suluk.id – Pertemuan awal di sela-sela menjadi anggota TPHD Kabupaten Pati tahun 2019 menjadi starting point mengenal dari dekat sosok KH. Ahmad Djaelani yang humoris, supel, dan penuh atensi kepada teman. Ternyata di balik karakter humornya, sosok ini menyimpan mutiara yang luar biasa, yaitu pribadi yang menggabungkan kitab dan al-qur’an.
Beliau meneruskan estafet keilmuan KH. M. Arwani Amin yang menguasai kitab kuning terlebih dahulu, baru menghafalkan dan mendalami kandungan al-qur’an.
Penguasaan kitab KH. Ahmad Djaelani ditempa di Pondok Al-Ma’ruf Bandungsari Grobogan yang dikenal sebagai pondok alat, khususnya sharaf. Beliau mendalami nahwu dan sharaf di bawah bimbingan KH. Abdul Karim dan Kiai Muslih. Nahwu dan sharaf adalah pondasi utama dalam mengakses kitab-kitab kuning dari berbagai aspek, seperti tafsir, hadis, fiqh, ushul fiqh, tauhid, tasawuf, akhlak, dan lain-lain.
Saat di Bandungsari ini, KH. Ahmad Djaelani dikenal sebagai santri yang kemampuan hafalannya di atas rata-rata. Saat menghafalkan Alfiyyah Ibnu Malik, beliau diuji para guru yang disaksikan para santri dengan metode menghafalkan dari akhir ke awal (metode sungsan), sebuah bentuk ujian hafalan yang hanya bisa dilakukan santri par excellent.
Tidak cukup dengan penguasaan kitab kuning, KH. Ahmad Djaelani meneruskan rihlah ilmiyyahnya dengan tahfidzul qur’an di Kudus di bawah bimbingan ulama-ulama besar, khususnya KH. M. Arwani Amin, KH. Hisyam Hayat dan KH. Abdul Wahab. Motivasi menghafalkan al-qur’an datang dari KH. Sya’roni Ahmadi saat memberikan mauidhoh hasanah di Bermi.
Akhirnya KH. Ahmad Djaelani berhasil menggabungkan kemampuan kitab kuning dan al-qur’an dalam satu tarikan nafas. Sebagaimana dawuh Imam Syafii, seorang mujtahid disyaratkan hafal al-qur’an dan menguasai semua kandungan al-qur’an secara merata. Orang yang hafal al-qur’an mampu menemukan secara tepat ayat-ayat yang menggabungkan satu tema. Pemahamannya menjadi komprehensif, tidak parsial.
Dalam kitab al-ijtihad wa al-taqlid karya KH. Ahmad Yasin bin Asymuni disebutkan:
ولا ريب ان أقصى درجات العلم بالقران هو ان يصير حافظا كاملا له فاهما لمعانيه دارسا دراسة تفصيلية لما اشتمل عليه من الاحكام عالما بأيات الاحكام ملما بأقوال الصحابة في التفسير ومطلعا على أسباب النزول لمعرفة مقاصده
Tidak diragukan lagi bahwa puncak tingkatan ilmu al-qur’an adalah hafal al-qur’an secara sempurna, memahami kandungan maknanya, mengkajinya secara detail pada kandungan hukum al-qur’an dengan mengetahui ayat-ayat hukum, menghimpun dengan cerdas pendapat sahabat dalam menjelaskan al-qur’an dan mengkaji secara serius sebab historis turunnya al-qur’an untuk mengetahui maksud-tujuan al-qur’an.
Berbekal kitab kuning dan al-qur’an serta patuh kepada nasehat guru, KH. Ahmad Djaelani dengan ijin Allah mampu mengubah Bermi dari daerah yang biasa menjadi destinasi pendidikan yang digandrungi kader-kader bangsa dari banyak penjuru di Indonesia. Dalam perkembangannya, al-qur’an menjadi distingsi utama pesantren dan lembaga pendidikan yang dirintis KH. Ahmad Djaelani yang diberi nama Raudlatul Falah (taman keberuntungan).
Kader-kader penerus agama dan bangsa ini harus meneladani spirit KH. Ahmad Djaelani dalam belajar kitab kuning, menghafalkan al-qur’an, dan berdakwah di tengah masyarakat. Mereka tidak boleh memisahkan kitab kuning dan al-qur’an karena keduanya adalah dua mata air pengetahuan yang tidak terpisahkan.
Al-qur’an adalah sumber segala ilmu, hikmah, dan gerakan dakwah. Sedangkan kitab kuning adalah alat menggali kandungan ilmu, hikmah, dan dakwah yang ada dalam al-qur’an. Orang yang hafal al-qur’an, tapi tidak menguasai kitab kuning, maka ia hanya mendapatkan pahala al-qur’an dari qiro’ahnya (membaca) saja. Ia tidak mampu menggali kandungan ilmu, hikmah, dan gerakan dakwah dalam al-Qur’an yang progresif, inovatif, dan transformatif.
Orang yang menguasai kitab kuning, tapi tidak hafal al-qur’an, hujjahnya kurang kuat, karena pemahamannya tidak komprehensif tentang al-qur’an yang menjadi sumber segala ilmu.
Alangkah bahagianya orang yang hafal al-qur’an dan menguasai kitab kuning sekaligus karena dalam dirinya terdapat dua mutiara yang saling melengkapi untuk membawa gerbang kejayaan Islam di muka bumi.
فتشبهوا ان لم تكونوا مثلهم – ان التشبه بالرجال فلاح
Wakil Ketua PCNU Pati, Direktur LESKA, Dosen IPMAFA