Suluk.ID
Sunday, July 13, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Panutan

Ulil Abshar, Pendekar Barat Bergeser ke Timur

by Refki Rusyadi
June 10, 2019
in Panutan
Ulil Abshar, Pendekar Barat Bergeser ke Timur
Share on Facebook

Mungkin terbilang langka, untuk saat ini seorang sarjana muslim asli Nusantara mampu menyerap dengan baik keluhuran dua kutub pemikiran Barat dan Timur di Usia yang masih muda.

Saya sebut Barat, karena frame nalar liberalnya beliau dapati sejak kuliah di Amerika, dan saya ambil diksi Timur, karena Beliau adalah seorang santri pondok salaf tulen, itu terlihat dari lancarnya beliau nyarehi kitab gundul ihya dengan maknanan Pegon Jawiy.

Cak Ulil, begitu nama awal yang saya pertama kali dengar dan kenal lewat tulisan-tulisannya di media massa kala itu. Mungkin sekitar tahun 2004-an, perkenalan saya dengan beliau lewat kolomnya yang saya baca saat masih mondok.

Sebagai seorang santri yang polos, tulisan Cak Ulil terlalu berani dan membahayakan, meskipun diam-diam saya mengamini kejujuran nalar beliau. Corak berpikirnya kala itu dianggap orang ramai telah menabrak nilai-nilai tabu keagamaan yang profan dan sakral.

Lewat tulisannya, Cak Ulil gemar dan berani membakar dinginnya tembok kejumudan nalar sebagian muslim perihal “kontemporer” yang belum di sentuh dan di jawab oleh bijaknya “nilai” keagamaan.

Beliau berkeyakinan, ukuran sebuah agama sebagai rahmat bagi semesta alam haruslah relevan terhadap problem-problem sosial. Satu essainya yang kuat diingatan saya dengan judul “Membakar Rumah Tuhan”, sontak saja, kelancangan berpikirnya di kecam oleh sebagian kalangan dan dianggap sesat.

Hal itu sudah berlangsung lama, sekitar 3 tahunan ini, saya temui beliau aktif kembali berwacana di medsos lewat ngaji live-nya. Tidak gemen-gemen, kitab yang beliau balah adalah “ihya Ulumuddin” masterpiece-nya pemikir Islam termasyhur Imam Ghozali.

Pasti kita akan tepok jidad melihat manuver pilihannya saat ini. Dari bebasnya nalar galak beliau menyoal jumudnya pikiran, kini terjun bebas ke ruang yang lebih terjaga dan hati-hati menyoal agama lewat “rasa dan hati”

Apa yang kita lihat pada sosok Cak Ulil saat ini, tak akan ada yang pernah mampu memprediksi. Mungkin bisa saja kita beranggapan beliau akan istiqomah dengan nalar liberalnya hingga di usia senja, namun siapa yang menyangka prediksi itu justeru tidak “begitu”.

Saya meyakini ini bagian dari perjalanan nalar seorang cendekiawan muslim yang telah merasakan manisnya buah pikiran Barat dan Timur secara “sadar”.

Malam itu saya nderek beliau ngaos di pendopo Islam Nusantarannya IKAPMII Blitar dan disaksikan oleh sejumlah kader dan sahabat yang haus akan ilmu makrifat.

Mumtaz. Istilah Bahasa Arab yang alih padanannya berarti sempurna. Ungkapan ini yang pasti akan disematkan ke seseorang luar biasa keilmuannya.

Matur sembah nuwun kerawuhane “Gus” Ulil.

Refki Rusyadi

Dosen IAIN Tulungagung.

Tags: LiberalSufiUlil Abshar
Previous Post

Makam Guru Menjadi Penanda Identitas Asal Keilmuan

Next Post

Menantu Terbaik itu Seorang Santri

Related Posts

Keteladanan Etika Dakwah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy Dalam Perspektif Qaulan dalam Al-Qur’an

Keteladanan Etika Dakwah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy Dalam Perspektif Qaulan dalam Al-Qur’an

by Abdur Rohman Assidiis
July 1, 2025
0

Kian hari kini, semakin banyak bermunculan pendakwah-pendakwah baru. Dengan berbagai metode dakwah yang mereka gunakan, tentu telah memberikan kesan warna...

Prabowo Subianto Dan Gagasan Kepemimpinan Islam : Dari Salahudin Al Ayubi Hingga Muhammad Al Fatih

Prabowo Subianto Dan Gagasan Kepemimpinan Islam : Dari Salahudin Al Ayubi Hingga Muhammad Al Fatih

by Redaksi
May 26, 2025
0

Oleh : Mujahidin Nur, Direktur Peace Literacy Institute Indonesia & Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri dan Antar Lembaga BKM (Badan...

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

by Mukani
April 21, 2025
0

Tumenggung Sri Moyo Kusumo adalah salah satu pejabat di Kerajaan Mataram Islam. Tugas utamanya adalah menikahkan masyarakat. Dia diperkirakan lahir...

Mbah Canthing dan Sejarah Desa Mlorah

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

by Mukani
April 21, 2025
0

Fakta baru ditemukan dari peta tentang Desa Mlorah masa klasik yang disimpan di Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde...

Next Post
Menantu Terbaik itu Seorang Santri

Menantu Terbaik itu Seorang Santri

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Muhammad Nahdlatul Ulama: Begitu Saya Menyebutnya

Muhammad Nahdlatul Ulama: Begitu Saya Menyebutnya

July 13, 2025
Hidupkan Kerukunan Warga Nahdliyin, Gelar Rutinan Lailatul ljtima

Hidupkan Kerukunan Warga Nahdliyin, Gelar Rutinan Lailatul ljtima

July 12, 2025
Menuju PCNU Tulungagung dalam Angka: Dr. KH. Bagus Ahmadi Tegaskan Pentingnya Data dalam Perencanaan Organisasi

Menuju PCNU Tulungagung dalam Angka: Dr. KH. Bagus Ahmadi Tegaskan Pentingnya Data dalam Perencanaan Organisasi

July 10, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025