Suluk.ID
Saturday, May 17, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pepanggen

Tujuh Tempat di Pondok Ash Shomadiyah Ini Punya Makna Tersendiri

by Abdurrochim
May 21, 2019
in Pepanggen
Share on Facebook

Gapura dan jembatan gladak menjadi salam pembuka saat memasuki pesantren Ash-Shomadiyah. Saat musim kemarau sungai kecil di bawah jembatan mengering.

Persis setelah melintasi jembatan, masjid pesantren terlihat. Pondok ini termasuk salah satu Pondok tertua di Kabupaten Tuban Bumi Wali.

Lokasinya di Jalan KH. Agus Salim nomor 44 Tuban, tepatnya di Kelurahan Kingking, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban.

Selain memiliki pendidikan diniyah, Ponpes ini juga memiliki yayasan yang mengurus lembaga formal di atas tanah kurang lebih 1,2 hektar. Yakni Kelompok Belajar, Taman Kanak-kanak, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah ASh-Shomadiyah Tuban.

Di bawah pimpinan Pengasuh Agus Riza Shalihuddin Habibi, Ponpes ini memiliki sejarah yang panjang. Konon, dulu leluhur dari yang mendindirikan cikal bakal Pondok ini, bernama Syekh Ash Shomadiyah yang asalnya dari Dusun Morosemo, Desa Sumberagung, Kecamatan Plumpang.

Diperkirakan semasa hidup dengan Pangeran Diponegoro (1785). Mbah Shomadiyah sebutan akrabnya masyarakat kala itu, setiap harinya melakukan aktivitas beribadah, dari Morosemo menuju ke Masjid Agung Tuban.

Di tengah perjalanan, saat melewati tempat Belanda sedang memutar musik dengan seketika musik mati secara otomatis. Setelah sekitar satu kilometer Mbah Shomadiyah menjauh dari titik itu baru musik berbunyi kembali.

“Jadi kalau mbah Shomadiyah lewat itu, musik ala Belanda yang dibunyikan mati, dan nanti kalau jaraknya sudah jauh, baru bunyi lagi,” kata Gus Riza saat menceritakannya.

Pondok ini pernah jaya pada saat masa KH Ahmad Syifa, yang pernah menjabat sebagai Rois Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Tuban.

Saat saya berada di pesantren ini. Ada tujuh tempat yang diyakini miliki nilai filosofi. Terkhusus bagi santri yang menempah dirinya di pondok. Berikut rinciannya.

Gapura

Gapura atau gerbang yang diserap dari kata Ghofurun, yakni bagi santri yang masuk ke pondok ini harus meminta ampunan kepada Allah agar segala ilmu yang di dapatkan bisa bermanfaat.

Jembatan

Jembatan atau dalam bahasa arab yakni Shirot, yang mengantar santri menuju jalan yang benar dan lurus sebagaimana mempelajari agama islam.

Kali atau Sungai

Kali sebagai nilai filosofinya dalam istilah jawa yakni Akale mili. Jadi santri yang mondok harus selalu dinamis pikirannya. Terkadang kali satu sungai itu arus deras ada kalanya aliranya kalem dan tenang.

Masjid

Masjid sebagai tempat beribadah bagi warga muslim kepada Allah sebagai tanda pasrah segala kebutuhan dunia dan akhirat tentunya dengan berusaha. Artinya setelah melewati jembatan atau Shirot dan Kali. Santri dituntut juga beribadah kepada Allah tuhan semesta alam dan maha mengetahui.

Makam tempat waliyullah Syekh Ash Shomadiyah

Makam mendapat urutan nilai filosofi kelima yakni, santri harus ingat kepada leluhur sebelumnya, yang memperjuangkan kemerdekaan dan tegak ya islam rahmatallil alamin di bumi wali.

Pondok atau Pendidikan

Tempat ke enam yakni ruangan atau tempat di mana santri maupun siswa di gembleng di ruangan sebagai kawah candradimuka mereka dalam menerima ilmu.

Kampung atau Masyarakat

Paling akhir, mereka akan dikembalikan lagi ke kampung atau masyarakat, sebagai tempat yang realisasi dalam berjuang serta bermasyarakat setelah mendapatkan ilmu yang cukup. (*)

Abdurrochim

Penulis

Tags: pondok pesantrenPondok Pesantren Ash Shomadiyah
Previous Post

Aku, Mahbub Djunaidi, dan Cerita Pagi Itu

Next Post

NU dan “Bumerang” Masyarakat Tiongkok-Jepang

Related Posts

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

Filosofi Nyadran dan Akulturasi di Desa Mlorah

by Mukani
April 24, 2025
0

Tradisi nyadran di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk tahun ini digelar hari Jumat Pahing, tanggal 25 April 2025. Ini...

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

by Mukani
April 21, 2025
0

Tumenggung Sri Moyo Kusumo adalah salah satu pejabat di Kerajaan Mataram Islam. Tugas utamanya adalah menikahkan masyarakat. Dia diperkirakan lahir...

Menikmati Malam Idul Fitri di Makam Asmoroqondi Tuban

Menikmati Malam Idul Fitri di Makam Asmoroqondi Tuban

by Amrullah Ali Moebin
May 2, 2022
0

Suluk.id - Setelah berbuka puasa dengan gule kambing dan suwiran pepaya bumbu merah, saya leyeh-leyeh di teras rumah. Belum ada...

Wisata Krangkeng dan Para Dedemit yang Beradaptasi

Wisata Krangkeng dan Para Dedemit yang Beradaptasi

by Ahmad Natsir
April 16, 2021
0

Tahun 2014, di tepat di tengah makam itu mulai dipasang sebuah lampu besar untuk menerangi makam. Kegelapan pun menghilang kala...

Next Post
NU dan “Bumerang” Masyarakat Tiongkok-Jepang

NU dan “Bumerang” Masyarakat Tiongkok-Jepang

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

May 15, 2025
Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

May 14, 2025
Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

May 14, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025