Suluk.ID
Thursday, August 28, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Uang dan Hal-hal yang Terbuang

by Ach Dhofir Zuhry
June 18, 2020
in Ngilmu
Uang dan Hal-hal yang Terbuang
Share on Facebook

Prinsipnya sederhana: orang kaya senantiasa menanamkan modal, orang miskin hanya menghabiskan uang dan sumber daya. Maka, berhati-hatilah dengan pinjaman, karena pinjaman itu bukan uang Anda.

Suluk.id – Politik uang, mahar politik, serangan fajar, bohirkrasi, tukang tadah, banggar, uang pelicin, uang administrasi, uang dengar, uang jasa anu, uang bersih-bersih, uang sup, uang terima kasih, uang teh, apel Malang, apel Washington, oli, semangka, Pustun dan Jawa Sarkia, daging mentah, bekisar, ayam pedaging, beli bedak, ramuan Madura dan beli parfum. Anda akrab dengan istilah-istilah itu?

Bagaimana dengan uang bawah meja, restitusi, kolusi, suap, kompensasi, kejahatan kerah putih, ganti rugi, uang ganti untung dan uang bantuan, uang segar, dana talangan, koin untuk anu, dana hibah, pinjaman lunak, kredit macet, likuidasi, priayisme, birokrasi neopatrimonial, politik dagang sapi, kotak nokia, tips, kantong sobek, dana liqo’, dana untuk ormas, serban baru, kurma lokal, kacang pukul, obat, bibit, ton pinang, sepukul dua ikat, merah biru kuning kasih sama, barang Singapura, Vodka, Chivas Ragal, pengajian, telur asin, kambing, sapi, anak jin, tina toon, windu, pakan kucing, kudapan pupus, ada obatnya dan sederet istilah kata sandi korupsi lainnya? Biarlah itu menjadi urusan orang-orang serakah yang tak kenyang-kenyang hingga 14 turunan. Namun demikian, semua itu berawal dari satu kata: uang.

Semua aspek kepakaran, ranah keterampilan, profesi dan dunia kerja, barang dan jasa, pendidikan, kebudayaan, kesenian, pemikiran, politik, ekonomi, sumber-sumber daya kehidupan dan belakangan ranah keagamaan juga berorientasi ke sana, ke uang. Adakah yang tak bisa dijual? Selama masih ada pembeli dan para makelar, selama para pialang dan kurator, selagi para pengasong, demagog, oligark, lintah, ular tikus, babi ngepet dan perselingkuhan kapitalisme-konsumerisme dengan hasrat berkuasa, selama itu pula yang dipertuan agung uang akan tetap bersimaharalela.

Satu-satunya orang yang lebih memikirkan uang dibanding orang kaya, adalah orang miskin. Namun demikian, teramat banyak manusia yang merasa tidak nyaman dan (apalagi) berdamai dengan uang, benarkah? Mari kita luruskan pandangan ini, Kisanak!

Betapa banyak di antara kita yang tumbuh besar, dewasa dan mulai menua dengan mempercayai bahwa, “kalau aku kaya, orang lain akan miskin; kalau aku kaya, aku dijauhi teman; tetangga yang kaya-raya itu angkuh dan sombong, pelit pula; uang hanya menyebabkan pertikaian dan konflik; kemiskinan ini membuat orang lain simpati kepadaku, bahkan Tuhan lebih mencintai orang-orang miskin.” Anda bisa menambahkan sederet pembodohan lainnya yang selama ini mengeram dalam tempurung Anda…

Anda tahu siapa yang menyebarkan isu dan doktrin murahan ini? Orang (bermental) miskin dan orang gila!

Kedengarannya memang gila ketika sebagian besar kita menolak menjadi kaya dengan berbagai alasan dan pembenaran. Nah, jika pandangan dan prinsip ini dibiarkan mengendap dan mengakar di alam bawah sadar, bersiaplah untuk miskin 14 turunan! Sebab, kita menjadi sangat terikat dengan apa yang kita percaya.

Acapkali, kita lebih memilih merasa bahagia dan benar dari pada menjadi kaya–lalu uang kita dapati sebagai musuh. Tatapi di saat yang sama, hutang disebar di mana-mana dengan metode “tebar jala” dan “gali lobang” terus-terusan.

Prinsipnya sederhana: orang kaya senantiasa menanamkan modal, orang miskin hanya menghabiskan uang dan sumber daya. Maka, berhati-hatilah dengan pinjaman, karena pinjaman itu bukan uang Anda.

Waspadalah dengan pengeluaran kecil, sebab sebuah kebocoran kecil kelak akan menenggelamkan bahtera. Jangan berbelanja sesuatu semata-mata karena Anda mampu membelinya! Terlalu banyak orang membuang uang yang tidak mereka miliki, untuk membeli barang yang tidak mereka inginkan, demi mengesankan orang-orang yang tidak mereka sukai.

Tahukah Anda bahwa menjadi kaya jauh lebih gampang dari pada menjadi miskin? Caranya? Inilah bagian yang Anda tunggu-tunggu dari tadi, bukan? Uang, konon seperti anjing–saat Anda mengejarnya, ia lari kencang dan hanya memberimu kelelahan. Tentu saja, ujar-ujar ini sangat mungkin ditolak oleh para koruptor. Anda (baik ustaz, pengusaha anyaran maupun politisi amatir) harus ngaji ke para penguasa Orde Baru dan para penerusnya untuk tahu apa dan bagaimana kaya itu bisa dipertahankan sampai belasan generasi.

Jika Anda menganggap uang tidak penting, ia akan menggigit pantat Anda. Saat Anda nyaman dengan uang, maka ia akan tidur di pangkuan Anda. Bukankah Kitab Suci telah mengingatkan bahwa uang adalah majikan yang kejam dan pelayan yang baik? Ini sekali lagi tidak berlaku bagi para pengeruk kekayaan Negeri ini.

Jangan sekali-sekali bangga dengan apa yang Anda lakukan hari ini, sebab Anda tidak tahu apa yang akan diberikan hari esok!

Sejatinya, bukan miskin, uang dan kaya titik persoalannya. Permasalahannya adalah cara pandang kita terhadap kemiskinan dan kekayaan yang lamat-lamat menjadi prinsip dan karakter. Bukan situasi yang salah, tetapi sudut pandang tentang situasi, bukan pula sudut pandang akan situasi yang keliru, tetapi keyakinan akan hal itu yang terus menghantu.

Sementara orang kaya menyewa jasa Akuntan untuk meyakinkan bahwa dirinya mulai miskin, si miskin malah menjadikan agama sebagai justifikasi untuk tetap miskin, sembari berharap ada undangan demo berjilid-jilid.

Tidakkah seharusnya kita meminjam uang di kala bisa, dan bukan di saat membutuhkan? Bukankah jasmani dan (lebih-lebih) rohani yang sakit membuat keungan tidak sehat dan tak lama kemudian seluruh hidup Anda berantakan? O ya, gaya dan standar asmara Anda juga sangat berpengaruh pada rekening Anda.

Anda tahu, sapi tidak memberikan susunya begitu saja, kita harus memerah setetes demi setetes. Nah, bagian tersulitnya bukan pekerjaan, tetapi memutuskan untuk bekerja dan menjadi kaya! Semoga kaya dan bahagia dengan tidak merusak sumber-sumber daya Negara. (*)

Ach Dhofir Zuhry

Penulis buku Nabi Muhammad bukan Orang Arab.

Tags: Uang
Previous Post

Ali dan Keteladanan Sikapnya

Next Post

Menyelamatkan Kader Muda NU dari Wahabi

Related Posts

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

by Abdur Rohman Assidiis
August 19, 2025
0

Suluk.id, Akhir-akhir ini, dunia jagat maya sedang digencarkan oleh wacana perbincangan filsafat. Hal ini dipicu oleh salah satu sosok yang...

Memaknai Tiga Ekspresi Kemerdekaan

Memaknai Tiga Ekspresi Kemerdekaan

by Nur Aziz Muslim
August 9, 2025
0

Kemerdekaan bukan sekadar hanya bebas dari penjajahan secara fisik, akan tetapi harus dimaknai sebagai suatu keadaan yang disitu bebas dari...

Merangsang Guru PAI Gairah Berliterasi

Merangsang Guru PAI Gairah Berliterasi

by Mukani
July 29, 2025
0

Tradisi literasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan karena masih jauh dibanding negara-negara lainnya. United Nations Education, Scientific and Cultural Organization...

AKULTURASI BUDAYA SEBAGAI PILAR MODERASI DI LINGKUNGAN SOSIAL

AKULTURASI BUDAYA SEBAGAI PILAR MODERASI DI LINGKUNGAN SOSIAL

by elhimmah
July 18, 2025
0

Kehidupan masyarakat yang majemuk, perjumpaan budaya dan agama menjadi realitas yang tidak bisa dihindari. Sebut saja di Indonesia. Sebuah negeri...

Next Post
Menyelamatkan Kader Muda NU dari Wahabi

Menyelamatkan Kader Muda NU dari Wahabi

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

SDN Kayangan 2 Gelar Jalan Sehat, Meriahkan Rangkaian HUT RI ke-80

SDN Kayangan 2 Gelar Jalan Sehat, Meriahkan Rangkaian HUT RI ke-80

August 27, 2025
Rutinan Lailatul Ijtima’ MWCNU Diwek Kaji Makna Kemerdekaan

Rutinan Lailatul Ijtima’ MWCNU Diwek Kaji Makna Kemerdekaan

August 26, 2025
Pengurus Ikatan Sarjana NU Jombang Hari Ini Dilantik, Diharap Kolabarasi Demi Kemajuan Jombang

Pengurus Ikatan Sarjana NU Jombang Hari Ini Dilantik, Diharap Kolabarasi Demi Kemajuan Jombang

August 26, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025