Suluk.ID
Sunday, June 1, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Klasifikasi Rumpun Orientalis Pemikir Hadis Versi Herbert Berg

by Redaksi
January 2, 2024
in Ngilmu
Klasifikasi Rumpun Orientalis Pemikir Hadis Versi Herbert Berg
Share on Facebook

Suluk.id – Pemikiran orientalis hadis membawa wajah baru bagi paradigma studi hadis. Beberapa pemikirnya membawa kontribusi dalam pengembangan keilmuan hadis walaupun terdapat beberapa aspek yang perlu ditelaah dan dikritisi. Sebagian pemikirannya menuai kontroversi ulama hadis dikarenakan adanya klaim yang tidak dibenarkan. Kontroversi ini berlanjut pada perdebatan sehingga terjadilah saling lempar argumen melalui beberapa karya seperti Musthafa A’zami yang membantah pemikiran Joseph Schacht dan Ignaz Goldziher. Terjadinya perdebatan ini kemudian disorot oleh beberapa pemikir salah satunya adalah Herbert Berg.

Herbert Berg merupakan orientalis barat berkebangsaan Jerman kelahiran Brazil dan memulai pengembaraan ilmu di Kanada. Ia berfokus di studi penelitian hadis, sehingga karirnya dimulai menjadi asisten dosen di Universitas Toronto hingga menjadi guru besar dan Direktur Program Graduate Liberal Studies di Universitas North Carolina Wilmington. Keseriusannya dalam mempelajari studi hadis menghasilkan banyak pemikiran. Salah satu pemikirannya adalah tentang klasifikasi rumpun orientalis hadis yang terbagi menjadi empat. Pengklasifikasian ini tertuang dalam bukunya”The Development Of Exegesis In Early Islam: The Authenticity Of Muslim Literature From The Formative Period”.

Pertama, Early Wetern Scepticism merupakan kelompok orientalis skeptis terhadap hadis di masa awal. Tokoh di kelompok ini merupakan pemikir beraliran skeptis frontal terhadap hadis. Beberapa teori diciptakan oleh sejumlah tokoh salah satunya adalah teori Projecting Back. Teori ini diciptakan untuk menjadi tendensi bahwa hadis tidak berasal dari ucapan atau perbuatan nabi melainkan ucapan dan pemikiran ulama abad kedua kemudian disandarkan kepada Nabi. Beberapa tokoh di kelompok ini adalah Joseph Schacht dan Ignaz Goldziher.

Kedua, Reaction Against Scepticism. Kelompok ini oleh Bert dideskripsikan sebagai kelompok pembantah dan penolak pemikiran tokoh skeptis. Tokoh di dalamnya menelaah hadis dengan menggunakan paradigma orientalisme namun tidak bersikap condong pada titik skeptis. Salah satu tokoh di kelompok kedua ini adalah Nabia About melalui teori Isnad Family / Isnad Non Family yang membantah pernyataan Josep Schacht. Melalui teori tersebut About berkeyakinan bahwa hadis berasal dari Nabi dan proses periwayatannya melibatkan banyak orang.

Ketiga, Middle Ground. Oleh Berg istilah ini digunakan untuk menyebut kelompok jalur tengah. Artinya tokoh ini berada di kelompok tidak bersikap skeptis terhadap hadis namun juga tidak mau menerima hadis begitu saja. Beberapa tokoh yang berada di kelompok ini seperti Harald Motzki pemilik teori Isnad Cum Matan Analisize dan Jyunball pemilik teori Common Link. Keduanya seakan akan bersikap moderat walaupun terdapat kecondongan di balik itu.

Keempat, Renewd Sceptism. Merupakan kelompok skeptis di akhir. Kelompok ini merespon dalam tanda kutip tidak setuju dengan kelompok kedua atas tidak skeptisnya terhadap hadis nabi. Kelompok ini bersikap skeptis sebagaimana kelompok Early Wetern Scepticism namun keskeptisannya melebihi kelompok pertama, maka kelompok ini dikenal dengan Neo-Skeptisisme. Beberapa tokoh di kelompok ini seperti Norman Calder dan Michael Allan Cook.

Klasifikasi ini kemudian mendapatkan beberapa kritikan dan masukan dari beberapa tokoh hingga kemudian menjadikan inkonsisten. Beberapa kritikan ini menilai bahwa kelompok pertama dan keempat merupakan kelompok sama namun waktu sebagai pembeda. Selanjutnya, kelompok ketiga yang bersembunyi berkedok moderat setelah dianalisis di kemudian hari ternyata memiliki kecondongan dengan kelompok Early Wetern Scepticism dan Reaction Against Scepticism. Inkonsisten Bert ini tidak berdampak pada beberapa pemikirannya namun hanya berdampak pada cara pandang dan klasifikasi terbaru.

Menurut hemat penulis klasifikasi atas pemikiran orientalis hadis perlu dipetakan dan dipaparkan seperti ini. Hal ini mempermudah ruang dan gerak perkembangan hadis, selain itu untuk menyikapi dan mengkritisi beberapa pemikiran tentang hadis yang secara formal sudah terlegitimasi oleh ruang publik orientalis. Pemikiran Bert membawa cahaya baru bagi studi hadis walaupun di tengah perjalanannya terdapat jeda inkonsistensi.

Penulis : Ahmad Misbakhul Amin / Pengkaji dan Mahasiswa Ilmu Hadis

Redaksi
Redaksi

Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan

Tags: HadisIlmu
Previous Post

Hasil Penelitian Dosen UIN Satu Tulungagung Dimanfaatkan oleh Tim Suluk.id

Next Post

Sinergi, Kolaborasi, dan Kemajuan

Related Posts

Kelas Akselerasi Mu’allimul Qur’an Metode Hanifa: Upaya Menstandarkan Bacaan Al-Qur’an Secara Komprehensif

Kelas Akselerasi Mu’allimul Qur’an Metode Hanifa: Upaya Menstandarkan Bacaan Al-Qur’an Secara Komprehensif

by Ahmad Misbakhul Amin
May 28, 2025
0

Dalam rangka meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur’an sekaligus menyiapkan generasi pengajar yang kompeten di bidang tahsin dan tajwid, Komunitas Hanifa Darul...

Feminisme Dalam Bingkai Syariat: Mencari Titik Temu di Tengah Ketegangan

Feminisme Dalam Bingkai Syariat: Mencari Titik Temu di Tengah Ketegangan

by Ahmad Nur Fadhil
May 27, 2025
0

Suluk.id - Narasi feminisme dan agama sering kali bersinggungan di titik yang penuh ketegangan, terutama menyangkut isu-isu terkait hak perempuan...

Pandangan NU Tentang Tadabbur Alam

Pandangan NU Tentang Tadabbur Alam

by Redaksi
May 12, 2025
0

Tadabur alam merupakan bentuk perenungan mendalam terhadap ciptaan Allah SWT yang mengajak manusia untuk menyadari kebesaran dan keagungan-Nya. Dalam tradisi...

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

by suluk
May 4, 2025
0

Pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu atau mengisi kepala anak dengan pengetahuan. Lebih dari itu, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia....

Next Post
Sinergi, Kolaborasi, dan Kemajuan

Sinergi, Kolaborasi, dan Kemajuan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Dibuka Pendaftaran Graduate Forum: Hadirkan Ilmuan Dalam dan Luar Negeri

Dibuka Pendaftaran Graduate Forum: Hadirkan Ilmuan Dalam dan Luar Negeri

May 29, 2025
Kelas Akselerasi Mu’allimul Qur’an Metode Hanifa: Upaya Menstandarkan Bacaan Al-Qur’an Secara Komprehensif

Kelas Akselerasi Mu’allimul Qur’an Metode Hanifa: Upaya Menstandarkan Bacaan Al-Qur’an Secara Komprehensif

May 28, 2025
Prabowo Subianto Dan Gagasan Kepemimpinan Islam : Dari Salahudin Al Ayubi Hingga Muhammad Al Fatih

Prabowo Subianto Dan Gagasan Kepemimpinan Islam : Dari Salahudin Al Ayubi Hingga Muhammad Al Fatih

May 26, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025