akhlaqul Muslim: Alaqatuhu bil Mujtama’, dengan beberapa penyesuaian redaksi.

Muhammad Makhdum
Muhammad Makhdum

Anggota Lajnah Ta’lif Wan Nasyr PCNU Kabupeten Tuban

Tags: Takbir
Previous Post

Cerita Anak Rantau Asal Lamongan: Ramadan Tahun Lalu dan Sekarang di Thailand

Next Post

Merenungkan Munculnya Wabah Covid-19 dalam Perspektif Fiqh Sosial KH. Sahal Mahfudz

Related Posts

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

by suluk
May 4, 2025
0

Pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu atau mengisi kepala anak dengan pengetahuan. Lebih dari itu, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia....

Membaca Optimisme Masa Depan Pendidikan Indonesia

Membaca Optimisme Masa Depan Pendidikan Indonesia

by Mukani
May 1, 2025
0

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2025 ini mengambil tema Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua. Sejak era Presiden...

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

Filosofi Nyadran dan Akulturasi di Desa Mlorah

by Mukani
April 24, 2025
0

Tradisi nyadran di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk tahun ini digelar hari Jumat Pahing, tanggal 25 April 2025. Ini...

Pelajaran Pertama yang Saya Dapat adalah Istiqomah

Pelajaran Pertama yang Saya Dapat adalah Istiqomah

by Muchamad Rudi C
April 22, 2025
0

Dikatakan santri, saya juga bukan seorang santri tulen. Apalagi santri kaafah yang menguasai banyak ilmu pesantren dari jenjang kelas Ibtidaiyah...

Next Post
Begini Sebaiknya Sikap Kita dan Corona

Merenungkan Munculnya Wabah Covid-19 dalam Perspektif Fiqh Sosial KH. Sahal Mahfudz

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Khoirul Malik: Bahasa dan Proposal Riset adalah Kunci Menembus Beasiswa Studi Internasional

Khoirul Malik: Bahasa dan Proposal Riset adalah Kunci Menembus Beasiswa Studi Internasional

May 7, 2025
Keberuntungan Adalah Kesempatan Bertemu Kemampuan, Rudi Cahyono Bagikan Perjalanan Inspiratif Raih Beasiswa Unggulan Kemendikbud

Keberuntungan Adalah Kesempatan Bertemu Kemampuan, Rudi Cahyono Bagikan Perjalanan Inspiratif Raih Beasiswa Unggulan Kemendikbud

May 7, 2025
Scholarship Station FUAD UIN SATU Hadirkan Cerita Inspiratif Syahril Siddik, Alumni Leiden University

Scholarship Station FUAD UIN SATU Hadirkan Cerita Inspiratif Syahril Siddik, Alumni Leiden University

May 7, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2025