Suluk.id, Jombang – Sedikitnya 3.000 peserta mengikuti kirab Hari Santri, Rabu (22/10) siang hingga sore. Mereka berasal dari para pengurus MWCNU Diwek, para pengurus ranting, lembaga dan badan otonom.
Rute kirab mulai depan kantor MWCNU Diwek hingga Pesantren Tebuireng. Kemacetan parah jalur Jombang-Malang pun terjadi selama apel dan kirab.
Yang unik dari kirab ini para peserta membentangkan bendera raksasa merah putih. Bendera itu sepanjang 100 meter dibawa para peserta. Mulai dari titik start hingga finish.
Pasukan khusus yang membentangkan bendera raksasa dipimpin langsung oleh Ketua PAC GP Ansor Diwek Asbabul Ulum.
“Lebarnya bendera merah putih raksasa empat meter,” ujar Hasib Al-Isbily, ketua panitia. Dia mengakui bendera raksasa itu yang juga dibawa kirab tahun lalum “Tapi pesertanya lebih ramai tahun ini,” imbuhnya.
KH Hamdi Sholeh, ketua MWCNU Diwek, berharap warga NU di kecamatan Diwek bisa meningkatkan kerukunan. “Karena itulah modal kita mengembangkan organisasi NU yang kita cintai ini,” ujarnya.
Ketua Ranting NU Desa Watugaluh Muhammad Sulthon menyatakan bahwa rombongan peserta yang dibawanya beragam. “Mulai dari grub drumband dari MI Al-Qosimy sampai santri Pondok Falahul Muhibbin,” ujarnya.
Dia menambahkan, rombongan Muslimat dan Fatayat dikerahkan. “Mereka akan menyajikan pertunjukan patrol selama perjalanan, kalau santri pondok menampilkan lalaran,” imbuhnya.
Persiapan juga dilakukan dari segi medis. “Ini menjadi tugas Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU),” ujar Muhammad Afifuddin, ketua LKNU Diwek.
Pria berkacamata ini menambahkan, pihaknya menyiapkan satu mobil ambulans. “Juga beberapa personel kesehatan dari LKNU Diwek,” pungkasnya.
Setelah sampai di Pesantren Tebuireng, peserta kirab disambut jajaran pengurus pondok. Mulai kepala pengurus pondok Slamet Habib, mudir pondok KH Lukman Hakim. Termasuk KH Reza Yusuf, salah satu cucu pendiri NU KH Hasyim Asy’ari. (muk)
kontributor: tim LTN MWCNU Diwek
Panelis Debat Calon Bupati Nganjuk (2024)








