Suluk.ID
Wednesday, August 20, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pitutur

Di Balik Tisu Murah, Ada Harga Sebuah Kehidupan

by Syahrul
August 20, 2025
in Pitutur
Di Balik Tisu Murah, Ada Harga Sebuah Kehidupan
Share on Facebook

Suluk.id – Lampu merah menyala. Deru kendaraan memenuhi udara, bercampur dengan suara klakson yang bersahut sahutan. Asap knalpot menebal, menusuk hidung, membuat siapa pun ingin cepat cepat meninggalkan tempat itu. Di tengah riuhnya jalanan, mataku tertuju pada seorang bocah kecil. Tubuhnya kurus, kulitnya legam terbakar matahari, bajunya lusuh penuh noda. Di tangannya ada plastik berisi beberapa bungkus tisu, yang ia sodorkan dengan ragu kepada pengendara yang berhenti. “Mas, beli tisunya ya…” suaranya lirih, hampir tenggelam oleh bising motor dan deru mesin.

Aku melihat bagaimana sebagian besar orang hanya melirik sekilas lalu menoleh ke arah lain. Ada yang pura pura sibuk dengan ponsel, ada yang menutup kaca mobil rapat rapat, ada juga yang hanya menggeleng cepat seolah tak ingin terlibat. Bocah itu menunduk, menahan kecewa, lalu berlari kecil ke pengendara berikutnya. Hatiku tercekat. Bukan karena aku tidak pernah melihat pemandangan ini sebelumnya justru karena aku sering melihatnya, tapi kali ini berbeda. Ada sesuatu di matanya. Ada kesedihan yang dalam, bercampur dengan harapan yang hampir padam.

Aku memanggilnya. Ia mendekat dengan langkah ragu, seolah takut ditolak lagi. Aku tidak langsung membeli tisunya. Aku menatap wajah kecil itu, berusaha membaca cerita di balik sorot matanya yang sayu.

“Kenapa kamu berjualan, dek? Seharusnya kamu bermain bersama teman temanmu,” tanyaku pelan.

Ia menunduk. Suaranya bergetar ketika menjawab, “Bapak sama Ibu sudah nggak bareng lagi, Mas. Aku tinggal sama nenek. Jadi aku harus bantu nenek cari uang. Kalau nggak, kita nggak bisa makan.”

Aku terdiam. Dunia seolah berhenti sesaat. Di usia sekecil itu, ia sudah memikul beban yang bahkan terlalu berat untuk orang dewasa. Waktu yang seharusnya ia isi dengan bermain, belajar, atau bercanda bersama teman teman, malah ia habiskan di perempatan lampu merah, melawan teriknya matahari dan kerasnya kehidupan. Aku merogoh dompetku. Tapi langkah tanganku terhenti. Memberinya uang mungkin akan membuatnya kenyang hari ini, tapi bagaimana dengan besok? Bagaimana dengan lusa? Apakah ia harus terus mengulangi siklus yang sama, menjual tisu dengan tatapan iba, berharap belas kasihan orang orang yang mungkin hanya sekali sekali mau berhenti?

Aku ingin membantunya dengan cara lain. Cara yang bisa membuatnya lebih berdaya, meski sederhana. Aku mencari cari sesuatu di sekitarku. Di pojok perempatan ada kardus bekas, aku ambil sepotongnya. Aku keluarkan spidol dari tasku, lalu menuliskan kalimat yang muncul begitu saja di kepalaku. Setelah itu, aku membuat lubang di sisi kardus dan memberinya seutas tali. Aku kalungkan papan itu di leher si bocah kecil. Di sana tertulis: “Aku tidak butuh tisu ini. Mungkin karena air mataku sudah lama habis sejak Ibu dan Ayah berpisah.” Aku melihat ia menatap tulisan itu, lalu menatapku, seolah tak benar benar paham. Tapi aku mengangguk pelan, menyemangatinya. “Cobalah pakai ini, dek. Biarkan orang tahu alasanmu berada di sini.”

Beberapa menit kemudian, sesuatu yang menakjubkan terjadi. Orang orang mulai berhenti. Ada yang membuka kaca mobilnya, ada yang meraih dompet, ada yang menepuk pundaknya dengan mata berkaca kaca. Tisu tisunya satu per satu berpindah tangan. Untuk pertama kalinya sore itu, wajah bocah kecil itu merekah dengan senyum. Senyum yang sederhana, tapi penuh arti. Aku berdiri mematung, dadaku sesak oleh haru. Bukan karena aku merasa hebat telah menolongnya, tetapi karena aku belajar sesuatu yang jauh lebih besar. Terkadang, cara terbaik untuk membantu seseorang bukan sekadar memberi, tetapi membantu mereka menemukan jalan agar bisa berdiri lebih kuat di atas kaki mereka sendiri.

Syahrul
Syahrul
Tags: CerpenHuman InterestKisah InspiratifPitutur
Previous Post

Tampilkan Dua Tumpeng Raksasa, Pawai Budaya Etnik Indonesia SMA Negeri 1 Jombang

Related Posts

KKN, Persahabatan, dan Keluarga

KKN, Persahabatan, dan Keluarga

by Ahmad Misbakhul Amin
August 9, 2025
0

Kulon Progo, 09 Agustus 2025_ KKN selayaknya dilakukan dengan riang gembira. Riang gembira itu bisa datang dari dalam diri secara...

Menyejukkan Hati Nurani dengan Pengajian Ahad Pagi

Menyejukkan Hati Nurani dengan Pengajian Ahad Pagi

by Ahmad Misbakhul Amin
July 30, 2025
0

Kulon Progo, 27 Juli 2025. Pagi itu, tidak seperti biasanya aku bangun lebih siang ketimbang beberapa hari lalu. Aku bangun...

Mencintai Tuhan Saat Mentadabburi Al-Qur’an

Mencintai Tuhan Saat Mentadabburi Al-Qur’an

by Araffah
June 17, 2025
0

Mentadabburi Al-Qur'an sebagai sebuah proses merenungkan, memikirkan dengan seksama, atau memperhatikan dengan mendalam tentang apa yang ada dalam sebuah ayat...

Permasalahan Mental Bukan Hanya Soal Ibadah

Permasalahan Mental Bukan Hanya Soal Ibadah

by elhimmah
June 8, 2025
0

Mengalami permasalahan mental adalah hal yang manusiawi dan perlu untuk ditangani. Dengan memiliki pengetahuan tentang kesehatan mental khususnya diri sendiri...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Di Balik Tisu Murah, Ada Harga Sebuah Kehidupan

Di Balik Tisu Murah, Ada Harga Sebuah Kehidupan

August 20, 2025
Tampilkan Dua Tumpeng Raksasa, Pawai Budaya Etnik Indonesia SMA Negeri 1 Jombang

Tampilkan Dua Tumpeng Raksasa, Pawai Budaya Etnik Indonesia SMA Negeri 1 Jombang

August 20, 2025
Sugeng Tindak KH Muhammad Thoifur Mawardi, Senyumnya Menyejukkan Ucapannya Menenangkan

Sugeng Tindak KH Muhammad Thoifur Mawardi, Senyumnya Menyejukkan Ucapannya Menenangkan

August 19, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025