Gapura dan jembatan gladak menjadi salam pembuka saat memasuki pesantren Ash-Shomadiyah. Saat musim kemarau sungai kecil di bawah jembatan mengering.
Persis setelah melintasi jembatan, masjid pesantren terlihat. Pondok ini termasuk salah satu Pondok tertua di Kabupaten Tuban Bumi Wali.
Lokasinya di Jalan KH. Agus Salim nomor 44 Tuban, tepatnya di Kelurahan Kingking, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban.
Selain memiliki pendidikan diniyah, Ponpes ini juga memiliki yayasan yang mengurus lembaga formal di atas tanah kurang lebih 1,2 hektar. Yakni Kelompok Belajar, Taman Kanak-kanak, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah ASh-Shomadiyah Tuban.
Di bawah pimpinan Pengasuh Agus Riza Shalihuddin Habibi, Ponpes ini memiliki sejarah yang panjang. Konon, dulu leluhur dari yang mendindirikan cikal bakal Pondok ini, bernama Syekh Ash Shomadiyah yang asalnya dari Dusun Morosemo, Desa Sumberagung, Kecamatan Plumpang.
Diperkirakan semasa hidup dengan Pangeran Diponegoro (1785). Mbah Shomadiyah sebutan akrabnya masyarakat kala itu, setiap harinya melakukan aktivitas beribadah, dari Morosemo menuju ke Masjid Agung Tuban.
Di tengah perjalanan, saat melewati tempat Belanda sedang memutar musik dengan seketika musik mati secara otomatis. Setelah sekitar satu kilometer Mbah Shomadiyah menjauh dari titik itu baru musik berbunyi kembali.
“Jadi kalau mbah Shomadiyah lewat itu, musik ala Belanda yang dibunyikan mati, dan nanti kalau jaraknya sudah jauh, baru bunyi lagi,” kata Gus Riza saat menceritakannya.
Pondok ini pernah jaya pada saat masa KH Ahmad Syifa, yang pernah menjabat sebagai Rois Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Kabupaten Tuban.
Saat saya berada di pesantren ini. Ada tujuh tempat yang diyakini miliki nilai filosofi. Terkhusus bagi santri yang menempah dirinya di pondok. Berikut rinciannya.
Gapura
Gapura atau gerbang yang diserap dari kata Ghofurun, yakni bagi santri yang masuk ke pondok ini harus meminta ampunan kepada Allah agar segala ilmu yang di dapatkan bisa bermanfaat.
Jembatan
Jembatan atau dalam bahasa arab yakni Shirot, yang mengantar santri menuju jalan yang benar dan lurus sebagaimana mempelajari agama islam.
Kali atau Sungai
Kali sebagai nilai filosofinya dalam istilah jawa yakni Akale mili. Jadi santri yang mondok harus selalu dinamis pikirannya. Terkadang kali satu sungai itu arus deras ada kalanya aliranya kalem dan tenang.
Masjid
Masjid sebagai tempat beribadah bagi warga muslim kepada Allah sebagai tanda pasrah segala kebutuhan dunia dan akhirat tentunya dengan berusaha. Artinya setelah melewati jembatan atau Shirot dan Kali. Santri dituntut juga beribadah kepada Allah tuhan semesta alam dan maha mengetahui.
Makam tempat waliyullah Syekh Ash Shomadiyah
Makam mendapat urutan nilai filosofi kelima yakni, santri harus ingat kepada leluhur sebelumnya, yang memperjuangkan kemerdekaan dan tegak ya islam rahmatallil alamin di bumi wali.
Pondok atau Pendidikan
Tempat ke enam yakni ruangan atau tempat di mana santri maupun siswa di gembleng di ruangan sebagai kawah candradimuka mereka dalam menerima ilmu.
Kampung atau Masyarakat
Paling akhir, mereka akan dikembalikan lagi ke kampung atau masyarakat, sebagai tempat yang realisasi dalam berjuang serta bermasyarakat setelah mendapatkan ilmu yang cukup. (*)
Penulis