Suluk.ID
Saturday, May 17, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Panutan

Seberkas Kenangan Bersama Romo Kiai Agus Sunyoto

by Muhammad Makhdum
April 27, 2021
in Panutan
Seberkas Kenangan Bersama Romo Kiai Agus Sunyoto
Share on Facebook

suluk.id – Pagi tadi, sedih sekali mendengar kabar berpulangnya Romo KH. Agus Sunyoto melalui pesan grup WA maupun lini masa di media sosial. Seolah tak percaya, saya kemudian menanyakan ke beberapa teman yang mengenal dekat beliau, dan ternyata kabar duka itu memang benar adanya. Meski hanya pernah beberapa kali nunut ngaji sama beliau di pesantrennya, jujur saja saya sungguh merasa sangat kehilangan.

Bagaimana tidak, beliau merupakan salah satu sejarawan nusantara yang langka. Selain seorang yang alim dengan sudut pandang yang tajam, beliau juga sangat produktif melahirkan karya, baik berupa novel, buku, maupun berbagai ceramah. Beliau juga rajin memberikan pencerahan, termasuk dalam meluruskan sejarah. Tak heran jika beliau dipercaya sebagai ketua umum Lesbumi (Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia) PBNU.

Salah satu karya beliau yang monumental adalah Atlas Wali Songo, buku tentang sembilan wali yang pertama kalinya ditulis dengan pendekatan sejarah dan bukti-bukti ilmiah. Berbeda dengan cerita wali songo yang beredar selama ini yang cenderung lebih mengedepankan karomah dan muatan mistis yang sulit diterima di dunia akademis. Melalui buku itulah beliau mengungkap bahwa kerajaan Islam di nusantara yang berdiri pertama kali bukanlah Samudera Pasai di Aceh sebagaimana diketahui selama ini, tetapi kerajaan Islam Lumajang di Jawa Timur.

Dalam buku Fatwa dan Resolusi Jihad, beliau dengan detail disertai dokumentasi yang lengkap menceritakan kronologi perang Surabaya, momentum dicetuskannya resolusi jihad yang melatarbelakangi peringatan hari santri, juga peristiwa heroik pada 10 November yang diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Ciri yang paling menonjol dari Romo Agus (demikian para santrinya biasa memanggil) adalah kesederhanaan dalam hidup serta kegigihannya dalam berjuang. Sebagai tokoh yang cukup populer di kalangan pesantren, penampilan Romo Agus biasa-biasa saja. Beliau sangat rendah hati, tidak menggurui, mudah bergaul dengan siapapun, enak diajak ngobrol, termasuk lebih dulu menyapa dan menanyakan “santri baru” seperti saya.

Saksi bisu kegigihan beliau dalam berjuang adalah berdirinya pesantren Tarbiyatul Arifin di Wendit, Malang. Di daerah yang muslimnya termasuk minoritas tersebut beliau merintis TK lebih dulu dibandingkan pesantren. Sebab, beliau merasa miris ketika melihat bocah-bocah kecil berjilbab keluar masuk rumah ibadah umat lain dengan riang gembira. Ketika ditanya, kenapa kok seneng banget? Anak-anak itu dengan polosnya menjawab, karena di situ ada banyak mainan dan tempat bermain di halamannya.

Akhirnya Romo Agus mendirikan TK dan TPQ untuk anak-anak, sambil merintis pesantren Tarbiyatul Arifin. Lucunya, ada beberapa orangtua non-muslim yang memasrahkan anaknya di TK ini, dan beberapa anak malah hafal surat-surat pendek. Inilah model dakwah yang dulu dilaksanakan walisongo, mengajak dan mengenalkan masyarakat kepada Islam dengan cara yang ramah, bukan justru memaksanya dengan jalan marah-marah.

Di pesantren ini, ketika Romo Agus tidak ada jadwal ke luar kota atau luar negeri, setiap malam minggu beliau biasa mengajak santrinya untuk ngaji sejarah atau membincang situasi terkini, lalu mengkajinya dari sudut pandang sejarah. Sesekali kadang pula memutar film dan mendiskusikannya bersama para santrinya. Penuturannya yang lugas dan jelas sangat memudahkan kami sebagai orang awam untuk memahaminya, meskipun kadang juga membuat kening kami berkerut jika disodori pertanyaan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Di satu sisi, sering pula kami ngakak bareng dengan lontaran humor maupun sindiran beliau yang cukup mengena.

Kini, Romo Agus telah pergi meninggalkan kita semua. Perjuangan Panjenengan dalam dakwah Islam, sumbangsih karya dan jariyah ilmu pengetahuan yang sangat berharga akan menjadi saksi bahwa Panjenengan layak mendapatkan tempat yang mulia di sisi-Nya. Selamat berpulang menuju keabadian. Lahul faatihah.

Muhammad Makhdum
Muhammad Makhdum

Anggota Lajnah Ta’lif Wan Nasyr PCNU Kabupeten Tuban

Tags: Atlas Wali SongoKiai Agus SunyotoPBNU
Previous Post

Profil KH. Ahmad Djaelani Sang Faqih Hamilul Qur’an

Next Post

Tips Melatih Percaya Diri Saat Pidato

Related Posts

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

by Mukani
April 21, 2025
0

Tumenggung Sri Moyo Kusumo adalah salah satu pejabat di Kerajaan Mataram Islam. Tugas utamanya adalah menikahkan masyarakat. Dia diperkirakan lahir...

Mbah Canthing dan Sejarah Desa Mlorah

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

by Mukani
April 21, 2025
0

Fakta baru ditemukan dari peta tentang Desa Mlorah masa klasik yang disimpan di Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde...

Mbah Canthing dan Sejarah Desa Mlorah

Mbah Canthing dan Sejarah Desa Mlorah

by Mukani
April 21, 2025
0

Oleh: Mukani - Dosen STAI Darussalam Krempyang Nganjuk Setelah Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan Belanda ke Sulawesi tahun 1830, banyak...

Cak Ulung, Penggerak Kader Muda Kini Telah Meninggalkan Kita

Cak Ulung, Penggerak Kader Muda Kini Telah Meninggalkan Kita

by Muchamad Rudi C
May 11, 2024
0

Suluk.id - Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun. Angga Ulung Tranggana kerap disapa cak Ulung dikabarkan menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah...

Next Post
Tips Melatih Percaya Diri Saat Pidato

Tips Melatih Percaya Diri Saat Pidato

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

May 15, 2025
Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

May 14, 2025
Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

May 14, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025