Tahun 1926, Nahdlatul Ulama (NU) didirikan di Kota Surabaya oleh para Ulama-ulama hebat. Hadratussyeh Hasyim Asyari sebagai tokoh sentralnya, KH. Wahab Chasbullah sebagai motor penggerak, beliau adalah api yang mampu menyalakan obor-obor semangat para kiai untuk berjuang dan memperjuangkan ajaran Aswaja. Syaikhona Kholil Bangkalan, selaku maha guru yang memberi restu berdirinya Nahdlatul Ulama. Juga KH. As’ad syamsul Arifin Situbondo, selaku murid Syaikhona Kholil yang bertugas membawa pesan dari sang guru untuk Hadratussyeh hasyim Asyari. Kesemuanya adalah tokoh-tokoh hebat dan sangat luar biasa.
Pada awal berdiri tahun1926, para ulama Bersatu, bertekad Bersama-sama memperjuangkan ajaran Aswaja dengan dukungan para ulama dan kiai pesantren lainnya. Selain Nama-nama yang sudah Masyhur dalam proses berdirinya Nahdlatul Ulama di atas, masih banyak lagi nama-nama yang perannya tidak kalah penting, tetapi harus tenggelam oleh jaman.
Di bawah ini adalah nama-nama tokoh NU periode awal yang terlupakan
KH. Ahmad Dahlan Ahyad
Nama lengkapnya adalah Ahmad Dahlan bin Muhammad Ahyad, lahir pada 13 Muharram 1303 H/30 Oktober 1885 di Kebondalem Surabaya. Namanya tidak setenar Hadratussyeh hasyim asyari atau Kiai Wahab Chasbullah. Bahkan ada yang menganggap bahwa beliau adalah Kiai Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah kaena kesamaan nama. Beliau adalah tokoh NU pada era awal yang menjabat sebagai wakil rais aam, satu tingkat di bawah Hadratussyeh Hasyim Asyari yang menjabat sebagai rais akbar. Beliau adalah salah satu pendiri Taswirul Afkar Bersama Kiai Wahab, yakni sebuah perkumpulan diskusi atau kajian yang membahas dan mencari solusi atas masalah masalah keagamaan, social masyarakat juga kebangsaan. Dalam urusan ekonomi, beliau mendirikan Syirkatul amaliyah, yaitu semacam koperasi yang sahamnya dijualbelikan kepada anggota Tasywirul Afkar. Langkah ini bertujuan untuk membantu pembiayaan harian agar Tasywirul Afkar tetap eksis. Selain itu pula, Kiai Dahlan Bersama para kiai lainnya berhasil membentuk MIAI (majlis Islam A’la Indonesia) yang bertujuan untuk menyatukan semangat kebangsaan seluruh umat Islam untuk merespon penjajahan dan menyatukan perbedaan antar ormas islam dalam satu wadah.
KH. Mas Alwi Abdul Aziz
Kiai mas alwi adalah putra dari Abdul Aziz, seorang saudagar kaya. Beliau masih sepupu dari Mas Mansur yang juga merupakan tokoh NU sebelum berpindah haluan ke Muhammadiyah. Beliau diperkirakan lahir pada tahun 1890-an, sebab tidak ada data pasti yang menunjukkan angka kelahirannya, sebab beliau telah dicoret dari daftar silsilah dikarenakan nekat berangkat ke Eropa guna riset tentang renaissance. Beliau adalah tokoh yang sangat gigih ber-NU. Nama nahdlatul Ulama adalah usulan dari beliau, dan disepakati oleh Hadratussyeh Hasyim Asyari. Beliau juga mendirikan Nahdlatu Wathon Bersama Kiai Wahab, Kiai Ridwan Abdullah dan Kiai Mas Mansur. Bahkan beliau rela menjual gerobak warungnya untuk membiayai Nahdlatul Wathon.
KH. Ridwan Abdullah
Beliau adalah pencipta lambang NU. Kiai Ridwan lahir pada tanggal 1 januari 1884 di Bubutan Surabaya. Beliau adalah Kiai juga seniman, banyak sekali karya lukis dan kaligrafi hasil karyanya, sehingga ketika NU berdiri beliaulah yang melukis lambing NU. Selain sebagai pelukis lambing NU, beliau juga menjabat sebagai anggota A’wan syuriah pada periode awal. Kiai Ridwan Bersama Kiai Wahab, Kiai Mas Alwi dan Kiai Mas Mansur bersama-sama mendirikan sebuah madrasah yang bernama Nahdlatul Wathon. Kiai Ridwan adalah sosok kiai yang derwaman dan sederhana, setiap kali ada anak yang sowan ke Ndalem beliau selain memberi nasihat juga selalu diberi sangu. Beliau juga diberi gelar Kiai keliling sebab dalam dakwahnya selalu beliau lakukan secara berpindah-pindah. Kiai ridwan Wafat pada tahun 1962 pada umur 78 tahun dan dimakamkan di Pemakaman Tembok Surabaya.
KH. Abdullah Ubaid
Abdullah Ubaid lahir di Kawatan V Surabaya, pada hari Jumat 4 Jumada al-Tsaniyah 1318 H/ 1899 M. Kiai Ubaid adalah sosok kiai muda yang istimewa, bagaimana tidak, beliau adalah satu-satunya mubaligh yang mendapat kesempatan mengisi pengajian rutin di NIROM, radio milik Hindia Belanda. Kiai Ubaid merupakan mesin penggerak ketika beliau masuk di Madrasah Nahdlatul Wathon, sehingga berdiri cabang-cabang Nahdlatul Wathon di beberapa kota di luar Surabaya.
Bersama Mahfudz Siddiq dan Thohir Bakri, Kiai Ubaid berhasil mendirikan organisasi kepemudaan NU yang bernama Ansor. Organisasi yang semula bernama Syubhanul Wathon (1924), kemudian berubah menjadi BANO (Barisan Ansor Nahdlatul Oelama) pada tahun 1932, kemudian menjadi ANO (Ansor Nahdlatul Oelama), dan seterusnya menjadi GP (Gerakan Pemuda) Ansor, sampai sekarang. Beliau wafat dalam usia yang muda, setelah jatuh dari motor, kondisinya semakin menurun dan pada hari kamis, 8 Agustus 1938 beliau berpulang ke rahmatullah pada usia 39 tahun.
KH. R. Asnawi
Beliau lebih akrab dipanggil Kiai Asnawi Kudus, karena memang berasal dari Kudus Jawa Tengah. Kiai Asnawi merupakan salah satu pendiri NU dan mempunyai kedekatan yang khusus dengan Hadratussyeh Hasyim asyari. Beliau merupakan keturunan Kh. Mutamakkin yang bernasab ke Sunan Kudus. Beliau merupakan kiai sepuh yang sangat aktif ber-NU, terbukti dengan tidak pernah sekalipun absen dalam acara-acara penting ke-NU-an, termasuk Muktamar dari awal hingga Muktamar ke 12 NU di Jakarta. Pada masa penjajahan, Kiai Asnawi beberapa kali ditahan oleh pemerintah belanda karena pidato dan dakwahnya yang membuat pemerintah Belanda gerah. Tetapi semangatnya dalam mempertahankan keislaman dan keaswajaan tidak pernah surut. Bahkan dalam syair sholawat asnawiyah yang dikarangnya sebelum kemerdekaan bertuliskan; Indonesia Raya Aman. Pada masa kepengurusan awal NU, beliau menjabar sebagai Mutasyar NU.
Ahli sejarah, Alumni UIN Sunan Ampel