Selama mendengar ngaji Gus Baha, saya hanya ndiluk. Menatap wajah Gus Baha hanya sesekali. Rasanya adem dan teduh saat melihat beliau.
Ngaji di kediaman Gus Baha itu baru pertama saya lakukan. Sebelumnya, hanya mendengar melalui youtube dan cerita beberapa kawan.
Namun, siang itu saya benar-benar mengalaminya. Duduk dan mendengar langsung petuah-petuahnya.
Setelah dipembuka menyenggol tentang laki-laki tidak boleh takut jika tidak memiliki uang. Telinga saya kembali tersentak dan terkaget ketika beberapa kali, Gus Baha menyebut kata Ahlul Hadoroh.
Bahkan, betapa Ahlul Hadoroh, kata Gus Baha, sangat penting dalam kehidupan manusia.
Ahlul Hadoroh yang dimaksud Gus Baha adalah orang yang hadir di mana-mana. Selalu tahu peristiwa. Atau orang yang tahu peristiwa. Atau secara mudah, dipahami sebagai orang yang paham informasi dan ilmu. Belajar ilmu agama harus, tapi paham informasi juga sangat penting.
Kenabian Kanjeng Nabi, kata Gus Baha, diketahui masyarakat berkat para Ahlul Hadoroh. Orang yang tahu peristiwa dan memperbincangkannya. Sehingga, pengetahuan itu meluas dan diterima banyak telinga. Tanpa kehadiran Ahlul Hadoroh, bisa jadi, banyak yang tidak tahu kenabian Kanjeng Nabi Muhammad.
“Nabi bisa diketahui karena ada Ahlul Hadoroh,” kata Gus Baha, ” Nabi terkenal karena ada yang membahas,” imbuhnya.
Tidak hanya tahu informasi, Ahlul Hadoroh adalah orang yang paham isu dan mau mencari informasi. Istilah mudahnya, mau membaca informasi maupun membaca peristiwa.
“Kalau jaman sekarang, Ahlul Hadoroh itu orang yang mengabarkan berita,” kata Gus Baha —- entah kenapa, saya merasa wajahnya tiba-tiba menghadap ke sisi kiri, ke arah saya.
Gus Baha menjelaskan jika banyak hal didapat karena jasa para pengabar berita. Di tengah maraknya media abal-abal dan laku media yang tidak baik, masih banyak jurnalis yang berkualitas dan berjasa terhadap kehidupan banyak orang.
“Tidak semuanya buruk, pengabar berita ada yang baik dan sangat berjasa,” katanya di sela-sela pembahasan.
Di tengah banyaknya hoaks, wartawan abal-abal hingga kabar-kabar mencemaskan, masih ada jurnalis yang masih berjasa dengan mengabarkan berita menentramkan. Isu Rohingya hingga kondisi Palestina, kata Gus Baha, bisa diketahui karena jasa jurnalis.
Sejumlah pesan tersirat Gus Baha benar-benar terekam jelas di dada saya. Seolah, Gus Baha mengatakannya secara langsung pada saya. Tentang keberanian-keberanian dan pentingnya mencari ilmu.
Di perjalanan pulang, kawan saya mengatakan,
“Lagek ketemu pisan langsung kesenggol kue” sambil tersenyum cengingisan, menertawakan saya yang baru saja resign dari pekerjaan sebagai seorang jurnalis. (*)