Hari Sabtu adalah waktu luang bagi tim Ki Ageng Ganjur setelah manunaikan tugas konser di Nijmegen dan KBRI. Atas kebaikan hati mas Edy, salah seorang staff KBRI yang bersedia mengantar jalan-jalan, kami bisa mempergunakan waktu luang ini untuk keliling mengunjungi kota Den Haag dan sekitarnya.
Sekitar jam 10 kami berangkat diantar mas Edy menuju Rijswijk, salah satu Gemeente yang ada di sekitar Den Haag. Kami langsung menuju kawasan Rijswijk lama untuk melihat suasana rumah-rumah klasik Belanda dengan jalanan yang asri dan nyaman. Kami sengaja tidak datang di tempat-tempat destinasi wisata (museum, bangunan dan taman) karena ingin melihat suasana asli kehidupan masyarakatnya.
Setelah keililing Rijswijk. Kami langsung menuju Wateringen, salah satu kota yang menjadi bagian dari kotamadya Westland, dan terletak sekitar 5 km barat daya Den Haag. Di kota ini kami diajak mas Edy melihat kompleks kota Baru, sejenis BSD di Jakarta. Kami sempat menikmati jalan kaki dan nerfoto di beberapa ruas jalan Wateringen. Sinar mentari yang cerah dan udara sejuk yang berhembus di siang itu merangsang untuk jalan kaki. Apalagi suasana kota yang rapi, bersih dan nyaman membuat jalan kaki menjadi nikmat. Di suatu taman kota yang ada kicir angin kami sempat berfoto.
Setelah puas menikmati keindahan kota Wateringen, perjalanan dilanjutkan menuju Scheveningen suatu pantai paling populer di Belanda. Di Scheveningen terdapat berbagai bentuk hiburan, mulai bioskop, gedung teater, museum, pusat perbelanjaan, sekolah selancar, sampai.kasino dan karnaval.
The Pier of (Dermaga) Scheveningen mempunyai titik pandang (viewing point) yang bisa memandangi laut, pantai, jalan raya, dan hotel Kurhaus yang megah secara langsung.
Pelabuhan ini menjadi titik temu.event Jelajahi dunia laut SEA LIFE Scheveningen. Saat kami tiba di pelabuhan Scheveningen kebetulan sedang betlangsung karnaval menyambut kedatangan kapal penjelajah dunia. Beberapa kapal layar berukuran besar dari.berbagai negara tampak bersandar di pelabuhan Scheveningen. Ribuan orang berkumpul di dermaga dengan berbagai kostum berjemur di tepian dermaga dan sepanjang pantai.
Mereka seolah sedang berburu matahari. Yah, orang Belanda dan Eropa pada umumnya hanya bisa melihat matahari rata-rata hanya tiga bulan pertahun. Untuk itu mereka akan keluar berbondong untuk berburu sinar matahari saat musim.panas, terutama di hari libur. Inilah yang membuat suasana pantai Scheveningen siang itu penuh sesak.
Baca juga
Musik Ki Ageng Ganjur Menggema di Belanda
Melihat kenyataan ini, kami jadi berpikir, betapa beruntungnya bangsa Indonedia yang secara geografis berada di khatulistiwa sehingga bisa memperoleh siraman sinar matahari sepanjang musim. Orang Eropa harus menunggu berbulan bulan untuk bisa menikmati indahnya sinar matahari. Sehingga mereka harus berburu matahari jika musim panas tiba, bahkan ada diantara mereka yang harus pergi ke Indonesia atau kawasan tropis lainnya untuk sekedar menikmati sinar matahari. Siang itu kami seperti tertampar karena telah menyianyiakan dan mengabaikan nikmat Tuhan yang datang tak kenal musim yaitu sinar matahari.
Setelah puas menikmati keindahan pelabuhan scheveningen kami balik ke penginapan di komplek masjid al-Hikmah Den Haag. Sampai di penginapan sudah di tunggu jamaah yang berkumpul di masjid. Ruapanya hari itu adalah jadwal pengajjan rutin. Mereka berharap saya bisa memberikan tausiyah dan Ganjur bisa tampil membawakan shalawat. Kamipun memenuhi permintaan para jamaah tersebut.
Acara di mulai dengan KH. Hambali sesepuh warga Indonesia di Belanda. Beliau adalah penceramah rutin di majlis tersebut. Sambil menunggu ceramah KH. Hambali tim Ganjur mempersiapkan alat dan sound system. Setelah semuanya siap, dan kyai Hambali selesai ceramah, langsung diserahkan pada tim ganjur.
Di majlis ini kami terasa sedang melakukan anjangsana dengan saudara sebangsa. Mereka berasal dari berbaagai penjuru tanah air. Ketika kami bersholawat bersama, bernyanyi bersama dengan lagu-lagu daerah saya seperti mengajak rihlah ruhaniyah para jamaah untuk pulang ke kampung halaman. Saya melihat wajah-wajah mereka berbinar dengan senyum mengembang sambil bernyanyi lantang.
Senang rasanya melihat para jamaah berbahagia bersama malam itu. Hari ini kami belajar untuk menyukuri nikmat, kami belajar tentang indahnya berbagi dan pada saat-saat seperti inilah kami benar-benar.merasakan betapa pentingnya membangun persaudaraan sebangsa.
Budayawan