Suluk.id – Sikap Raja’ dan Khauf pada diri kaum Muslimin penting untuk dimilliki manusia ketika menjalin hubungan dengan Allah SWT. Terlebih pada bulan suci nan mulia Ramadhan. Karena di dalamnya kita dapat melakukan introspeksi, mengoreksi diri, serta menanyakan bagaimana hubungan dengan Allah SWT. Al Qur’an yang diturunkan pada bulan tersebut pula telah banyak memberikan tuntunan untuk bersikap Raja’ dan Khauf. Raja’ sendiri memiliki makna sikap optimisme dan yakin akan rahmat dan ampunan Allah swt. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah : 218
اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٢١٨
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman serta orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ayat ini menjelaskan bagaimana manusia sepatutnya berharap kepada Allah swt yang memiliki sifat pengampun dan penyayang. Sebagai umat muslim segala perilaku serta tutur kata adalah semata mata di niatkan karena Allah swt. Sehingga hati akan selalu berharap hannya kepada-Nya. Sikap ini tidak akan membawa pada rasa penyesalan justru akan dilipatgandakan kenikmatannya serta memperoleh kemenangan atas perjuangannya.
Selanjutnya, sebagai manusia yang mahallu al-khatha’ wa al-nisyaan maka kita tidak luput dari kesalahan. Namun Allah swt tidak menghalangi hambanya yang ingin bersungguh sungguh bertaubat. Bahkan jika kita mendekat sejengkal, maka dengan penuh kasih sayang Allah akan mendekat sehasta. Hal ini dijelaskan pada QS. Az-Zumar : 53
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًاۗ اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٥٣
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Berharap adalah kegiatan paling membosankan dan mengkhawatirkan. Hal itu akan terjadi jika kita berharap kepada manusia. Berbeda jika kita menaruh segala harap kita kepada sang Maha Penyayang maka kegiatan berharapnya pun bahkan akan merasakan kenikmatan.
قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًاࣖ ١١٠
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya.
Harapan besar yang di dambakan manusia yang beriman kepada Allah swt adalah pertemuan dengan-Nya di akhirat kelak. Namun harap ini tidak akan tercapai jika tidak memperhatikan perilaku di dunia. Oleh karena itu QS. Al-Kahfi : 110 ini menerangkan bagaimana tuntunan untuk mencapainya. Yaitu dengan selalu berusaha mendekatinya dan tidak menduakannya. Dengan cara memperbanyak amalan soleh.
Namun rasa optimis ini harus di imbangi dengan rasa khauf. Sikap khauf adalah rasa takut kepada Allah swt, khusunya terhadap azab-Nya bagi orang yang lalai atau bermaksiat. Sikap ini menjadi penting untuk menjadi benteng kita agar tidak melampaui batas. Mengingatkan jikalau Allah swt juga memiliki sifat Al-Muntaqim yang akan memberi hukuman kepada yang berbuat dosa dan kedholiman.
Sikap Khauf muncul karena adanya azab kepada yang yang lalai atau bermaksiat. Seperti pada QS. Al-Ma’arij : 27
وَالَّذِيْنَ هُمْ مِّنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُّشْفِقُوْنَۚ ٢٧
“dan yang takut terhadap azab Tuhannya.”
Sehingga membuat waspada atas perilaku di dunia. Karena ajal akan menjemput kapan saja dan dimana saja tanpa melihat kesiapan manusia tersebut. Seperti yang dijelaskan dalan QS. Al-A’raf : 99
اَفَاَمِنُوْا مَكْرَ اللّٰهِۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَࣖ ٩٩
“Atau, apakah mereka merasa aman dari siksa Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada orang yang merasa aman dari siksa Allah, selain kaum yang rugi.”
Sungguh akan mendapatkan predikat manusia yang merugi jika tidak memperhatikan peringatan Allah swt ini. Namun jika segala kegiatan di dunia kita niatkan karena Allah swt rasa aman akan mengiringi kita. Karena
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya: “Sesungguhnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Seimbang antara sikap raja’ dan khauf menjadi hal penting untuk salah satu cara menjadi hamba Allah swt yang baik. Karena akan mengantarkan kita pada ketrentaman hati dan ketenangan jiwa. Sikap raja’ hadir karena Allah swt Maha pengampun dan Maha Penyayang serta sikap khauf hadir disebabkan karena siapapun yang berbuat dholim dan kemaksiatan maka Allah swt akan memberi adzab yang pedih. Seperti yang telah difirmankan pada QS. Al-Hijr : 49-50
بِّئْ عِبَادِيْٓ اَنِّيْٓ اَنَا الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُۙ وَاَنَّ عَذَابِيْ هُوَ الْعَذَابُ الْاَلِيْمُ
“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahwa sesungguhnya siksaan-Kulah azab yang sangat pedih.”
Semua yang telah dipaparkan ini menimbulkan harap besar. Yakni, menjadi hamba yang dipermudah untuk menjadi pribadi yang diridhoi oleh Allah swt menjadi harap paling di dambakan setiap umat yang berserah kepada-Nya.
Penulis : Aisyah Amara laila Husna
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan