Suluk.ID
Thursday, May 15, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Panutan

Profil KH. Ahmad Djaelani Sang Faqih Hamilul Qur’an

by Jamal Ma'mur Asmani
April 26, 2021
in Panutan
Profil KH. Ahmad Djaelani Sang Faqih Hamilul Qur’an
Share on Facebook

suluk.id – Pertemuan awal di sela-sela menjadi anggota TPHD Kabupaten Pati tahun 2019 menjadi starting point mengenal dari dekat sosok KH. Ahmad Djaelani yang humoris, supel, dan penuh atensi kepada teman. Ternyata di balik karakter humornya, sosok ini menyimpan mutiara yang luar biasa, yaitu pribadi yang menggabungkan kitab dan al-qur’an.

Beliau meneruskan estafet keilmuan KH. M. Arwani Amin yang menguasai kitab kuning terlebih dahulu, baru menghafalkan dan mendalami kandungan al-qur’an.

Penguasaan kitab KH. Ahmad Djaelani ditempa di Pondok Al-Ma’ruf Bandungsari Grobogan yang dikenal sebagai pondok alat, khususnya sharaf. Beliau mendalami nahwu dan sharaf di bawah bimbingan KH. Abdul Karim dan Kiai Muslih. Nahwu dan sharaf adalah pondasi utama dalam mengakses kitab-kitab kuning dari berbagai aspek, seperti tafsir, hadis, fiqh, ushul fiqh, tauhid, tasawuf, akhlak, dan lain-lain.

Saat di Bandungsari ini, KH. Ahmad Djaelani dikenal sebagai santri yang kemampuan hafalannya di atas rata-rata. Saat menghafalkan Alfiyyah Ibnu Malik, beliau diuji para guru yang disaksikan para santri dengan metode menghafalkan dari akhir ke awal (metode sungsan), sebuah bentuk ujian hafalan yang hanya bisa dilakukan santri par excellent.

Tidak cukup dengan penguasaan kitab kuning, KH. Ahmad Djaelani meneruskan rihlah ilmiyyahnya dengan tahfidzul qur’an di Kudus di bawah bimbingan ulama-ulama besar, khususnya KH. M. Arwani Amin, KH. Hisyam Hayat dan KH. Abdul Wahab. Motivasi menghafalkan al-qur’an datang dari KH. Sya’roni Ahmadi saat memberikan mauidhoh hasanah di Bermi.

Akhirnya KH. Ahmad Djaelani berhasil menggabungkan kemampuan kitab kuning dan al-qur’an dalam satu tarikan nafas. Sebagaimana dawuh Imam Syafii, seorang mujtahid disyaratkan hafal al-qur’an dan menguasai semua kandungan al-qur’an secara merata. Orang yang hafal al-qur’an mampu menemukan secara tepat ayat-ayat yang menggabungkan satu tema. Pemahamannya menjadi komprehensif, tidak parsial.

Dalam kitab al-ijtihad wa al-taqlid karya KH. Ahmad Yasin bin Asymuni disebutkan:
ولا ريب ان أقصى درجات العلم بالقران هو ان يصير حافظا كاملا له فاهما لمعانيه دارسا دراسة تفصيلية لما اشتمل عليه من الاحكام عالما بأيات الاحكام ملما بأقوال الصحابة في التفسير ومطلعا على أسباب النزول لمعرفة مقاصده

Tidak diragukan lagi bahwa puncak tingkatan ilmu al-qur’an adalah hafal al-qur’an secara sempurna, memahami kandungan maknanya, mengkajinya secara detail pada kandungan hukum al-qur’an dengan mengetahui ayat-ayat hukum, menghimpun dengan cerdas pendapat sahabat dalam menjelaskan al-qur’an dan mengkaji secara serius sebab historis turunnya al-qur’an untuk mengetahui maksud-tujuan al-qur’an.

Berbekal kitab kuning dan al-qur’an serta patuh kepada nasehat guru, KH. Ahmad Djaelani dengan ijin Allah mampu mengubah Bermi dari daerah yang biasa menjadi destinasi pendidikan yang digandrungi kader-kader bangsa dari banyak penjuru di Indonesia. Dalam perkembangannya, al-qur’an menjadi distingsi utama pesantren dan lembaga pendidikan yang dirintis KH. Ahmad Djaelani yang diberi nama Raudlatul Falah (taman keberuntungan).

Kader-kader penerus agama dan bangsa ini harus meneladani spirit KH. Ahmad Djaelani dalam belajar kitab kuning, menghafalkan al-qur’an, dan berdakwah di tengah masyarakat. Mereka tidak boleh memisahkan kitab kuning dan al-qur’an karena keduanya adalah dua mata air pengetahuan yang tidak terpisahkan.

Al-qur’an adalah sumber segala ilmu, hikmah, dan gerakan dakwah. Sedangkan kitab kuning adalah alat menggali kandungan ilmu, hikmah, dan dakwah yang ada dalam al-qur’an. Orang yang hafal al-qur’an, tapi tidak menguasai kitab kuning, maka ia hanya mendapatkan pahala al-qur’an dari qiro’ahnya (membaca) saja. Ia tidak mampu menggali kandungan ilmu, hikmah, dan gerakan dakwah dalam al-Qur’an yang progresif, inovatif, dan transformatif.

Orang yang menguasai kitab kuning, tapi tidak hafal al-qur’an, hujjahnya kurang kuat, karena pemahamannya tidak komprehensif tentang al-qur’an yang menjadi sumber segala ilmu.

Alangkah bahagianya orang yang hafal al-qur’an dan menguasai kitab kuning sekaligus karena dalam dirinya terdapat dua mutiara yang saling melengkapi untuk membawa gerbang kejayaan Islam di muka bumi.

فتشبهوا ان لم تكونوا مثلهم – ان التشبه بالرجال فلاح

Jamal Ma'mur Asmani
Jamal Ma'mur Asmani

Wakil Ketua PCNU Pati, Direktur LESKA, Dosen IPMAFA

Tags: KH. Ahmad DjaelaniProfil
Previous Post

Gelar Raker, PC GP Ansor Tuban Fokus Mengembangkan Potensi Kader Menuju Ansor Mandiri

Next Post

Seberkas Kenangan Bersama Romo Kiai Agus Sunyoto

Related Posts

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

by Mukani
April 21, 2025
0

Tumenggung Sri Moyo Kusumo adalah salah satu pejabat di Kerajaan Mataram Islam. Tugas utamanya adalah menikahkan masyarakat. Dia diperkirakan lahir...

Mbah Canthing dan Sejarah Desa Mlorah

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

by Mukani
April 21, 2025
0

Fakta baru ditemukan dari peta tentang Desa Mlorah masa klasik yang disimpan di Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde...

Mbah Canthing dan Sejarah Desa Mlorah

Mbah Canthing dan Sejarah Desa Mlorah

by Mukani
April 21, 2025
0

Oleh: Mukani - Dosen STAI Darussalam Krempyang Nganjuk Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan Belanda ke Sulawesi tahun 1830, banyak...

Cak Ulung, Penggerak Kader Muda Kini Telah Meninggalkan Kita

Cak Ulung, Penggerak Kader Muda Kini Telah Meninggalkan Kita

by Muchamad Rudi C
May 11, 2024
0

Suluk.id - Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun. Angga Ulung Tranggana kerap disapa cak Ulung dikabarkan menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah...

Next Post
Seberkas Kenangan Bersama Romo Kiai Agus Sunyoto

Seberkas Kenangan Bersama Romo Kiai Agus Sunyoto

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

May 15, 2025
Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

May 14, 2025
Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

May 14, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2025