Suluk.ID Nahdlatul Ulama Tuban
Saturday, May 28, 2022
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID Nahdlatul Ulama Tuban

Melestarikan Lingkungan, Menjaga Kemanusiaan

by Wahyu Eka Setyawan
February 21, 2020
in Pitutur
0 0
Melestarikan Lingkungan, Menjaga Kemanusiaan

Tidak ada yang lebih baik dari kemanusiaan dan kelestarian lingkungan hidup, karena hakikatnya tujuan manusia ialah hidup tentram dan aman. Terhindar dari segala marabahaya yang dapat merengut nasib, keturunan, harta benda, kewarasan dan ketakwaan.

Kerusakan lingkungan yang masif dapat menyebabkan banyak mudhorot, salah satunya hilangnya sisi kemanusiaan. Seperti kala air sudah menipis, hanya tersisa satu sumber saja, pasti kita akan berlomba bahkan rela menyakiti orang lain demi air tersebut.

Maka kaidah fiqh, “Darul mafasid muqoddamu ala jalbil masholih,” dapat dimaknai mengutamakan dampak daripada manfaat. Artinya setiap hal yang bisa berdampak buruk hingga pada taraf dharar (menimbulkan bahaya) harus dihindari, walau itu membawa manfaat.

Karena manfaat yang diberikan tidak sebanding dengan kerusakan yang dihasilkannya. Misal kita menilai, apakah industri ekstraktif baik? jikalau ia akan berdampak dengan tereduksinya fungsi alam, hingga hilangnya air, tercemarnya udara sehingga mempengaruhi hidup manusia, maka ia masuk dalam dharar, artinya harus dihindari atas pertimbangan dampak yang lebih besar.

Apalagi selain dampak lingkungan, ternyata juga berpengaruh pada kemanusiaan. Alih fungsi kawasan tentu berdampak pada ekosistem secara luas. Seperti hilangnya satu ekosistem, berdampak pada hilangnya mata pencarian seseorang. Kala seseorang itu tidak mampu alih konversi kerja, maka ia tidak bisa memenuhi hajat hidupnya, lalu munculah kejahatan. Artinya dampak dari perampasan ruang, berdampak pada hilangnya kewarasan hingga matinya nurani.

KH. Sahal Mahfudz (1994, hal 105) menjelaskan dalam nuansa fiqh sosial, bahwa setiap manusia pasti mempunyai kebutuhan, maka alam telah menyediakannya untuk kehidupan.

Menggunakan dan memanfaatkan alam harus disertai pelestarian, disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak berlebih-lebihan. Selanjutnya kebutuhan dibagi atas prinsip dlaruri (primer) atau bersifat hajji (mendasar) dan sekunder. Semua bisa ditakar berdasarkan kebutuhan hidup manusia, bukan diada-adakan dengan dalih memenuhi syahwatnya saja.

Lebih jauh Kyai Sahal (1994, hal 259-262) mengungkapkan, keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup serta seluruh aspek kehidupan, merupakan kunci dari kesejahteraan. Maka penting kiranya melihat bahwa pembinaan (pendidikan) dan pelestarian lingkungan hidup merupakan jalan penting untuk menuju kesejahteraan hidup.

Ini relevan dengan prinsip maqoshid syariah atau dasar-dasar hukum berdasarkan tujuan, ada lima prinsip atau umum disebut al khulliyat al khamsah, yakni hifzd al din (agama), hifzd al nafs (jiwa), hifzd al aql (akal, kewarasan), hifzd al nasl (keturuanan, generasi mendatang) dan hifzd al mal (harta benda).

Semua relevan jika kita merujuk pada konteks mengapa penting lingkungan hidup itu. Semua relasional dengan agama dan kemanusiaan. Sebab itu, prinsip mengutamakan dampak daripada manfaat sangat logis. Perlu kita melihat lagi, apa guna hidup jika tidak sejahtera yang berkelanjutan. Meski pendapat meningkat, emas menumpuk, tapi air susah, hingga pangan susah, maka kebahagiaan akan susah diraih.

Kita sudah merasakan betapa air kita mulai menurun, baik kuantitas maupun kualitas, memang berhemat itu penting, tetapi bagaimana akar masalahnya? Perlu juga dibahas, tidak sekedar berhemat tapi tak tahu masalahnya.

Kadang kita merasakan dampak secara langsung, mengapa di masjid-masjid kita mulai memakai banyak pendingin ruangan atau AC. Bukan hanya sebab kemodernan, tapi juga kebutuhan.

Ibadah kita terusik karena adanya peningkatan suhu, semua itu akibat dari perubahan iklim. Menurut penelitian suhu kita setiap tahunnya bertambah, dan hampir mencapai 1 derajat celcius ungkap IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change).

Kita telah diingatkan dalam surat Ar-Rum ayat 41:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan manusia (maksiat, melanggar perintah-Nya), supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan mereka (dampak), agar mereka kembali (ke jalan yang benar, sesuai peringatan-Nya).”

Bukankah, tujuan kehidupan manusia itu satu? yakni menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Kyai Sahal telah menyatakan bahwa tujuan dari keseimbangan itu ialah sa’adatu al-darain, yang berarti kebahagiaan atau kesejahteraan baik di dunia maupun di akhirat. (*)

Wahyu Eka Setyawan
Wahyu Eka Setyawan

Warga Nahdlatul Ulama, pekerja sosial

Tags: Lingkungan
Previous Post

NU Sebagai Pusat Peradaban Islam Dunia, Dari Isyarat Huruf Dlot (ض) yang Melintasi Bola Dunia Pada Lambang NU

Next Post

PP Fatayat NU: Plus-Minus RUU Ketahanan Keluarga Perlu Kajian Komprehensif

Related Posts

PNS yang NU Tak Perlu Sedih Jika Jabatanmu Hilang

PNS yang NU Tak Perlu Sedih Jika Jabatanmu Hilang

by Amrullah Ali Moebin
January 10, 2022
0

Seorang kawan bercerita ada PNS di instansi pemerintah salah satu kabupaten di Jawa Timur harus meletakkan jabatannya. Dia termasuk orang...

intelektualitas dan cinta

Tentang Medsos, Perempuan dan Ruang Privat

by Lia Hilyatul Masrifah
July 31, 2021
0

Suluk.id -  Jagad media sosial sedang ramai dengan skandal video singkat artis dan mantan suami selebgram Indonesia. Ceritanya Berawal dari...

Tentang Bervaksin, Ilmu Pengetahuan dan Sebuah Kepasrahan

Tentang Bervaksin, Ilmu Pengetahuan dan Sebuah Kepasrahan

by Amrullah Ali Moebin
May 18, 2021
0

Suluk.id – Kesempatan itu akhirnya tiba. Undangan untuk bervaksin covid-19 di sebuah rumah sakit terpampang jelas nama saya. Tempat saya...

Sulitnya Meniru Multitasking Perempuan

Sulitnya Meniru Multitasking Perempuan

by Ahmad Natsir
May 17, 2021
0

suluk.id - Saya sering melihat meme yang kurang lebih menggambarkan perempuan ibu rumah tangga yang mempunyai empat tangan layaknya dewa....

Next Post
PP Fatayat NU: Plus-Minus RUU Ketahanan Keluarga Perlu Kajian Komprehensif

PP Fatayat NU: Plus-Minus RUU Ketahanan Keluarga Perlu Kajian Komprehensif

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Please install/update and activate JNews Instagram plugin.

ABOUT ME

FOLLOW & SUBSCRIBE

Terkait

Manakib Mbah Sabil, Mertua Mbah Sambu dan Mbah Jabbar

Manakib Mbah Sabil, Mertua Mbah Sambu dan Mbah Jabbar

May 8, 2022
Sumpah Pemuda(k) dan Pemudi(k)

LEBARAN, LABURAN, LUBERAN, LEBURAN, DAN LIBURAN

May 8, 2022
Menikmati Malam Idul Fitri di Makam Asmoroqondi Tuban

Menikmati Malam Idul Fitri di Makam Asmoroqondi Tuban

May 2, 2022
Suluk.ID Nahdlatul Ulama Tuban

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan. Media ini dikelola Lembaga Ta’lif wan Nasr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) Kabupaten Tuban.

Suluk.ID © 2020 - Dibuat dengan ♥ LTN NU Tuban.

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2020 - Dibuat dengan ♥ LTN NU Tuban.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In