Suluk.ID
Tuesday, October 14, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pitutur

Makna Ngaji dan Alasan Tepat untuk Memilih Pesantren

by Refki Rusyadi
May 28, 2019
in Pitutur
Makna Ngaji dan Alasan Tepat untuk Memilih Pesantren
Share on Facebook

Saya ngantuk berat. Tapi diskusi siang itu membuat saya harus melawan rasan kantuk. Bagi saya, diskusi memang lebih berharga ketimbang urusan tidur. Saya berangkat. Diskusi pun mulai. Saya duduk di pojokan.

Diskusi telah selesai. Namun, pembahasan di ruang diskusi masih terus berlanjut. Dari diskusi itu saya sadar ada perluasan makna bagi sebuah diksi yang kini hadir di tengah-tengah kita dan mungkin tanpa kita sadari.

NGAJI. Sengaja saya cetak besar dan tebal agar tidak “kecil”. Di beberapa informasi baik ilmiah maupun yang belum ilmiah istilah ini awalnya lebih condong pada proses tradisi keagamaan saja. Contoh ngaji Alquran, ngaji kitab, ngaji Fikih dan semua hal yang beraroma wacana agama.

Tapi untuk saat ini istilah itu meluas ke ruang-ruang yang lebih bebas dan santai. Sering saya dan mungkin anda menemui tema atau judul seperti ngaji kebudayaan, ngaji ekonomi, ngaji filsafat, ngaji politik dan ngaji-ngaji lainnya.

Ini artinya menurut pengamatan saya yang sederhana ini, diksi ngaji sudah tidak sakral dan sempit lagi. Orang beramai-ramai menggaulinya dengan suka dan sadar.

Dahulu, mungkin diksi ngaji hanya dimiliki oleh kalangan pesantren. Apapun proses pembelajaran kitab di pesantren dialamatkan pada istilah ngaji.

Teringat keterangan dari guru yang pertama kali mengenalkan saya pada sebuah kitab kuning atau gundul yang bernama Ta’limu al-mutaallim sekitaran 2002-2006.

Mbah Khasun begitu para santri menyebutnya. Mungkin semua santri Njoresan Ponorogo pasti akrab dengan kyai sepuh yang satu ini. Saat itu, beliau sedang ngajar di Masjid. Kitab yang dipegang dibaca dengan khas suaranya.

Para santri dengan tekun memaknai kitab kuning itu. Ada yang tertatih-tatih, ada yang sudah lihai.

“Le…ngaji kui asal katane Kaji/mengkaji. Maksutipun, dalam ngelampahi ngaji kui enek proses nelaah teks/kalimat ingkang sedang di perbincangkan. Mulo kui aktifitas ngaji enek proses maknani sekaligus ngarokati,” kata Mbah Khasun.

Kurang lebih begitu tuturnya soal mengaji.

Lantas apakah kita harus mengembalikan diksi ngaji ke tempat semula? Saya rasa tidak harus segenting itu permasalhannya. Luasnya istilah mengaji saat ini semestinya kita syukuri.

Dengan begitu khalayak ramai akan mencari tahu dari mana awal bahasa ini terbentuk. Pesantren akan dikenal lebih akrab oleh khalayak umum walau tidak harus berharap semua yang mengenal tadi akan berbondong-bondong masuk pesantren.

Setidaknya pesantren punya banyak alasan sebagai peletak dasar tradisi-tradisi positif dan kekayaan khasanah lainnya yang berlangsung di sekitaran kita selama ini tanpa kita sadari atau belum.

Kamu, yang pernah hidup di pesantren pasti menikmatinya. Dan, bagi orang tua yang masih ragu dengan pesantren ini adalah salah satu khazanah keilmuannya. (*)

Refki Rusyadi

Dosen IAIN Tulungagung.

Tags: NGAJIPESANTREN
Previous Post

Banyak Petilasan, Benarkah Syech Subakir Seorang Penjelajah?

Next Post

Ini Penjelasannya, Mengapa Saat Ngaji Gus Baha Tidak Live Youtube

Related Posts

Sampai Pada Do’a Paling Tulus   Dipanjatkan

Sampai Pada Do’a Paling Tulus Dipanjatkan

by Muchamad Rudi C
September 28, 2025
0

Menghadapi hiruk pikuk dunia ternyata sangat melelahkan. Mungkin tidak bagi sebagian orang. Akan tetapi setiap orang punya waktunya masing-masing menghadapi...

Bukan Sekedar Perasaan, Tapi Juga Menjaga Kewarasan

Bukan Sekedar Perasaan, Tapi Juga Menjaga Kewarasan

by Annisa Nayla Ichyaiddina
September 10, 2025
0

Tidak melulu hati. Kadang orang kalau sudah suka, sampai menutup semua fakta. Meskipun banyak yang mendefinisikan itulah cinta. Tapi menurut...

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

by Muchamad Rudi C
October 7, 2025
0

Ada-ada saja memang pertanyaannya. Memang terlihat sepele, tapi menjadi bahan diskusi menarik bahkan sampai serius. Pertanyaan itu muncul ketika saya...

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

by Muchamad Rudi C
September 3, 2025
0

Kepedulian masyarakat kepada negara hingga sampai golongan akar rumput. Terbukti dengan salah satunya obrolan tentang wacana demonstrasi bulan Agustus 2025...

Next Post
Pesan Gus Baha’ Kepada Para Lelaki yang Tidak Punya Uang

Ini Penjelasannya, Mengapa Saat Ngaji Gus Baha Tidak Live Youtube

Comments 1

  1. Hidayat dukkun says:
    6 years ago

    Kesederhanaan pada beliau yang mestinya jadi panutan, sama sekali tidak berbalut kemewahan, dan tidak ada ingin di anggap wah oleh jamaah.

    Dan dengan tulisan ini, didapati info yang sangat manfaat.
    Makasih kang

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Pengajian Rutinan Selasa Wage: Jamaah Diingatkan Bahaya Su’ul Khotimah dan Pentingnya Menjaga Shalat

Pengajian Rutinan Selasa Wage: Jamaah Diingatkan Bahaya Su’ul Khotimah dan Pentingnya Menjaga Shalat

October 14, 2025
Bupati Nganjuk Hadiri Lomba Baca Puisi SD: “Semangat Tak Bisa Dibeli!”

Bupati Nganjuk Hadiri Lomba Baca Puisi SD: “Semangat Tak Bisa Dibeli!”

October 12, 2025
Gelar Workshop Santri Melek Digital, Cetak Konten Kreator

Gelar Workshop Santri Melek Digital, Cetak Konten Kreator

October 11, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025