Gelombang euforia pesta politik pergantian tampuk kepemimpinan di Indonesia terus bergema seantero penjuru Nusantara. Silih berganti para bobotoh menggemakan kebaikan paslon pilihannya. Mereka beradu argumentasi dan mencoba membangun narasi akan keberhasilan yang dicapai. Perdebatan yang sangat mengesankan bahkan mungkin sampai memuakkan hadir sebagai bagian dalam dinamika perhelatan.
Keunikan yang dihadirkan dalam pesta demokrasi di bumi Nusantara menjadi pemantik kesadaran bersama. Bahwasanya pergantian kepemimpinan merupakan hal yang lumrah dan biasa. Sebagaimana sejarah bangsa Indonesia mulai dari pemilihan Presiden Ir. Sukarno sampai Presiden Ir. Joko Widodo. Hal ini bukanlah persoalan kekuasaan belaka. Siapa menguasai apa atau mendapatkan apa? Akan tetapi lebih pada khidmad anak bangsa untuk mewakafkan dirinya demi keberlangsungan proses berbangsa dan bernegara.
Di seluruh ruang digital, perbincangan hangat pergantian tampuk kepemimpinan di bumi Nusantara terus bergema. Apalagi setelah diadakannya debat baik presiden maupun wakil presiden. Semuanya membanjiri ruang media. Di sinilah informasi saling berseliweran baik yang memuji atau yang tidak bersepakat pada paslon tertentu. Apalagi di group WhatsApp, semuanya bertarung informasi sesuai dengan pilihannya masing-masing. Lebih dari 10-20 group di WhatsApp isinya sama yaitu berkaitan dengan politik kebangsaan.
Islam Agama Dakwah
Islam merupakan agama dakwah yaitu agama yang menegaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan kepada seluruh umat manusia secara arif dan bijaksana. Sebagai agama yang rahmatan lil alamin Islam dapat menjamin akan terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan umatnya manakala ajaran Islam dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan benar sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah. Dalam Al-Quran telah ditegaskan ” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Pada dasarnya setiap orang muslim mempunyai kewajiban berdakwah sebagaimana yang telah dijelaskan pada ayat di atas.
Dakwah Islam pada hakekatnya merupakan aktualisasi iman yang dimanifestasikan dalam sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara berfikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran kenyataan individu, serta sosio-kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan. Secara sosio-kultural dakwah Islam mengalami dua kemungkinan. Pertama, dakwah Islam mampu memberikan manfaat terhadap lingkungan masyarakat sampai terbentuk realitas baru. Kedua, dakwah Islam dipengaruhi oleh perubahan masyarakat dalam arti eksistensi, corak, dan arahnya. Kehadiran para nabi berfungsi untuk memperbaiki dan mengubah sistem kehidupan yang lalim menuju struktur sosial baru yang adil. Dan keadilan dapat didapatkan pada sosok pemimpin yang sidiq, amanah, tablig, dan fatonah. Sebagaimana ruang dialektika kepemimpinan yang dibangun oleh Rasulullah Saw di Kota Madinah al-Munawarrah. Keragaman dalam berbangsa dan bernegara tidak melunturkan untuk saling menghargai dan menghormati dalam perbedaan.
Islam hadir dengan pemahaman keagamaan yang menjunjung tinggi tradisi dan budaya. Dengan akar budaya yang kuat dan di landasi spiritualitas yang kokoh akan tercipta keselarasan kehidupan antar komponen masyarakat yang saling menghargai dan menghormati pada perbedaan kehidupan yang ada. Begitu juga perbedaan dalam pilihan politik. Politik merupakan alat untuk pencapaian pada kesejahteraan rakyat bukan pada elit kepentingan tertentu.
Oleh karena itu dalam penjagaan pada ruang keharmonisan harus difahami pada nilai kemanusiaan. Pertama, Silaturrahmi yaitu meningkatkan pertalian cinta kasih antar sesama manusia. Keragaman merupakan sunnatullah yang wajib difahami sebagai bagian yang tidak terpisahkan pada ruang perbedaan. Kedua, Al-Ukhuwah yaitu semangat persaudaraan yang dihadirkan pada ruang kebatinan. Walaupun ada perbedaan pada ruang pilihan, namun nurani yang nantinya akan menentukan dalam ikatan kemanusiaan. Ketiga, Al-Musawah semua manusia sama dalam harkat dan martabat. Oleh karena itu dalam perbedaan yang hadir di tengah-tengah pergulatan perpolitikan, semua memiliki kesempatan yang sama dan saling menjaga marwah. Keempat, Al-Adalah yaitu wawasan yang seimbang dalam memandang, menilai, atau menyikapi sesuatu. Kejujuran nurani dalam bersikap harus bertumpu pada nilai keadilan, obyektifitas dalam sudut pandang adanya perbedaan.
Kearifan dalam Perbedaan
Masyarakat Nusantara dalam refleksi sejarah merupakan komunitas yang sangat mengedepankan ruang tradisi dan budaya. Bangunan religiusitas sudah mengakar dengan kuat pada ruang kebatinan masyarakat Indonesia. Sebagaimana disampaikan oleh Harun Nasution bahwasanya religiusitas merupakan perilaku yang menunjukkan aspek religi yang telah dihayati individu dalam hati, diartikan seberapa jauh pengetahuan seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah, serta penghayatan atas agama yang dianutnya dalam bentuk sosial dan aktivitas yang merupakan perwujudan beribadah. Secara historis setiap agama dan kepercayaan hadir secara bergantian. Namun bukan berarti hadirnya agama atau kepercayaan baru dengan sendirinya menghapus, menghilangkan, dan menyingkirkan agama dan kepercayaan sebelumya. Oleh karena itu menjadi suatu kewajaran apabila dalam setiap masyarkat terdapat berbagai agama dan kepercayaan yang beraneka ragam bentuknya.
Begitu juga halnya dengan perbedaan dalam pilihan-pilihan politik kekinian. Setiap individu rakyat Indonesia memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menentukan pilihan kepemimpinan Indonesia ke depan. Mereka mampu menilai dengan kadar rasionalitas yang dimiliki siapa yang terbaik menjadi pilihan dalam perhelatan politik bangsa Indonesia. Narasi atau diksi yang menyejukkan merupakan karakter kenusantaraan. Semoga perhelatan perpolitikan menjadi ruang transformasi nilai yang konstruktif dalam pembangunan Indonesia.
Jamal Ghofir
Dosen Fakultas Dakwah IAINU Tuban dan Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Dosen Fakultas Dakwah IAINU Tuban